Setelah selesai makan, sambil terus berpikir Gavin menimang-nimang apa yang seharusnya ia lakukan. Apakah ini waktu yang tepat untuk Arin teu tentang hal yang disembunyikannya selama ini untuk hidup tenang? Gavin yakin, sekeras apapun ia menyembunyikan jati dirinya, suatu saat nanti akan tetap terbongkar. Sekarang saja disekolahnya sudah mulai menyebar gossip-gosip tentangnya yang entah dari mana.“Ekhem, kak?” deheman Arin menyadarkan Gavin dari lamunannya. Rasanya begitu sulit bagi Gavin untuk menceritakan semuanya. Bhakan pada istrinya sendiri.
Gavin masih tetap diam.
“Aku kekamar duluan ya,” pamit Arin dan pergi dari meja makan.
Hening.
Sesampainya Arin dikamar, ia lantas pergi kekamar mandi untuk sekedar mecuci muka sebelum tidur. Saat kembali, betapa terkejutnya Arin ketika sudah ada Gavin dikamarnya.
Ya Tuhan, bahkan Arin sedang tidak menggunakan jilbabnya sekarang. Dan ini untuk pertama kalinya Gavin melihat rambut Arin yang menjuntai indah terurai hitam pekat.
Gavin sempat terpana melihat Arin tanpa balutan jilbab dikepalanya, pandangannya sempat bertemu dengan iris coklat milik Arin. Hingga beberapa menit akhirnya keduanya mulai tersadar.
“Kak?” Arin memcahkan keheningan.
“Se-sejak kapan kakak disini?” Tanya Arin gugup.
“Barusan.” Jawabnya datar.
“Gue mau ngomong.”
“Duduk.” Lanjutnya. Lantas Arin menghampiri Gavin dan duduk disebelahnya.
“Ma-mau ngomong apa kak?”
“Gue mau cerita soal gue kaman hari ini.”
Arin hanya diam sebagai tanggapan. Dan itu juga berarti jika Arin sudah siap untuk mendengarkan.
“Sebenarnya, hari ini gue dari kantor…”
“Kantor apa kak?” Sahut Arin yang membuat Gavi kesal.
“Kantor polisi!” sontak Arin membelalakan matanya. Pasalnya, untuk apa Gavin kekantor polisi?
“Dengerin dulu gue belum selesai ngomong. Udah maen potong aja.” Gavin memutarkan bola matanya.
“Ehehe maaf.”
“Lo dengerkan soal gossip disekolah kalo anak pemilik sekolah sebenernya sekolah disana?” arin hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Itu gue.” Arin membelalakan matanya karena cukup kaget. Baru saja ia akan bicara, Gavin kembali bersuara.
“Sebenernya itu sekolah milik papa gue, Cuma gak ada orang yang tau kecuali kepsek sama guru-guru. Ini dilakuin karena permintaan gue, dan papa juga gak pernah keberatan. Gue Cuma mau hidup tenang disekolah seperti orang-orang yang lainnya. Lo juga taukan gimana reaksi orang-orang pas kemarin denger gossip itu, semuanya selalu terobsesi dalam ketenaran, tapi gue lebih milih hidup selayaknya manusia normal tanapa terkenal, pamor, dan sebagainya.”
Arin memang kaget mendengar hal ini. Pasalnya dia sendiri sebelumnya tidak diberi tau apa-apa soal Gavin. Bahkan Ani dan Antonypun mertuanya, merahasiakan ini dari mrnantunya. Tapi, ada rasa hangat dihati Arin ketika sekarang Gavin menceritakan semuanya padanya, setidaknya Arin berpikir jika Gavin sudah mulai menerima kehadirannya.
Cerita terus berlanjut. Arin masih tetap diam dan menjadi pendengar yang baik.
“Dan satu hal lagi, mungkin gue bakalan jarang dirumah setelah ini, setidaknya gue ngasih tau dulu lo sekarang supaya lo gak nungguin gue pulang sampe larut malam kayak tadi.” Terselip nada sindiran disana. Toh itu juga salah dia yang tidak memberi kabar pada Arin dan membuatnya khawatir.
“Gue bakal sering kekantor, ngurusin perusahaan cabang. Lagian sebentar lagi gue bakal lulus dan bakal fokus disana.” Inipun fakta yang membuat Arin tercengang.
Bagaimana mungkin Gavin menyimpan banyak rahasia dibalik kecuekannya. Memang, selama ini pun yang Arin tau Gavin hanya orang biasa ketika disekolah. Dan Arn tidak menyangka dibalik itu semua, Gavin menyimpan begitu banyak rahasia. Senyum Arin mengembang. Dia jadi semakin kagum pada kakak kelas yang telah merangkap menjadi suaminya ini.
“Kenapa lo senyum-senyum?” Tanya Gavi ketika melihat Arin yang terus tersenyum dengan pandangan ke arahnya.
“Terimakasih kak.” Ucap Arin tulus.
“Untuk?”
“Kakak udah mau cerita, itu artinya kakak udah mulai percaya sama Arin.” Senyum Arin masih tercetak sempurna diwajah cantiknya, apalagi saat ini Arin terlihat lebih cantik dimata Gavin. Gavin sempat terpesona dengan senyuman Arin yang terlihat manis dimatanya. Hingga akhirnya dia tersadar dan menggelengkan kepalanya seperti orang bodoh.
“Gue ngantuk mau tidur.” Gavin berdiri lalu berjalan buru-buru keluar dari kmar Arin.
Lucu sekali kalo Gavin lagi salat tingkah.
Arin hnaya bisa tersenyum melihat punggung Gavi yang mulai menjauh dan menghilang dengan tertutupnya pintu. Lantas Arin berjalan menuju tempat tidurnya untk segera memejamkan mata karena hari sudah semakin larut. Dipandanginya langit-langit kamar dengan senyum yang masih mengembang, hati Arin rasanya menghangat ketika Gavin mulai terbuka padanya. Ya meskipun Gavin masih cuek dan dingin padanya. Tapi setidaknya Gavin sudah mulai ada perubahan dan membuat Arin senang. Stelah membaca do’a Arin segera memjamkan matanya dengan banyak harapan ketika ia terbangun.***
Double up!!
Jan lupa vomentnya ya zheyeng😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love (Completed)
Teen FictionKALO MAMPIR JANGAN LUPA KASIH VOTE SAMA KOMENNYA YA, KARENA 1 VOTE DAN 1 KOMEN KALIAN SANGAT BERHARGA BAGI SAYA:) +LiBRARY + READING LIST KALIAN = SEMANGAT AKU BUAT NULIS❤ Arin mencintainya. Dua tahun sudah ia memendam perasaan pada kakak kelas yang...