Gosip

1.6K 94 1
                                    

'Butuh waktu untuk seseorang menyadari perasaannya. Karena terkadang, ketika hati menemukan kepastian otak selalu menentang.'

***

Hari-hari Arin berjalan begitu saja, seminggu sudah dia menyandang sebagai istri Gavin. Dan dalam seminggu inipun Gavin masih tetap sama, dingin dan ketus jika berbicara. Soal pernikahannyapun masih rahasia untuk keduanya.

Hari demi hari cukup membawa sedikit perubahan, meskipun Gavin masih saja belum bisa menerima Arin, dia tetap menghargai Arin sebagai istrinya dan Arinpun tetap berusaha menjadi istri yang baik untuk Gavin.

Gavin sekarang rutin membawa bekal buatan Arin, dia jadi jarang pergi kekantin bersama kedua sahabatnya Nathan dan Alvin. Tapi, semanjak itu pula Gavin jadi sering diejek oleh kedua sahabatnya. Mereka bilang kalau Gavin anak manja. Dan insiden bekal juga menjadi keanehan tersendiri bagi kedua sahabat Gavin. Tapi Gavin tidak menghiraukannya dan merasa tidak peduli.

Hari ini Arin dan Gavin berangkat sekolah bersama seperti biasanya, seperti biasa pula Arin akan meminta Gavin menurunkannya di perempatan dekat sekolah dengan alasan yang masih sama. Gavin pun tidak keberatan akan hal itu.

"Makasih kak." Ucap Arin sebelum keluar dari mobil.

Selama inipun masih tidak ada kontak fisik yang berarti diantara keduanya, seperti Arin akan mencium tangan Gavin, dan Gavin akan mencium kening Arin. Ahh mungkin ini memang belum saatnya.

Arin berjalan dengan santai menuju area sekolah, hingga akhirnya sampai dikelasnya.

"Assalamu'alaikum." Ucap Arin ketika masuk kedalam kelas.

Orang yang ada didalampun tak lupa menjawab meski hanya sebagian.

Sudah ada Cila dan Pika dibangku masing-masing. Terlihat mereka sedang bercerita dengan heboh sampai tidak menyadari kedatangan Arin.

"Assalamu'alaikum." Ucap Arin mencondongkan tubuhnya kearah Cila dan Pika.

Sontak Cila dan Pikapun mendongak kearah Arin dan menjawab salam.

"Ngagetin aja lo." Cila mengelus dada dramatis.

"Hehe maaf, habisnya kalian asyik banget sampe gak denger aku ngucapin salam tadi." jawab Arin cengengesan.


"Kalian lagi ngomongin apa si?" Tanya Arin penasaran.

"Sini-sini duduk dulu." Cila menepuk-nepuk kursi disebelahnya lantas Arin duduk disana.

"Pagi ini ada gosip hot Rin. Seantero sekolah lagi panas-panasnya ngomongin berita ini yang masih menjadi misteri." Cila memulai gosipnya dengan semangat. Sedangkan Arin dan Pika mendengarkan dengan serius. Tumben sekali Arin tidak menyangkal untuk mendengar gosipan Cila, biasanya dia akan menjauh ketika kedua sahabatnya sedang bergosip ria.

"Tadi pagi di grup sekolah ada isu, kalau anak pemilik sekolah itu sebenarnya sekolah juga disini." Cila melanjutkan ceritanya.

"Tapi sampai detik inipun masih belum terpecahkan juga sebarnya siapa anak pemilik sekolah diantara beratus-ratus murid disini. Padahal kan ya, anak pemilik sekolah ini menunjukan jati diri, udah yakin seribu persen tuh orang bakal jadi most wanted sekolah." Kata Cila menggebu-gebu. Arin dan Pika pun dengan serius menanggapi ucapan Cila dengan menganggukan kepala.

"Itu juga kalo orangnya cakep! whahahaha." Tiba-tiba saja Cila tertawa. Dan dengan bodohnya Pika dan Arin malah ikut tertawa bersama Cila. Dan menjadi pusat perhatian dikelasnya karena terlihat seperti orang gila. Bagaimana tidak, kelas yang sedang hening tiba-tiba mereka tertawa ngakak. Ajaib memang.

***

Seperti biasa, ketika bel istirahat berbunyi, Gavin mengeluarkan kotak bekalnya. Sekarang Gavin sudah terbiasa membawa bekal yang dibuatkan Arin untuknya dan jadi jarang ke kantin.

Gavin melihat isi bekalnya, ternyata kali ini Arin membuatkan bekal nasi goreng untuknya. Gavin sudah tidak sabar mencicipi makanan yang ada didepannya karena Gavin mengakui jika masakan Arin sangat enak.

"Vin, Vin, Vin." Nathan menepuka bahu Gavin. Baru saja dia akan memasukan sesendok nasi, dengan tidak sopannya Nathan menepuk bahunya hingga sendok masih melayang didepan mulutnya.

"Apa si? lo gak liat gue mau makan?"

"Lo udah denger gosip tadi pagi belum?" Kini Alvin yang bertanya.

"Gue gak peduli." Sahut Gavin dan menyuapkan nasi gorengnya.

"Ada yang ngebocorin kalo anak pemilik sekolah sebenernya sekolah disini." Ucapan Nathan membuat Gavin tersedak. Dengan cepat Alvin memberikan botol air minum pada Gavin.

"Nah lhoo kesedek kan!" gerutu Alvin.
"Sok gak peduli si." Lanjutnya.

"Siapa yang berani bocorin?" Tanya Gavin garang.

Nathan dan Alvin hanya bisa mengedikan bahu sebagai jawaban.

Gavin mendekikan matanya curiga pada orang dihadapannya.

"Bukan gue." Kata Alvin cepat.

"Apalagi gue." Sahut Nathan.

"Kita itu sahabat lo. Masa kita mau bongkar rahasia sahabatnya sendiri." Lanjut Nathan.

Bukannya Nathan mau menuduh sahabatnya, hanya saja, yang tau soal jati dirinya sebagai anak pemilik sekolah itu hanya diketahui beberapa orang saja. Alvin, Nathan, kepsek, dan guru-guru tertentu. Bahkan, Arin yang yang menyandang sebagai istrinya saja belum ia beritahu.

Ada beberapa alasan Gavin menyembunyikan jati dirinya. Salah satunya dia ingin hidup tenang tanpa banyak usikkan. Ia cukup tau bagaimana resiko menjadi orang terpandang. Karena itu dia merahasiakan jati dirinya sebagai anak pemilik sekolah. Bahkan semenjak dia menjadi CEO pun dia selalu menghindari media dan menjadikan Niko sebagai sekertarisnya yang bertanggung jawab untuk mengatasi semuanya. Sehingga semua orang tidak tau jika kesuksesan perusahaan Antony Corp ada peran Gavin sebagai CEO muda.

***

Untuk part ini segini dulu, maaf updatenya sesuka hati😁
Ceritanya makin absurd aja ya?
Yaudah segini dulu, semoga suka:)

Silent Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang