Kini Nanta berada di ruangan milik Abraham, disana ia sedang duduk di sebuah sofa yang berada di samping kiri meja kerja Abraham, Abraham sudah duduk di sebelah Nanta, ia masih saja menahan emosinya yang belum reda
"Abraham, udah ya jangan kesal lagi" ucap Nanta sambil mengusap bahu sang suami
"Gimana ngga kesal sayang? Aku ngga rela kamu di giniin, di perlakukan seperti jalang" ucap Abraham masih menahan amarah
"Udah, besok-besok kalo dia gitu lagi bakal aku tampol dia"
"Kalo ngomong sekarang kamu bisa gitu, tapi nanti? Tenaga dia pasti kuat dari kamu sayang"
"Aku cuma ngga mau kamu khawatir, aku ngga mau kamu sakit karna aku"
"Udah lah, ngapain kita ribut karena dia, sekarang kita kerja lagi aja"
Mereka pun kembali ke pekerjaan mereka masing-masing, Nanta mempunyai inisiatif untuk membuatkan teh untuk Abraham, setelah Nanta membuat teh, ia memberikannya pada Abraham
Abraham tersenyum kemudian meminum teh tersebut, setelah sekian lama waktu berjalan, akhirnya jam pulang pun tiba, Nanta dan Abraham kembali ke rumah mereka, di rumah Nanta segera mandi dan menyiapkan makanan untuk sang suami
Yah sebenarnya Nanta sudah penat bila harus memasak tapi karena dia tau kewajiban sebagai istri, Nanta pun menyiapkan makanan untuk sang suami, sudah 30 menit Nanta memasak tapi belum semua masakan selesai ia masak, masih banyak yang belum ia masak
"Abraham, kamu mandi sana, abis mandi langsung makan aja" ucap Nanta yang kini telah berada di sofa tempat Abraham menyalakan televisi
"Iya sayang, kamu panggilnya mesra dikit lah, kamu tadi kayak mau melabrak aku" ucap Abraham sambil memajukan mulutnya
"Ngga sempat mesra-mesraan, udah sana, mandi abis itu makan"
"Iya, aku maunya makan kamu, kamu mau kan sayang?"
"Udah mandi sana"
Abraham pun melangkahkan kakinya ke kamar dan memasuki kamar mandi, ketika sedang memotong wortel, ponsel Nanta berbunyi, Nanta pun mencek ponselnya yang berbunyi
Namun ada nomor yang tidak diketahui menelfonnya, dengan tidak peduli Nanta meletakkannya lagi, setelah panggilan pertama berakhir muncullah panggilan kedua masih dengan nomor yang sama
Nanta pun mengangkat panggilan itu dan muncul lah suara tak di kenal yang kini tengah menyapa Nanta dan Nanta hanya terdiam mendengar suara orang tersebut, Nanta berpikir entah dari mana orang tersebut mendapatkan nomornya apalagi sekarang ia ada di London
Masih dengan khayalnya, Nanta tetap mendengar suara orang yang menelfonnya itu, ia masih ragu apakah itu adalah orang yang ia tebak atau hanya orang lain yang mempunyai suara sama dengan orang yang ada di pikiran Nanta
"Hallo, Nanta" ucap orang di telfon
"....." tak ada jawaban dari Nanta
"Hello Nanta, kamu ingat aku kan?"
"Maaf saya bukan Nanta"
"Nanta, jangan bohong, kamu sudah bisa berbohong denganku sekarang?"
"Untuk apa anda menelfon saya lagi?"
