Balasan

1.7K 105 1
                                        

"Kak kenapa kakak bilang kalo aku pacar kakak?" Akhirnya Arin bisa mengeluarkan pertanyaan itu setelah keduanya sampai dirumah. Sungguh Arin terkejut dengan pernyataan yang Gavin katakan ketika dikantin.

"Toh lo lebih dari sekedar pacar bukan?" Tanya Gavin balik. Itu memang benar, hanya saja Arin masih cemas dan dilema. Memikirkan untuk kedepannya saja Arin masih bingung.

"Tapi kak-"

"Udah, bagaimanapun juga suatu saat mereka bakal tau kalau kita udah nikah. Lebih baik kita bilang kalau kita pacaran dari pada mereka curiga karena kita barengan." Potong Gavin dan sedikit menjelaskan.

Itu semua memang masuk akal dan Arin tidak bisa menyangkal. Dia hanya pasrah saja, meskipun sebagian dirinya bersorak senang.

"Gak usah mikirin hal ini. Mulai sekarang kita jalanin aja." Ucap Gavin dengan senyum tulus benar-benar tulus.

Ini pertama kalinya Arin melihat Gavin senyum setulus ini. Matanya yang teduh mampu menenangkan hati Arin.

Toh mungkin ini awal untuk mereka mencoba saling mencinta. Lebih tepatnya Gavin bisa menerima Arin seutuhnya.

Setelah selesai mengeluarkan unek-uneknya, mereka berdua kembali ke kamar masing-masing untuk mengistirahatkan otak mereka setelah lelah belajar.

***

Hari berganti pagi, Arin sudah bangun sejak pukul 5 untuk melaksanakan shalat subuh dan setelahnya ia habiskan berkutat didapur untuk membuat sarapan.

Hari ini Arin akan membuatkan Gavin sarapan nasi goreng keju. Dan setelah selesai Arin menyajikannya di meja makan.

Setelah acara memasak sudah selesai, Arin kembali kekamarnya untuk segera mandi. Tapi sebelum itu Arin membangunkan Gavin terlebih dahulu dengan cara mengetuk pintu kamar Gavin sampai yang punya kamar bangun. Mungkin itu kebiasaan yang Arin lakukan akhir-akhir ini.

Arin melakukan ritual mandinya, dan segera bersiap untuk segera turun dan sarapan bersama seperti biasa.

Saat kembali kemeja makan, sudah terlihat Gavin disana dengan seragam lengkapnya. Setelah duduk, Arin segera mengambilkan nasi gorengnya untuk Gavin dan untuk dirinya. Hingga mereka terhanyut dalam sarapan pagi dengan hidmat.

Masakan Arin benar-benar enak Gavin mengakuinya. Tapi Gavin selalu gengsi untuk mengatakannya sehingga jika ditanya pendapat Gavin hanya akan berkomentar 'lumayan'.

"Gue udah selesai, ayo berangat." Ucap Gavin memecahkan keheningan.

"Oh iya kak. Bentar aku ambil tas dulu." Sahut Arin.

"Gue duluan kemobil."

"Iya."

Setelah tas berada digendongan, Arin segera turun dan menghampiri Gavin yang sudah menunggunya di mobil. Tak lupa ia mengunci pintu untuk berjaga-jaga.

Setelah Arin masuk kemobil tak lama mobil berjalan menuju sekolah.

Hari ini mentari begitu cerah, awan-awan mergerak indah dilangit yang biru. Burung-burungpun seakan ikut merasakan kecerahan hari ini, dan angin berenbus menyejukan ditengah-tengah keramaian jakarta.

Arin sampai terhanyut dengan senyuman yang bertengger cantik di wajahnya, seakan ada hal yang menarik diluar sana sehingga Arin tak bisa melepaskan pandangannya dari sana. Sejak tadi Gavin diam-diam mencuri pandang pada Arin. Entah perasaan apa itu yang jelas melihat senyum Arin, Gavin jadi ikut tersenyum meskipun tipis.

Silent Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang