Happy Reading:
"Menyakitkan! Saat melihat kamu melupakanku. Namun, itu tak ada apa apanya dibandingkan saat aku tau bahwa kamu melupakanku disaat dia berada di sisi mu."
=====================
"Stopp!!" Seru Feni saat matanya melihat sang Papa di pinggir jalan tak jauh dari rumahnya dengan membawa koper besar.
Damian yang mendapat perintah dari sang pacar langsung melaksanakannya, ia menepikan mobilnya. Saat mobil berhenti, Feni langsung membuka pintu mobil dan berlari ke seberang menuju sang Papa.
Cathlyn, Calvin, beserta Damian hanya turun saja, tidak ikut menyeberang. Mereka melihat bagaimana Feni yang masih mematung di depan Ayahnya.
Feni menatap Ayahnya yang juga menatapnya. Sudah lama sekali ia tak bertemu pria yang menghadirkannya itu, dan sekarang setelah sekian lama tak bertemu Papanya terlihat lebih tua. Kantong mata terlihat jelas, kerutan di wajah juga sudah mulai terlihat, uban berwarna putih menghiasi beberapa helai rambutnya. Feni mengalihkan pandangannya pada koper yang di bawa sang Papa. "Papa mau kemana?"
Senyum Surya langsung terbit, matanya terlihat berkaca-kaca. "Kamu masih mau panggil aku Papa, Fen?"
Feni mengangguk. "Sampai kapanpun panggilan itu akan Feni ucapkan buat Papa."
"Tapi Papa udah nggak pantes---"
Feni langsung memeluk Ayahnya, ia juga langsung meneteskan air mata. Sudah lama momen ini Feni tunggu, momen dimana ia dapat memeluk Ayahnya, dan Ayahnya juga membalas pelukannya.
Cathlyn tersenyum tipis melihat pemandangan itu, ia merindukan Papanya, dan entah kenapa ia merasa disekitarnya ada keberadaan sang Papa.
Surya tentu saja membalas pelukan Feni. Setelah kejadian dimana ia membuat putri sulungnya masuk rumah sakit, Surya merenungkan semuanya, merenungkan betapa kasarnya ia tapi putrinya tak pernah putus dalam menyayangi dirinya. "Papa minta maaf Fen, Papa banyak salah sama kamu, Papa---"
"Sttt....nggak usah diungkit lagi. Bagi Feni yang penting sekarang Papa sayang sama Feni." Feni melepaskan pelukannya, ia memandang lekat pada Surya. "Papa udah sayang kan sama Feni?"
Surya mengangguk semangat. "Tentu aja."
"Terus Papa mau kemana? Kenapa bawa koper?"
Surya tersenyum pada Feni, tangannya bergerak mengusap sisa air mata di kedua pipi Feni. "Kamu pantes bahagia sayang, dan adanya Papa cuma menghambat kebahagiaan kamu."
Feni menggeleng cepat. "Nggak itu nggak bener. Kita pulang ya Pa, mulai semuanya dari awal."
"Sayang, Papa pengen menebus kesalahan Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVE ON? (END)
Teen FictionScarla Cathlyn Vienessa gadis berparas cantik, susah pindah hati, dan memiliki sifat humoris. Yang baru saja patah hati karena seorang Alvierro Calvin Flarea yang notabe-nya adalah seorang MANTAN PACAR-nya memiliki pacar baru, padahal ia sendiri yan...