"Nanta, jangan ngomong gitu, kita pake panggilan biasa aja, sayang dan sweety"
"Maaf, apa yang sedang anda bicarakan? Saya sudah menikah"
"Owh, kamu sudah menikah? Tapi ngga apa-apa, kamu cerai aja sama dia dan kembali ke aku, sweety"
"Fu*k"
Nanta menutup telfonnya dan melemparnya ke arah sofa, sedangkan Nanta duduk di kursi meja makan, matanya memerah menandakan akan ada air yang keluar dari matanya, tak berapa lama air itu turun membasahi pipi Nanta
Nanta menangis dengan air mata yang begitu deras, rasa sakit hatinya kembali menyesakkannya, lukanya kembali terbuka, album kenangan yang ia simpan rapi di otaknya kembali bertebaran, air mata masih enggan untuk berhenti
Nanta menahan tangisnya dengan menutup mulutnya, ia menangis tersedu-sedu, ia tak pernah berpikir bahwa orang itu akan muncul lagi di kehidupannya setelah sekian lama hilang, air mata Nanta berhenti seketika mendengar langkah kaki Abraham
Nanta segera menyelesaikan masakannya dan menghidangkannya di meja makan, baru saja Nanta hendak menyajikan makanannya Abraham melihat perubahan wajah Nanta, mata merah, wajah merah dan ingusan, Abraham langsung membuka suara
"Kamu kenapa sayang?"
"Ngga apa - apa, tuh makanannya udah aku siapin, makan yuk"
"Sayang, kita udah menikah, kamu masih mau menyembunyikan sesuatu dari aku?"
"Aku ngga apa - apa, cuma tadi aku motong bawang merah di tambah lagi aku lagi capek ya jadinya gini, mata perih trus kegosok makanya muka aku juga ikutan merah"
"Kalo capek ya istirahat, kita bisa beli makanan di luar"
"Ngga ah, trus guna aku sebagai istri apa coba?"
"Kamu jadi istri aku cuma buat aku sayangi dan aku ngga bisa hidup tanpa kamu"
"Gombal banget kamu"
"Siapa yang gombal sayang, aku serius, aku beneran ngga bisa hidup tanpa kamu, kamu ingat waktu kamu lari dari aku dan kembali ke Indonesia? Kamu lihat kan fisik dan jiwa aku gimana kalo ngga ada kamu"
"Udah, makannya di lanjut yuk, aku pengen tidur, udah capek nih"
"Kamu tidur aja kalo capek sayang"
"Tapi aku belum cuci piring"
"Nanti aku yang cuci ya sayang"
"Kamu bantu aku aja, jangan kamu sendiri yang nyuci"
"Iya deh sayang, yaah ngga bisa bikin dedek dong sekarang"
"Kamu tuh otaknya bener - bener ya, mesum mulu"
"Kalo sama istri sendiri ngga masalah dong ya"
"Udah ayo makan lagi"
Mereka pun kembali makan tanpa ada pembicaraan lagi di antara mereka, hanya suara sendok dan garpu yang terdengar saat itu, setelah selesai makan Nanta mengangkat piring kotor ke wastafel
"Sayang, aku bantu ya"
"Ok deh"
Mereka membersihkan piring bersama, hingga 10 menit berlalu, semua piring dan alat masak lainnya sudah selesai di bersihkan, dan dengan segera mereka menuju ke kamar, disana Nanta merebahkan tubuhnya dan langsung tidur
"Sayang, kamu belum gosok gigi, cuci kaki dan cuci tangan dulu lho"
"Tapi aku ngantuk banget"
"Udah kamu bersih-bersih dulu sana, kan cuma bentar aja"
"Hm, iya deh"
Nanta berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan diri, disana ia melihat masih ada sedikit warna merah yang ada di matanya, setelah selesai Nanta kembali ke ranjang dan tidur mengarah ke Abraham
Sekarang Abraham sedang mencari-cari benda yang tak diketahui oleh Nanta, baru saja Nanta memejamkan matanya, Abraham kembali bersuara
"Sayang ponsel kamu mana?"
"Aku banting"
"Ha? Kenapa?"
"Alarmnya susah dimatiin ya aku banting aja"
"Hidup kamu kayaknya penuh surprise deh ya"
"Makasi"
"Dimana kamu banting?"
"Ngga ingat"
"Sayang, aku tau kamu masih inget, dimana kamu banting ponselnya sayang?"
"Di ruang tengah, deket sofa, semoga aja udah retak ditambah lagi udah rusak biar beli ponsel baru"
Abraham menuju ruang tengah, sedangkan Nanta merasa cemas jika nanti suaminya mengetahuinya, maka habis lah dia karena tadi sudah terlanjur berbohong
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT
RomanceGadis biasa dengan sikapnya yang kasar, jutek, cuek dan judes, ditaklukkan oleh anak pemilik perusahaan besar, pria yang tengil, manis dan simpatik