Awas typo dimana-mana.
Happy reading guys:)Setelah selesai berjama'ah solat magrib, Gavin dan Arin kembali melanjutkan acara pindahan Arin kekamar Gavin. Kini mereka tinggal membereskan barang-barang dari kamar Arin ke kamar Gavin.
"Barang kamu cukup banyak juga," Ucap Gavin memecahkan keheningan diantara mereka.
"Aku bingung mau taro dimana." Lanjutnya.
Arin yang sedang memasukan baju-baju pada lemari sebelah kanan milik Gavin menoleh.
"Habisnya itu barang-barang penting semua." Sahut Arin dan kembali pada aktivitasnya.Sampai akhirnya waktu isya, mereka masih saja belum selesai dengan acara pindahan itu dan memilih untuk melaksanakan solat terlebih dahulu. Karena tidak baik jika mereka mealaikan waktu solat. Setelah selesai dengan solatnya, baru mereka melanjutkan kembali pekerjaan mereka. Jangan sampai pas Ani datang mereka belum menyelesaikan semuanya. Itu akan sangat berbahaya bagi mereka.
Tepat pukul 21:00 mereka baru menyelesaikan semuanya. Semua barang milik Arin kini berjejer rapih bersama barang-barang milik Gavin. Keduanya bernafas lega karena bisa menyelesaikan semuanya tepat ketika mamanya belum sampai dirumah.
Arin dan Gavin bersamaan merebahkan tubuh mereka dikarpet bulu milik Gavin. Pandangan mereka bertemu hingga keduanya sama-sama terhanyut dalam tatapan satu sama lain. Tanpa sadar Gavin menyentuh wajah Arin dan membuat Arin kaget.
'Cantik'
Dan kata itu membuat pipi Arin bersemu. Gavin yang melihat semburat merah dipipi Arin mengelusnya.
"Pipi kamu merah." Ucap Gavin masih setia mengelus wajah Arin."Apa si kak." sahut Arin malu-malu.
Ini kali pertama mereka bisa sedekat ini dalam waktu yang lama. Gavin dan Arin keduanya merasa nyaman dengan posisi mereka saat ini. Hingga rasa kantuk menyerang keduanya dan membawa mereka kealam mimpi.
***
Jam 23:00 Ani sampai tepat dikediamannya. Ia yakin jika anak dan menantunya pasti sudah terlelap mengingat jika ini sudah hampir tengah malam. Untung ia masih memiliki kunci cadangan rumah ini. Lantas Ani segera masuk tanpa harus membuat keributan yang akan membuat anak dan menantunya terbangun.
Tadinya Ani ingin langsung beristirahat saja dikamarnya, tapi melihat pintu yang terbuka di lantai dua, akhirnya Ani memilih melihatnya. Dan sepertinya pintu yang terbuka itu pintu kamar anaknya. Apa Gavin dan Arin belum tidur? itu yang ada dibenak Ani sekarang.
Segera Ani menaiki satu persatu anak tangga menuju kelantai dua dan mendekati pintu kamar anaknya. Ani melongo ketika melihat jelas Arin dan Gavin yang sedang tertidur pulas dibawah dengan beralaskan karpet bulu.
Ani yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala dan tidak bisa untuk tidak tersenyum.
"Dasar anak muda, udah disediain kasur gede malah milih tidur dikarpet." Gumam Ani."Untung yang liat mama, kalo yang lain bisa iri liat kalian peluk-pelukan kayak gini. Mau mesra-mesraan gak nutup pintu, padahal kunci aja sekalian." Lanjut Ani dan beranjak keluar. Tak lupa ia menutup pintu kamar Gavin.
Ya, kini mereka tertidur dengan posisi Gavin yang melingkarkan tangannya dipinggang Arin. Tak lupa mereka juga tertidur saling berhadapan sehingga wajah mereka begitu dekat. Bahkan hidung Gavin hampir menyentuh hidung Arin. Mungkin Gavin ngira Arin guling kali ya wkwkwk
Adzan subuh berkumandang dengan merdu, mambangunkan para manusia untuk segera menunaikan kewajibannya sebagain manusia yang beriman. Arin mengucek matanya untuk menyesuaikan intensitas cahaya disekitarnya. Dan merasa ada sesuatu beban yang membuat badannya terasa berat. Setelah sadar dan berhasil membuka matanya dengan sempurna, Arin sangat terkejut ketika yang pertama kali dilihatnya adalah wajah Gavin yang masih betah dengan tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love (Completed)
Teen FictionKALO MAMPIR JANGAN LUPA KASIH VOTE SAMA KOMENNYA YA, KARENA 1 VOTE DAN 1 KOMEN KALIAN SANGAT BERHARGA BAGI SAYA:) +LiBRARY + READING LIST KALIAN = SEMANGAT AKU BUAT NULIS❤ Arin mencintainya. Dua tahun sudah ia memendam perasaan pada kakak kelas yang...