Dua Sejadah

1.8K 104 1
                                    

Hari ini UN dilaksanakan, empat hari penentu. Dimana hasil belajar selama tiga tahun ditaruhkan dalam empat hari demi tercapainya kata LULUS. Dua mata pelajaran bahasa Indonesia dan Matematika telah terselesaikan. Keringat yang bercucuran kentara terlihat didahi setiap orang, matematika memang benar-benar mematikan sampai-sampai menghitung kancing adalah salah satu jalan keluar. Seperti halnya yang dilakukan oleh Nathan dan Alvin yang mengerjakan sisa soal dengan cara menghitung kancing atau memilihnya asal disaat detik-detik terakhir dan mendesah panjang saat bel mengharuskannya untuk berhenti  mengerjakan soal.

Berbeda dengan Nathan dan Alvin yang masih uring-uringan karena ada beberapa soal yang belum terselesaikan. Justru Gavin tenang-tenang saja. Matematika bukan hal yang sulit bagi Gavin. Bahkan Nathan dan Alvin merutuki ketidak beruntungannya yang harus duduk berjauhan dengan Gavin dan tidak bisa meminta contekan gara-gara penjagaan yang sangat ketat diruang ujian.

“Orang pinter mah beda,” celetuk Alvin dengan wajah yang masih ditekuk.

“Makannya belajar.” Sindir Gavin.

“Lo mah gitu, kalo lagi ujian suka lupa sahabat.” Gerutu Nathan yang sama-sama tak terima.

“Sorry, kalo lagi ujian sahabat gue cuma otak.” Kata Gavin melirik kedua sahabatnya.

Setelah mengatakan itu Gavin segera menju parkiran, dia ingin cepat-cepat pulang dan mengistirahatkan otaknya.

***

Selama ujian, kelas X dan XI otomatis diliburkan, dan itulah alasan kenapa Arin sedang dirumah sekarang. Karena tidak ingin mati bosan, akhirnya Arin memilih untuk memasak saja. Arin melirik jam yang ada diruang keluarga, sebentar lagi Gavin akan pulang dan Arin ingin menyiapkan makanan untuk Gavin.

15 menit sudah Arin berkutat didapur dengan bahan-bahan masaknnya yang sekarang sudah terhidang dengan aroma yang membuat perut keroncongan jika menciumnya. Lantas Arin segera membawanya kemeja makan dan tinggal menunggu Gavin pulang.

Assalamu’alaikum
Mendengar salam yang tak lain itu suara Gavin, Arin segera menghampiri Gavin yang baru saja pulang.

Waalaikumsalam,” Sahut Arin dan mencium tangan Gavin.

“Gimana ujiannya kak?” Tanya Arin antusias. Melihat arin tersenyum membuat Gavin tak bisa menahan untuk tidak tersenyum juga.

Alhamdulillah lancar. Soalnya juga cetek.” Jawab Gavin sombong.

“Iyalah ctek buat orang pinter mah.” Arin mendengus.

“Tu tau haha” Gavin selalu saja gemas dan tidak bisa menahan untuk tidak mengusap kepala Arin yang terbalut hijab dan membuat si empunya mendengus kesal.

“Ish, udah mandi sana. Terus makan.” Arin sedikit mendorong badan Gavin yang ditanggapi kekehan oleh Gavin.

Lantas Gavin segera menuju kamarnya untuk menjalankan perintah dari sang istri. Lagian cacing diperutnya juga sudah berdemo gara-gara mencium aroma enak dari dapur tadi.

***

Gavin dengan lahap memakan makanan yang sudah Arin ambilkan. Dari masakan awal Gavin menyukai Arin. Karena makanan yang dibuat Arin selalu enak dan membuat Gavin tidak ingin makan diluar. Arin yang melihat Gavin makan dengan lahap hanya bisa tersenyum senang.

Drrtt ... Drrtt ... Drrtt

Handphone Gavin terus bergetar diatas meja tapat ketika ia sedang menyelesaikan suapan terakhirnya. Sebelumnya Gavin meneguk air putih terlebih dahulu dan bergegas segera mengangkatnya.

Silent Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang