Fiting baju

1.5K 98 6
                                    

Minggu. Hari yang paling ditunggu-tunggu para murid yang haus akan holiday. Dimana kita bisa main sepuasnya dari pagi hingga malam, atau bersantai-santai ria dikamar dengan berbagai cemilan dan hal-hal yang kita suka. Tapi, minggu ini adalah weekend bencana bagi Gavin. Biasanya dia selalu menunggu hari minggu justru dia ingin rasanya minggu menghilang dan langsung hari senin.

Kenapa Gavin begitu benci weekend kali ini? alasannya lagi-lagi tentang perjodohan konyol yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Sungguh, Gavin rasanya ingin gantung diri dipohon toge saja!

Kemarin malam Ani datang kekamar anaknya. Dia memberitahukan kalo hari ini dia dan Arin harus pergi kebutik langganannya untuk fiting baju pernikahan mereka.

*Fleshback on*

Tokk...tokk...tokk

Pintu kamar Gavin diketok beberapa kali hingga akhirnya siempu yang punya kamar membukanya.
Terlihat sosok cantik yang begitu Gavin sayangi. Tidak ada wanita yang begitu Gavin sayangi dan cintai saat ini selain Ani, ibunya.

Setelah membuka pintu Gavin masuk kembali ke kamarnya yang dibuntuti oleh Ani. Lantas mereka duduk disisan ranjang dan berbincang.

"Gavin.." Kata Ani memecah keheningan. Tangannya menangkup tangan Gavin dan mengelusnya.

"Ada apa ma?" Tanya Gavin yang merasa aneh pada mamanya. Pasalnya Ani terlihat sedikit merenung meskipun terlihat dari matanya yang begitu berbinar. Ahh mungkin itu hanya tatapan permohonan.

"Pernikahan kamu sama Arinkan tinggal beberapa hari lagi, jadi besok kamu sama Arin harus pergi kebutik buat fiting baju ya."  Nadanya memang lemah, tapi dalam perkataannya dan mimik muka Ani menunjukan jika dia berharap jika anaknya mau pergi.

"Tapi ma..." Ucapan Gavin terpotong oleh Ani yang kembali berbicara.

"Pokonya mama gak nerima penolakan!" Ani tidak akan membiarkan anaknya menolak.

"Maa.. Apa pernikahan ini gak bisa dibatalkan? Gavin gak mau nyakitin hati wanita yang bakal jadi istri Gavin gara-gara Gavin gak cinta sama dia." Sahut Gavin mengungkapkan isi hatinya. Meskipun memang Gavin saat ini tidak memeliki hubungan dengan siapapun. Tapi tetap saja Gavin tidak ingin menyakiti hati Arin gara-gara dia tidak mencintainya.

"Cinta datang karena terbiasa Gavin. Dengan kamu menikah dengan Arin, mama yakin meskipun sekarang kamu tidak ada sedikitpun rasa buat Arin, tapi tidak akan lama kamu pasti akan mencintainya." Jawab Ani yakin.

"Kenapa mama seyakin itu?" Tanya Gavin lesu. Ternyata alasannya tidak merubah keputusan orang tuanya itu.

"Enatah, tapi mama sangat yakin sekali. Kita lihat saja nanti." Jawab ani dengan mengerlingkan sebelah mata pada anaknya.

"Pokonya mama gak mau tau. Besok kamu harus pergi sama Arin." Tegas Ani dan berlalu meninggalkan Gavin dikamarnya dengan berbagai pemikirannya.

*Flashback off*

Pukul delapan pagi, Gavin baru bangun dari tidurnya. Itupun karena dianterusik dengan cahaya yang menyilaukan matanya. Siapa lagi jika bukan Ani pelakunya, dia sengaja tidak membangunkan Gavin secara langsung. Tapi dengan membuka tirai yang menutupi jendela besar dikamar anaknya itu. Dan ternyata rencananya berhasil.

"Selamat pagi sayang" Sambut Ani dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya. Terlihat sekalikan rasa bahagianya.

"Pagi juga ma." Sahut Gavin dengan suara khas bangun tidurnya. Dia masih belum ingin meninggalkan tempat tidurnya, alhasil mendudukan diri dengan mata yang masih terpejam.

"Ihh Gavin, cepetan bangun. Terus mandi! Kan kamu harus jemput Arin kerumahnya." Kata Ani sambil menarik-narik tangan Gavin agar berdiri.

