Disisi lain, Abraham kini baru saja pulang dari kantornya, ia diminta oleh mamanya untuk datang ke rumah orang tuanya, Abraham pergi tepat pada pukul 7 malam, setelah 30 menit perjalanan, akhirnya dia sampai di rumah orang tuanya dengan wajah yang cukup melelahkan
Abraham masuk dan menemui mamanya sedang menimang bayi begitu pun papanya, dia bingung dan ingin bertanya itu bayi siapa dan kenapa mama dan papa tampak sayang pada mereka, karena sadar akan kehadiran Abraham, kedua orang tuanya meletakkan bayi itu diatas keranjangnya dan mengajak anaknya untuk makan malam bersama
Kedua orang tua Abraham juga turut membawa bayi itu ke meja makan, Abraham masih terlihat penasaran semuanya terlihat dari wajahnya, mereka melangsungkan makan malam dalam diam, setelah selesai makan mereka kembali ke ruang keluarga dan mama mulai membuka obrolan
"Gimana nak? Pekerjaannya lancar?" Tanya mama
"Alhamdulillah ma, oh iya ada apa mama mengundang aku makan malam? Dan bayi ini, mereka siapa?" Ucap Abraham
"Bayi ini adalah bayimu" ucap sang papa
"Apa? Bayi dari siapa lagi? Siapa lagi yang harus aku nikahi? Aku hanya mencintai Nanta dan hanya dia orang yang akan berhubungan intim denganku, bukan Griz atau lainnya, kenapa cobaan selalu datang padaku?" Ucapnya kesal
"Ini anak Nanta dan kamu" ucap mama sedikit terisak
"Apa? Ini anak aku dan Nanta?" Ucapnya sambil berjalan ke arah kedua bayi itu
Terlihat kedua anak itu juga menatapnya dan tak lama anak-anak itu tersenyum kepadanya dan mencoba meraih tangan dan pipi Abraham, Abraham menggenggam kedua tangan itu dengan air mata yang mengalir di pipinya, dia berpikir ternyata bayi-bayi ini cukup mirip dengannya, usia bayi ini sudah sekitar 1 tahun lebih dan ini persis dengan umur kelahiran anak Griz
Abraham juga bertanya bagaimana menderitanya Nanta hamil, melahirkan dan membesarkan bayi kembar ini selama 1 tahun, dia pasti sangat kerepotan, kemudian dia mengalihkan pandangannya kepada kedua orang tuanya
"Lalu, dimana Nanta sekarang? Kenapa dia meninggalkan anak kami?"
"Dia bilang, dia tak sanggup membesarkan bayi ini dan dia berharap kita bisa membesarkannya dengan disiplin dan tegas, dan juga Nanta tidak menginginkan bayi ini dibesarkan dalam rumah mu, dia meminta ke mama agar bayi ini dibesarkan di rumah ini"
"Apa? Alasan macam apa itu? Kenapa dia tak mampu membesarkan bayi ini bersama-sama? Tidakkah dia mau memberikan aku kesempatan sekali saja? Kenapa dia begitu membenci ku? Bahkan bayinya juga"
" Dia tak membenci bayinya, dia takut bayinya akan mati kelaparan jika bersama dia, jadi dia membawanya ke sini"
"Ma, aku dan dia bisa membesarkan bayi ini bersama"
"Tapi dia tidak bisa Abraham, dia sudah terluka berkali-kali, jatuh bangun berkali-kali, dia sudah lelah, biarlah dia menyerah sementara waktu dan mari kita besarkan anak kamu dan Nanta"
"Baiklah, aku akan menuruti permintaannya karena disini memang aku yang salah, aku tak bisa memperjuangkan dia sepenuhnya, lalu apakah bayi ini sudah diberi nama?"
"Yah, Nanta sudah memberi nama untuk mereka, nama yang sangat bagus, anak pertama bernama Aarav Cavan Abnan dan Devan Adelard Abnan"
"Baiklah Aarav dan Devan, you can call me bashta, panggilan dari bahasa bulgaria, yang dulu aku dan mama kalian rencanakan untuk pergi berpetualang, aku yakin suatu saat maika akan datang kepada kalian dan kita akan berkumpul bersama"
Kemudian Abraham menghabiskan waktunya disana hingga pukul 11 malam, kedua orang tua Abraham meminta Abraham untuk pulang karena, mereka tak mau Griz akan cemas dan mengkhawatirkan Abraham yang belum kunjung pulang hingga larut seperti ini
Dengan bujukan yang cukup lama, akhirnya Abraham kembali ke rumahnya dan meninggalkan kedua bayinya di rumah mamanya, sang mama sempat menitipkan surat terakhir yang diletakkan oleh Nanta di keranjang bayi itu, disana tertulis tujuan pembuatan surat adalah untuk Abraham
Kini Abraham sudah tiba di rumahnya, dia disambut oleh Griz dan kemudian dia berlalu ke ruang baca yang ada di rumahnya, disana dia berkonsentrasi membaca surat pemberian Nanta, secara teliti dia baca satu persatu
Hai my ex husband, bagaimana kabarmu? Apakah baik-baik saja? Oh iya, kamu suka tidak dengan anak-anak kita? Aku harap kamu akan mau membesarkannya sebagai anak terdidik, jangan biarkan dia memasuki jurang paling dalam yang ada di dunia ini, biarkan dia merasakan bagaimana rasanya berjuang dan bagaimana nikmatnya hasil dari perjuangan, oh iya mereka sudah ku beri nama, nama yang cukup bagus dan elegan dipasangkan di pundak mereka, mereka akan jadi anak yang hebat melebihi kita, dalam surat ini aku mengajak untuk kita berdamai, membesarkan anak-anak ini membutuhkan tenaga ekstra dan aku harap kita tak mengungkit yang telah berlalu lagi selain masalah perkembangan anak-anak kita. Aku berjanji mereka akan ku pertemukan dengan salah seorang yang pasti mereka rindukan, bukan kamu dan bukan aku tapi itu adalah bagian dari mereka, setelah ku rasa cukup waktu dalam mengendalikan situasi, maka semua akan ku kembalikan kepada sebagaimana mestinya. Jangan biarkan anak kita mengeluh tapi buatlah dia mengerti dan tak berniat mengeluh apa pun situasinya, ku rasa cukup untuk kali ini, sampai jumpa di kemudian hari, hari itu akan datang
Begitulah isi surat yang diberikan oleh Nanta kepada Abraham, Abraham hanya ingin hari itu cepat datang agar dia benar-benar bisa bertemu Nanta sesuai dengan yang dijanjikannya dalam surat itu, Abraham pun berjanji akan mendidik anak-anak ini dengan sangat disiplin dan mengerti akan hidup
Ada satu dari bagian surat itu yang tak dia mengerti, apa yang dimaksud dari bagian yang mereka rindukan tapi bukan aku dan dia? Apa lagi ini? Teka-teki apalagi yang dia berikan? Apakah sebuah perpisahan lagi? Apakah aku harus menderita lagi dengan rasa penasaran? Tapi aku ingin dia kembali menjadi istriku
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT
Любовные романыGadis biasa dengan sikapnya yang kasar, jutek, cuek dan judes, ditaklukkan oleh anak pemilik perusahaan besar, pria yang tengil, manis dan simpatik