Mentari pagi menyapa membangunkan dua insan yang terlelap dari tidurnya. Arin mengerjapkan mata ketika sinar matahari menyoroylt kearahnya dari celah gorden yang terbuka. Ia melihat kearah perutnya, disana terlihat sebuah tangan yang setia melingkarinya sepanjang malam.
Ya, setelah kejadian waktu itu, Arin tidak mempermasalahkan lagi jika Gavin memeluknya. Toh itu sudahkewajibannya meskipun sebelumnya Arin masih suka malu dan beberapa kali menghindar dari Gavin. Tapi sekarang tidak lagi, waktu merubahnya. Asal jangan lebih dari itu karena Arin belum siap. Gavinpun tidak mempermasalahkannya sampai Arin siap Gavin akan terus menunggu.
Arin tersenyum kala yang pertama kali dilihatnya adalah wajah Gavin dengan mata yang terprjam. Kadang Arin heran kenapa Gavin selalu terlihat tampan dalam kondisi apapun.
"Aku tau aku ganteng, jangan dipantengin terus dong." Ucap Gavin dengan suara khas bangun tidur. Arin yang mendengarnya langsung kicep. Arin kira Gavin masih tidur.
"Selamat pagi istriku," Lanjut Gavin dengan mata yang sudah terbuka sempurna tak lupa Gavin juga tersenyum dengan senyum yang sangat manis. Bahkan Arin baru melihatnya.
Dua bulan telah merubah keduanya, Gavin sedikit-sedikit berubah. Dia menjadi lebih hangat dan romantis pada Arin. Arinpun merasa senang karena kini usahanya untuk membuat Gavin mencintainya telah berhasil.
Cukup sudah dengan lamunan indah yang mampu membuat tersipu dan tak berhenti tersenyum. Hari ini adalah hari kelulusan Gavin, dia harus segera bersiap-siap.
"Kakak cepat mandi, Arin kebawah dulu mau bikin sarapan." Ucap Arin hendak melepaskan tangan yang masih setia melingkari tubuhnya.
"Sebentar lagi aku lulus dan sekolah lagi disana. Kamu jangan deket-deket cowok lain ya." Sahut Gavin masih tidak melepaskan pelukannya.
"Iya-iya, lagian waktu kakak masih sekolah juga Arin suka deket sama siapa? paling Pika sama Cila." Jawab Arin.
"Itu dulu si Fatih. Dia kayaknya suka sama kamu."
"Ya Allah, kak Fatihkan sama hari ini lulusan. Lagian dulu aku sama kak Fatih deket cuma ngurusin rohis."
"Iya kan takutnya nanti ada dede gemes yang naksir sama kamu, awas aja kalo berani selingkuh."
Ya ampun, Arin benar-benar tidak mengerti. Kenapa Gavin sangat manja sekali hari ini. Tidak biasanya dia seperti itu. Arin benar-benar Gemas.
"Udah ya, Arin gak bakalan selingkuh. Harusnya Arin yang takut kakak selingkuh. Nanti kakak kuliah, dikampuskan banyak cewek cantik-cantik. Bening lagi." Arin melepaskan pelukan Gavin dan bangit dari tempat tidurnya.
"Sana cepet mandi. Nanti kesiangan."Lanjut Arin yang sudah melangkah menjauh. Sedangkan Gavin memperhatikan Arin dengan wajah cemberut. Lantas Gavin menyibakkan selimutnya dan melangkah gontai menuju kamar mandi.
***
"Selamat pagi Mah," Sapa Gavin pada mamanya yang sudah duduk dimeja makan.
"Pagi sayang." Jawab Ani tersenyum hangat.
"Aku gak disapa nih?" Tanya Arin yang tiba-tiba datang dari arah dapur.
"Selamat pagi istrikuuuu." Ucap Gavin manja.
"Udah ah geli aku liatnya." Sahut Arin terkekeh.
"Arin mau mandi dulu siap-siap juga." Gavin dan Ani mengangguk sebagai jawaban.
Arin pun melangkahkan kakinya menuju kamar dan meninggalkan Gavin dan mama mertuanya dimeja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love (Completed)
Teen FictionKALO MAMPIR JANGAN LUPA KASIH VOTE SAMA KOMENNYA YA, KARENA 1 VOTE DAN 1 KOMEN KALIAN SANGAT BERHARGA BAGI SAYA:) +LiBRARY + READING LIST KALIAN = SEMANGAT AKU BUAT NULIS❤ Arin mencintainya. Dua tahun sudah ia memendam perasaan pada kakak kelas yang...