"Iya, iya ma. Gak sabaran banget sih." Sahut Gavin cemberut. Dan akhirnya memaksakan diri untuk bangkit dan berjalan lunglai kekamar mandi.

***

"Selamat pagi bun, yah." Sapa Arin yang baru saja turun dari kamarnya.


"Pagi sayang." Jawab kedua orang tuanya. Sungguh keluarga yang harmonis bukan.

"Wahh anak ayah sama bunda udah cantik banget nih." Sindir Heman yang membuat pipi anaknya memerah karena malu.

"Ihh ayah apa-apaan sih." Jawab Arin malu-malu. Setelahnya ia menyantap roti yang sudah diolesi selai coklat kesukaannya.

"Assalamu'alaikum"

Terdengar teriakan dan ketukan pintu yang menghentikan aktivitas satapan pagi keluarga Arin.

"Biar Arin aja yang buka bun." Kata Arin ketika melihat bundanya hendak berdiri. Dan Liapun kembali duduk dan menganggukan kepalanya pertanda setuju.

"Wa'alaikumsalam. Tunggu sebentar." Balas Arin sedikit berteriak kala mendekati pintu utama.

Ketika membuka pintu, mata Arin dan Gavin saling bertemu, hingga beberapa detik mereka beradu pandang karena Arin memutuskan kontak mata tersebut lebih dahulu dan kembali menunduk.

"Silahkan masuk kak." Ucap Arin sembari memberi jalan untuk Gavin masuk.

"Ehh nak Gavin sudah datang. Sini kita sarapan dulu." Kata Lia ketika melihat Gavin yang baru saja datang.

"Emm sebelumnya terima kasih tante, Gavin mau langsung ajak Arin buat fiting bajunya sekarang aja." Jawab Gavin menampilkan seulas senyumnya.

"Oh iya gak papa."

"Yaudah bun, yah, Arin berangkat dulu ya." Sahut Arin dan menyalami kedua orang tuanya yang diikuti oleh Gavin.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Sesampainya mereka dibutik yang diberitahukan Lia pada Gavin, mereka disambut dengan hangat oleh parankaryawan disana.

"Mas Gavin sama mbak Arin ya?" Tanya salah satu karyawan tersebut.

"Hmn iya mbak." Jawab Arin sambil tersenyum.

"Ayo ikut saya. Tadi ibu sudah memberitahukan kalo ada mas Gavin sama mbak Arin, langsung liatin aja gaun pernikahannya." Jelas mbak mbak tersebut panjang lebar. Sedangkan Gavin yang sedari tadi diam hanya mengganggukkan saja kepalanya sebagai jawaban.

"Ini gaun yang ibu Lia dan ibu Ani pesan buat kalian." Kata mbak tadi sambil memperlihatkan gaun yang cantik meski sederhana dan setelan texudo yang senada kepada Gavin dan Arin.

"Makasih mbak, saya coba dulu ya," Sahut Arin sambil membawa gaun yang tadi mbaknya tunjukan ke pas ganti. Dan Gavin, dia melakukan hal yang sama dengan Arin.

Jika biasanya ketika Fiting baju si pria akan melihat si wanita mengenakan gaunnya, ini berbeda dengan Gavin dan Arin. Mereka malah sibuk mencoba masing-masing pakaian mereka, dan setelah dirasanya pas, mereka langsung kembali dan membawa pakaian mereka masing-masing untuk dibawa.

Biarlah, biarkan Gavin melihat kecantikan Arin memakai gaun itu nanti dipernikahannya. Pernikahan yang akan mereks laksanakan beberapa hari lagi tanpa adanya CINTA dipihak Gavin.

***

Hai hai hai.... gimana puasanya? lancar? gak kerasa ya lebaran bentar lagi wkwk
Maafkan aku yang updatenya satu tahun sekali:( sebenernya akutu lupa alur dicerita ini hehe karena tiga bulan prakerin itu bukan waktu yang sebentar. Apalagi selama prakerin gak buka-buka wattpad gara-gara terlalu fokus. Fokus youtubean maksudnya:v

Intinya jangan lupa vote dan komen yaa. Makasih buat yang masih suka baca, kali kali vote sama komen ya biar akunya semangat buat lanjutinnya, karena satu vote dan satu komentar kalian sangat berharga buat aku. Udah ahh jadi curhatkan mhehe

-Happy reading-
Salam sayang dari acu:*

Silent Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang