Sisi Yang Berbeda

1.8K 104 1
                                    

"Assalamu'alaikum"
Gavin refleks menyembunyikan buku diary milik Arin dibelakang tubuhnya. Mungkin karena terhanyut dengan tulisan-tulisan Arin tentang dirinya membuat Gavin tidak menyadari kedatangan Arin.

"Wa-wa'alaikumsalam" sahut Gavin gugup.

"Kakak lagi apa?" Tanya Arin melihat raut tegang diwajah Gavin.

"Ahh enggak. Ini lagi liat-liat aja tadi." Jawab Gavin. Mendengar itu Arin hanya menganggukan kepalanya mengerti. Lantas ia pamit kembali, karena tujuan Arin tadi ingin meminta ijin pada Gavin. Dia dan mamanya akan pergi kesupermarket untuk berbelanja.

"Huft, hampir aja." Guman Gavin. Dengan cepat ia mengembalikan diary Arin ketempatnya semula. Karena tidak ingin bosan, Gavin memilih menuju kasur milik Arin dan membaringkan tubuhnya diasana. Lantas ia berpikir untuk tidur sejenak sembari menunggu Arin dan mertuanya kembali dari supermarket.

***

"Kak, kak, ayo bangun." Ucap Arin sambil menggoyangkan tubuh Gavin pelan.

Gavin melenguh dan mengucek matanya untuk menyeimbangkan intensitas cahaya yang masuk pada matanya. Sepertinya Gavin tertidur cukup lama.

"Ayo turun, kita makan." Ucap Arin kembali.

"Jam berapa?" Tanya Gavin melirik Arin dengan mata yang masih tertutup sebelah.

"Jam 10." Jawab Arin.

"Yaudah, aku kekamar mandi dulu." Kata Gavin sembari bangkit dari tempat tidur.

Entah sadar atau tidak, ini pertama kali Arin mendengar Gavin menyebut dirinya dengan sebutan aku bukan gue. Arin hanya bisa tersenyum dan bersyukur, berdoa agar seterusnya Gavin bisa berbicara aku-kamu dengan Arin.

Arin keluar kamar dan berniat menunggu Gavin dimeja makan saja.

Tak lama Gavin datang dan duduk tepat disebelah Arin. Arin mulai mengisi piring Gavin dengan nasi dan lauk-pauk yang diinginkan Gavin. Setelahnya mereka bertiga makan dengan hidmat tanpa suara dan hanya membiarkan detingan sendok dan garpu yang menjadi pengisi keheningan dimeja makan itu.

"Ekhem." Dehem Gavin setelah meneguk air mineralnya. Semuanya telah selesai dengan makanannya, sepertinya ada sesuatu hal yang ingin Gavin sampaikan.

"Ma, maaf Gavin dan Arin gak bisa lama-lama disini. Setelah ini Gavin mau ajak Arin jalan-jalan dulu ngabisin hari minggu."

"Uhukk .. uhukk"
Mendengar itu Arin yang sedang minum tebatuk-batuk akibat keselek. Arin kaget mendengar penuturan Gavin. Padahalkan mereka tidak merencanakan ingin pergi jalan-jalalan setelah ini.

"Hati-hati dong sayang." Tegur lia.
"Iya gak papa. Kalian bisa main kapan aja kesini." Lanjut Lia dan tersenyum.

"Yaudah Arin beresin ini dulu ya kak." Pamit Arin dan membereskan semua piring dan bekas makan lainnya. Lantas ia segera mencucinya.

Tepat pukul 11:00, Gavin mengajak Arin untuk berpamitan kepada Ani. Gavin sudah tidak sabar mengajak Arin jalan-jalan hari ini. Entahlah setelah mengetahui semuanya Gavin merasa lebih bisa menerima Arin dikehidupannya. Tapi biarkan Gavin berpura-pura seakan masih belum tau dan akan menanyakan semua kebenaran itu kepada Arin langsung. Gavin ingin mendenggarnya langsung dari mulut Arin, sekarang ia ingin menghabiskan waktu dengan sahabat masa kecilnya itu yang menyandang sebagai istri yang selalu ia cuekan selama ini.

Silent Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang