Pertemuan yang memalukan

5.3K 170 3
                                    

Mungkin ini hanya rasaku. Dimana hatiku berdetak tak menentu tatkala bertemu denganmu.

***

Pagi ini mentari bersinar begitu cerah menyetrum semua orang agar bersemangat dan ceria. Begitu juga dengan Arina Maqshurotul Filkhiya atau gadis yang akrab dipanggil Arin itu sedari tadi sibuk membereskan tempat tidur sebelum bergegas turun untuk sarapan bersama keluarga tercinta.

Tok ... tok ... tok

"Arin cepat turun sayang." Teriak sang mamah dibalik pintu.

"Iya mah, bentar lagi beres kok." Jawab Arin sedikit berteriak.

Setelah mendengar jawaban anaknya, Lia-Mamah Arin turun kembali kemeja makan.

"Selamat pagi, Mah, Pah." Sapa Arine sembari menuruni tangga.

"Pagi juga sayang." Jawab kedua orang tuanya.

"Wahh ceria banget sih anak papah." Goda Herman-Papah Arin ketika Arin hendak duduk.

"Hehe, Iya nih pah. Habisnya seneng banget hari inikan hari pertama masuk sekolah lagi. Jadi harus semangat." Jawab Arin menggebu-gebu.

Sedangkan Lia dan Herman hanya tersenyum melihat tingkah ceria anak semata wayangnya itu.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah dua minggu libur kenaikan semester. Arin sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dia rindukan. Apalagi Dia, si kakak kelas yang sudah hampir dua tahun ini Arin kagumi dan sukses mengganggu pikiran dan jantungnya.

"Arin selesai." ucap Arin ketika sarapannya telah habis tak tersisa.

"Arin berangkat mah, pah." Lanjutnya sambil meraih kedua tangan orang tuanya.

Herman dan Lia mengelus sayang kepala berkhimar milik Arin bergantian hingga akhirnya Arin pamit pergi sekolah.

***

"Assalamu'alaikum." Ucap Arin ketika memasuki kelasnya. Terlihat didalam sana masih minim orang, hanya beberapa orang saja yang sudah ada dikelas. Bahkan sahabatnya Pika dan Cila saja belum datang.

Karena merasa bosan, Arin memilih melanjutkan membaca novelnya sembari menunggu sahabatnya datang.

"Ariiiiiiinnnnn," Teriak seseorang yang sukses mengganggu acara akan membaca novel Arin. Baru saja ingin membuka sampulnya, Arin harus membatalkan niatnya.

"Wagileseehhh gue kangen banget sama lo Rin," Heboh Pika sambil memeluk Arin erat.

"Iya Pika, Arin juga kangen sama Pika. Tapi bisa gak meluknya gak kenceng-kenceng?" Ucap Arin sedikit tersenggal karena kesulita nafas.

"Hehe maaf maaf sayangku." Kekeh Pika sambil melepaskan pelukannya.

Baru saja Pika melepaskan pelukannya, Tiba-tiba Cila datang dan langsung memeluk Arin tidak kalah erat dari Pika. Sungguh tersiksa sekali Arin hari ini.

"Cila Arin gak bisa nafas." Ujar Arin pasrah dipelukan Cila.

"Ehh iya maaf Arine. Habisnya Cila kangen banget sama Arin." Jawab Cila dramatis.

"Terus sama gue enggak gitu?" Tanya Pika gak terima.

"Kalo sama lo sihh kayaknya engga deh. Wleee," Jawab Cila memeletkan lidahnya.

"Udah-udah jangan mulai deh. Sini-sini peluk, Aku kangen banget sama kalian." Lerai Arin membuat kedua sahabatnya itu larut dipelukan Arin sambil menangis terharu.

Begitulah mereka. Saling melengkapi satu sama lain, saling mengingatkan, dan saling menyayangi. Arin selalu berdo'a agar persahabatannya itu bukan hanya terjalin didunia, tapi juga di akhirat.

Tidak terasa murid-murid sudah mulai berhamburan datang dan memenuhi kelas. Bel tanda masukpun sebentar lagi akan segera berbunyi.

Guru fisika datang sebagai jam pertama. Karena hari ini hari pertama, jadi pelajaran belum terlalu efektip hanya guru-guru yang tertentu saja yang masuk untuk mengajar.

Setelah pelajaran fisika selesai, Arin diajak Cila dan Pika pergi kekantin. Karena Arin juga merasa haus, tidak ada alasan lagi untuk dia menolak.

"Cila, Pika, Arin gak jadi kekantin deh ya, hausnya udah hilang kok." Kata Arib tiba-tiba membuat kedua sahabatnya mengerutkan dahi.

"Lahh kenapa Rin? tadi katanya haus." Jawab Pika heran.

"Iya tuh. Lagian kalo gak haus juga, Arin anter kita aja beli makanan. Yayaya." Mohon Cila.

Bukan tanpa alasan Arin tiba-tiba berubah pikiran. Hanya saja di kasihan pada hati dan jantungnya. Dia belum siap untuk bertemu lagi dengan kakak kelas yang dikaguminya. Meskipun selama ini kakak kelasnya itu tidak mengetahui apa-apa, tapi tetap saja Arin akan merasa malu.

"Ayolahh Rin," Bujuk Pika dan Cila dengan menampilkan pupy eyes nya.

Karena merasa tidak tega, akhirnya Arin mengiyakan dan mempersiapkan diri agar tidak terlalu gugup.

Huh!

Arin menarik nafas untuk merileksasikan tubuhnya yang tersa kaku. Perlahan-lahan dia mulai berjalan memasuki area kantin. Dan sayangnya, sahabatnya itu memilih stand yang dekat dengan meja Gavin untuk membeli makanan.

"Ehh ehh," Desis Arin ketika kakinya menginjak depan ron sekolahnya. Gara-gara kecerobohannya dia terjatuh tepat di pinggir meja Gavin dan teman temannya.

'Ya ampuuunn memalukan sekali.' Jerit Arin dalam hati.

Pika dan Cika berteriak heboh lantas segera membangunkan Arin. Gavin yang ada disanapun cukup kaget dan hanya menyaksikan karena orang yang jatuh itupun telah dibantu oleh teman-temannya.

Bisa membayangkan betapa merahnya wajah Arin? jika saja tidak ada khimar yang menutupi pipinya, Arin yakin sahabatnya akan terbahak menertawakan tingkahnya.

Sungguh pertemuan yang memalukan.

***

Hollaa
Ini cerita pertamaku. Jadi jangan aneh kalo gaje dan absurd😁
Tapi semoga pada suka ya, dan jangan lupa vomentnya juga yaaa hehe

See you next part❤

Silent Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang