Keputusan dan Penjelasan

1.6K 103 1
                                    

Percayalah jika rencana Alloh tidak akan mengecewakan hambanya.

***

"Ka-kak Gavin?" Bisik Arin pada dirinya sendiri.

Begitu banyak pertanyaan yang ada dalam benak Arin saat ini. Malam yang penuh kejutan! hingga rasanya Arin terkena serangan jantung saat melihat orang yang ia kagumi hampir dua tahun itu ada dirumahnya dan menjadi tamu yang dimaksud mamanya.

"Gavin, ayo beri salam." Ucap Ani pada anaknya.

"Gavin." sembari mengulurkan tangan.

"A-Arin." Jawab Arin sambil menangkupkan kedua tangannya didepan dada.

Merasa tangannya menggangtung dan tidak akan mendapat balasan, akhirnya Gavin menarik kembali tangannya dengan perasan agak kesal.

Ani yang memperhatikan itu hanya bisa terkekeh. Anaknya itu benar-benar tidak tahu caranya memberi salam pada wanita macam Arin.

Dengan perasaan sedikit kesal, Gavin memilih untuk duduk kembali dan mencoba asyik dengan ponselnya kembali.

Setelah semuanya kembali duduk dan diam sejenak. Akhirnya semuanya memutuskan untuk memulai acara makan malam mereka.

Hening. Itulah gambaran yang ada dimeja makan keluarga Herman. Hanya suara dentingan sendok garpulah yang menjadi saksi ke khidmatan mereka ketika makan.

Setelah makan malam berakhir, Arin membantu mamanya membereskan piring kotor terlibih dahulu sebelum akhirnya dipanggil untuk bergabung bersama keluarnya di ruang keluarga.

"Ekhemm." Dehem Herman sebelumnya untuk menetralkan keadaan.

"Jadi begini. Arin," Orang yang disebut namanyapun langsung menoleh pada sang ayah.

"Papa dan om Antony ingin menjodohkan kamu dan Gavin."

Jleb!

Apa Arin tidak salah mendengar? dia dijodohkan dengan orang yang dia sukai hampir dua tahun ini? Apa Arin tengah bermimpi? Ya Alloh, untuk menelan ludah saja rasanya sulit sekali Arin lakukan.

Arin hanya terdiam mendengar penuturan ayahnya. Ia memilih diam dan mendengarkan apa kelanjutan yang akan papanya katakan. Rasanya lidahnya kelu untuk menjawab. Bahakan untuk satu kata saja dia tidak mampu.

Apa disi hanya Arin saja yang tidak tahu sehingga se shock ini? Bahkan Gavin saja terlihat sangat tenang ketika Herman mengutarakan hal tak terduga itu.

"Maafkan papa karena tidak memberi tahumu sebelumnya. Tapi papa harap, kamu bisa mengerti dan menerima perjodohan ini." Lanjut Herman dengan mata yang terus menatap anak semata wayangnya. Ada rasa ridak rela didalam hatinya, hanya saja bagaimana lagi? ini keputusan yang benar yang harus diambil oleh keluarga dirinya maupun keluarga Antony.

"Iya Arin sayang, tante harap kamu menerima perjodohan ini ya. Karena keputusannya sekarang ada dikamu. Gavin sudah menerimanya." Kini bagian Ani yang berbicara. Karena memang Gavin sudah mengatakan jika dia menerima perjidohan ini meskipun sebelumnya sangat sulit dibujuk.

"A-apa i-ini tidak terlalu cepat?" Akhirnya Arin bisa melontarkan pertanyaan meskipun dengan susah payah.

"Kami melakukannya karena sebuah alasan. Mungkin semuanya akan terjawab jika kamu sudah memberikan keputusan saat ini. Om harap kamu bisa Arin." Ucap Antony dengan penuh harapan.

Entah Arin harus merasa senang atau apa. Meskipun Gavin memang laki-laki yang selalu ada dalam do'anya, tapi tetap saja dia tidak menyangka jika Alloh mengabulkannya secepat ini. bahakan ketika dia masih menduduki kelas XI SMA.

Arin melirik kedua orang tuanya. Dia menatap Lia dengan pandangan yang meminta penjelasan. Dilihatnya Lia hanya mengangguk dan meyakinkan. Lalu dilihatnya Ani dan Antony, Terlihat pancaran penuh harap dari sorot matanya.

Arin bingung! dia tidak tahu harus bagaimana. Mungkin yang bisa ia lakukan hanya berserah dan berpasrah pada yang maha kuasa dan berdo'a agar keputusan yang diambilnya tidak akan ia sesali akhirnya.

Dihembuskannya nafas pelan, hingga akhirnya Arin memutuskan untuk mengiyakan atas perjodohan ini.

"Bismillah, Arin terima perjodohan ini."
Rasanya lega ketika mengucapkannya. Dilihatnya semua orang bernafas lega dan tersenyum sumringah ketika mendengar jawaban yang mendebarkan dari Arin.

"Alhamdulillah." Jawab mereka semua. Kecuali dengan Gavin. Dia merasa acuh tak acuh dengan susasana bahagia ini. Menurutnya, ini akan menjadi beban yang sangat besar bagi dirinya.

***

"Jadi, apa alasan papa sama mama yang tiba-tiba ngejodohin aku?" Tanya Arin ketika keluarga Gavin sudah berpamitan pulang beberapa menit yang lalu.

"Maafkan papa sama mama sayang. Semua ini kami lakukan karena sebuah perjanjian." Ucap Herman yang diangguki Lia sang istri.

"Papa ngelakuin ini karena perjanjian kakek kamu dan kakek Gavin. Dulu mereka sahabat dekat, sangat dekat. Begitupun dengan papa dan om Antony. Kami berteman dari kami kecil hingga sekarang. Dulu, kamu dan Gavin sering main bersama karena Gavin sering diajak kakeknya main kerumah kakekmu. Dari sanalah perjanjian itu bermula. Kakekmu dan kakek Gavin memiliki keinginan Jika cucu mereka nantinya akan menjadi sepasang suami istri dan hidup bahagia. Dan itu adalah keingian terakhir kakekmu sayang. Karena itulah papa gak bisa membatalkan perjanjian itu." Jelas Herman menceritakan alasan mengapa putrinya harus berakhir dengan perjodohan ini.

Alasan itupula lah yang membuat Gavin menyetujui perjidohan yang menurutnya konyol ini. Dia tidak bisa membantah apalagi keinginan terakhir kakek kesayangannya.

Kini Arin mengerti. Dia bisa sedikit menerima meskipun dilanda keraguaan.

'Mungkin ini skenario indah yang Alloh persiapkan untukku. Jadi akan kuserahkan semuanya kepada-Mu ya Alloh.' Do'a Arin dalam Hati.

Tepat jam tiga dini hari Arin terbangun dari tidurnya, ia berniat melaksanakan solat tahajud seperti biasanya.
Dia merasa sedikit lega, karena semalam setelah melaksanakan solat istikhoroh Arin mendapatkan jawaban dari semua kebimbangannya. Didalam mimpinya ia diberi petunjuk yang mengarah jika dia tidak salah mengambil keputusan.

Setelah mengambil air wudhu, Arin melaksanakan solat dua rokaat dengan khusu. Setelahnya, ia melafalkan do'a solat tahajud dan memanjatkan do'a atas kepastiannya, terutama tentang perjodohan yang sedang dihadapinya.

Silent Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang