Peduli

1.7K 99 1
                                        

Gavin mengedarkan pandangannya ketika sampai dikantin. Apa lagi jika bukan sedang mencari keberadaan Arin. Dia merasa khawatir karena kejadian pagi tadi. Dan sepertinya Gavin tidak cukup sabar untuk menanyakannya dirumah.

Dilihatnya Pika dan Cila sedang memakan-makannya tanpa ada Arin disana, lantas Gavin mengahmpirinya untuk sekedar bertanya.

"Arin dimana?" Tanya Gavin to the point.

Merasa pertanyaan itu terlontar untuk mereka, Pika dan Cila mendongakan wajahnya.

"Tadi Arin bilangnya mau ketoilet sebentar. Tapi sampe sekarang belum balik juga." Kata Cila menjelaskan.

"Iya ya, Arin kemana? kok gak balik balik. Gue jadi khawatir." sahut Pika gelisah.

"Yaudah gue susulin dulu." Ucap Gavin dan diangguki Pika dan Cila.

"Semoga gak terjadi apa-apa sama Arin."

Sedangkan disisi lain Arin tengah menangis. Dia tidak bisa keluar tanpa kerudungnya. Geng Prisill sudah keluar dan membawa kerudung Arin entah kemana. Arin hanya bisa duduk di salah satu bilik toilet dan mengis disana. Dan berharap ada seseorang yang membantunya.

Bajunya basah kuyup, penampilannya acak-acakan. Bahkan bau dari air yang disiramkan tadi menyeruak diindra penciuman Arin.

"Pika, Cila, Kak Gavin, Tolong Arin." Batin Arin.

Entahlah, Arin mengharapkan salah satu diantara mereka ada yang menolongnya saat ini.

***

Gavin sudah berada di kawasan toilet. Tapi Gavin masih ragu jika harus memasuki toilet perempuan. Dia terus menimang-nimang tapi perasaannya menjadi khawatir sekarang.

Sesekali Gavin melihat keseluruh arah untuk memastian jika sekitar toilet memang sedang sepi.

Karena rasa khawatirnya semakin bertambah, akhirnya Gavin memutuskan untuk masuk ketoilet perempuan. Dia tidak peduli jika didalam sana banyak perempuan. Dia benar-benar mengkhawatirkan Arin saat ini.

Gavin bernafas lega ketika didalam sana ternyata tidak ada siapa-siapa. Tapi sekaligus bingung karena Gavin tidak melihat Arin dan toiletpun sepi dan tidak ada tanda-tanda jika ada orang disana.

Gavin hendak saja berbalik dan akan kembali. Tapi tiba-tiba ia mendengar suara isakan dari salah satu bilik disana. Rasa khawatirpun muncul dalam hatinya. Ia segera berjalan mendekati bilik itu dan membukanya.

"Arin." Ucap Gavin kaget melihat kondisi Arib yang benar-benar buruk.

Melihat Gavin disana Arin segera bangkit dan memeluk Gavin erat tanpa sadar. Arin benar-benar ketakutan sekarang. Dia tidak bisa membayangkan jika tidak ada orang satupun yang akan menolongnya, mungkin ia akan ditemukan mati karena kedinginan.

Tangis Arin benar-benar pecah didalam pelukan Gavin. Gavinpun membalas pelukan Arin dan mengusap punggungnya menenangkan.

Tapi, tiba-tiba Gavin tidak mendengar lagi suara isakan dari mulut Arin dan pelukan Arin tak sekuat tadi. Saat Gavin akan melerai pelukannya, tubuhArin hampir saja akan terhuyung jika Gavin tidak cekatan menahan tubuhnya. Gavin kaget ketika melihat ternyata Arin pingsan.

Gavin segera melepaskan hoodie yang melekat ditubuhnya lalu mengenakannya ditubuh Arin yang basah. Lalu menggunakan tuplu hoodie tersebut untuk menghalangi rambut Arin. Setelah itu Gavin menggendong Arin dan membawanya ke UKS.

Silent Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang