Extra part 2

3K 100 3
                                    

3 tahun kemudian ....

Akhir-akhir ini Gavin sangat sibuk mengurus kantor, bahkan ia beberapa hari kebelakang harus lembur dan tidak pulang. Banyak dokumen-dokumen yang harus ditandatangani maupun dikerjakan, dan itu membuat Arin sebagai istri merasa khawatir.

Hari ini Arin berniat akan mengantarkan makan siang kekantor Gavin. Dia tidak bisa terus tinggal diam dirumah, Arin khawatir jika Gavin kecapean apalagi sampai telat makan.

Arin masih ingat saat kejadian satu tahun yang lalu ketika Gavin memaksakan tubuhnya untuk terus bekerja. Bahkan ia melupakan jadwal makannya. Dan akhirnya Gavin jatuh sakit dan harus di rawat beberapa hari. Arin takut kejadian itu terulang lagi.

Semua makanan sudah selesai dibuat, Arin segera memasukannya ke wadah untuk ia bawa. Hari ini Arin membuat makanan-makanan kesukaan Gavin, setidaknya ia akan merasa senang melihat Gavin memakan makanannya. Karena beberapa hari makan hanya seorang diri itu rasanya tidak enak. Tidak ada sapaan dipagi hari, perbincangan hangat ketika sarapan, atau perdebatan kecil sebelum Gavin berangkat kerja. Ahh mengingat hal itu Arin jadi tersenyum-senyum sendiri.

"Hufftt tiga hari gak ketemu, aku sangat merindukanmu kak." Gumam Arin pelan.

Bukan Arin tidak ingin setiap hari mengantar bekal kekantor Gavin, masalahnya ia selalu dimarahi Gavin. Katanya "Jangan repot-repot nganterin aku bekal. Kamu jangan kecapean, itu gak baik buat kondisi kamu sama sikembar. Aku gak mau kalin kenapa-kenapa."

Ya, Arin kini tengah mengandung besar. Usianya sudah menginjak 9 bulan, menurut prediksi dokter Arin akan melahirkan sekitar 3 mingguan lagi. Dulu saat mengetahui Arin hamil dan terdapat dua janin didalamnya, keluarga Gavin maupun Arin merasa sangat senang, Dan dari sejak itu pula Gavin menjadi lebih protektif dan posessif pada Arin. Bahkan Gavin sampai memakai pembantu dirumah karena tak ingin Arin kecapean. Padahal Arin masih mampu, lagian kehamilannya kuat tidak lemah seperti kebanyakan wanita diluar sana yang sama-sama hamil diusia muda.

Kini Arin sudah berdiri didepan perusahaan yang dikelola suaminya itu, dengan diantar taxi, Arin sampai ketempat tujuan dengan selamat sentosa.

Arin mulai berjalan masuk dengan jinjingan bekal yang dibawanya. Sesekali ia tersenyum saat berpapasan dengan karyawan disana.

"Kak Gavinnya ada?" Tanya Arin pada Niko yang ia ketahui adalah sekertaris sekaligus sahabat juga bagi Gavin.

"Ada kok Rin, masuk aja." Ucap Niko. Dia memang sudah akrab dengan keluarga Gavin.

Mendengar itu, Arin tersenyum senang dan mengangguk. Lantas melanjutkan perjalannya menuju pintu ruangan Gavin.

"Assalamu'alaikum." Ucap Arin sambil membuka pintu.

"Wa'alaikumsalam" Jawab Gavin dari dalam.

Hal pertama kali yang Arin lihat adalah Gavin yang sedang mengetik sesuatu dikomputernya. Bahkan ia tadi menjawab salam dengan tatapan yang fokus kelayar komputer.

"Khem." Dehem Arin berharap Gavin menyadari keberadaannya. Tapi Arin salah, Gavin masih saja sibuk seolah tak mendengar dehemannya.

Dengan menghela nafas, Arin mendekati Gavin dan mencekal lengan Gavin pelan.

"Kak." Ucap Arin. Usahanya berhasil, Gavin menoleh. Dan Arin bisa melihat keterkejutan diwajah Gavin.

"Kok kamu disini?" Tanya Gavin heran.

"Emang kalo Arin kesini gak boleh? Arin kangen tau sama kakak." Jawab Arin cemberut.

Gavin yang melihat itu merasa gemas. Lelahnya seakan menguap oleh rasa bahagia. Beberapa hari tak bertemu saja Gavin sangat merindukan Arin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silent Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang