Keesokan harinya, Abraham mengurus surat rujuk untuk Nanta dan setelah itu mereka kembali rujuk dalam waktu 1 minggu, setelah itu Nanta mengurus sekolah Febi yang akan disamakan dengan kembarannya di London ini, sekali sehari Nanta akan datang untuk melihat keadaan bunda, karena memang bunda juga sudah sering sakit belakangan ini, Nanta pasti akan setiap hari datang untuk mengecek keadaan bunda
Sementara itu Abraham mengemasi barang-barang anak serta istrinya untuk kembali pindah ke mansion Abraham seperti dulu, betapa senangnya Abraham kali ini, dia seperti hidup lagi dan memiliki semangat yang tinggi seperti dahulu. Jam 12 siang, Abraham dan Nanta menjemput ketiga anaknya dan tepat kedua orang tuanya datang, anak-anak itu baru saja berjalan hingga gerbang sekolah dan segera menaiki mobil yang dikemudikan oleh Abraham
"Gimana sekolah kalian?" Tanya Nanta
"Maika tenang saja, kami anak yang baik dan cerdas di sekolahan, oh iya maika tau tidak? Baru hari pertama masuk sekolah, Febi sudah disuka banyak lelaki" ucap Devan
"Oh ya? Berapa orang?" Tanya Abraham
"Sekitar 20 orang atau mungkin lebih, mereka berusaha mendekati Febi tapi Febi ngga menghiraukannya" balas Devan lagi
"Aku tidak suka lihat Febi di dekati seperti itu, untung mereka tidak sampai menyentuh Febi, kalau menyentuh Febi akan ku banting mereka" ujar Aarav
"Tenanglah, aku bisa mengatasi mereka kakak, dan untuk kamu Devan, tidakkah bisa kamu memanggilku kakak? Aku lebih tua dari kamu" ujar Febi
"Tidak ada yang boleh berkelahi dilingkungan sekolah, jika ingin berkelahi pergilah ke ring, agar bisa lebih adil" ucap Nanta
"Baik maika, aku mengerti" ujar Aarav
Mereka menikmati perjalanan mereka, setelah 30 menit di perjalanan mereka pun sampai di rumah, mereka memasuki rumah itu dan melakukan kegiatan mereka, ketiga anak itu yang mandi secara bergantian di sebuah kamar yang sangat besar sesuai permintaan mereka untuk tidur bersama dengan kasur yang memiliki 3 tingkat
Sedangkan Abraham dan Nanta sedang berganti pakaian, setelah berganti pakaian Nanta segera menuju dapur untuk menyiapkan makanan untuk suami dan anak-anaknya, Nanta memasak cukup banyak makanan hari ini dan semua makanan itu semuanya makanan kesukaan mereka masing-masing, setelah Nanta menyiapkan makanan di meja makan, Nanta memanggil suami dan anak-anaknya untuk makan siang
"Ibu, aku senang, terima kasih" ucap Febi pada sang ibu
"Jangan bilang terima kasih, ini tugas ibu" ujar Nanta
"Febi, tidakkah bisa kamu memanggil maika sama dengan panggilan kami? Jangan panggil ibu terus, hanya panggilan kamu yang berbeda" ujar Devan
"Aku anak spesial, jadi ya terserah aku" ujar Febi
"Iih, menyebalkan" ucap Devan
Kemudian diiringi tawa oleh Febi dan Aarav serta kedua orang tua mereka, Febi suka menjahili Devan dan ini kebiasaan baru Febi sekarang yaitu berkelahi dengan Devan dan akrab dengan Aarav, setelah itu mereka kembali fokus pada makanan mereka dan setelah selesai makan, ketiga anak itu pamit untuk pergi bermain
"Maika, kami pamit mau main" ujar Aarav
"Pergilah, tapi jangan terlalu jauh, agar nanti kalau kalian pulangnya lama, maika dan bashta bisa cari kalian, bermainlah di teras rumah atau taman belakang" ujar Nanta dengan wajah yang di seriuskan
"Maikaaaaa" ucap Devan merengek
Nanta dan Abraham saling tatap dan kembali menatap ke arah Devan sambil tertawa, setelah itu Nanta mengizinkan anak-anak itu pergi bermain ke tempat yang mereka mau asal mereka tau arah untuk jalan pulang dan tidak terlambat untuk pulang
Kini hanya Nanta dan Abraham yang tersisa di dalam rumah, Abraham meletakkan tangannya di bahu sang istri dan mengusapnya sedangkan Nanta menyandarkan kepalanya di bahu Abraham dan merasakan kehangatan yang sudah lama tidak ia rasakan
"Aku senang kita bisa kembali sayang, aku sangat merasa kehilangan saat kamu tidak di dekat aku" ucap Abraham
"Aku juga sebenarnya tidak mau, tapi kalau tidak begitu kamu tidak akan bisa membuat pilihan dan merasakan hati kamu sendiri" ujar Nanta
"Tapi kenapa kamu hamil tidak bilang ke aku waktu itu?" Tanya Abraham
"Kamu gimana sih, kan aku lagi marah sama kamu, masa tiba-tiba aku datang ke kamu dan bilang hamil sih, gengsi tau" ujar Nanta
Kemudian Abraham memeluk istrinya dengan sangat erat dan lembut yang menandakan dia tak ingin kehilangan untuk kesekian kalinya, cukup sekali tapi sakitnya sangat terasa, kini mereka memanfaatkan waktu mereka berdua, karena anak-anak mereka sedang bermain keluar
Mereka melakukan kegiatan mereka, nonton bareng, dan ngemil bareng, sesekali mereka saling tatap karena masih belum percaya kalau semuanya sudah kembali membaik seperti semula, jam menunjukkan pukul 5, ketiga anaknya sudah sampai di rumah dan kembali mandi untuk membersihkan badan mereka
Sedangkan Nanta kembali memasak makanan untuk semua anggota keluarga dan Abraham kini sedang mandi, setelah selesai semuanya Nanta pergi ke kamarnya dan mandi karena badannya sudah lengket oleh keringat, setelah itu Nanta memanggil anak mereka untuk segera makan, mereka semua sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam, hingga seseorang mengeluarkan pendapatnya
" Maika, aku ingin punya adik" ucap Devan dengan nada kesal dan wajah serius, Nanta tersedak dengan makanannya
"Kenapa? Kok tiba-tiba bilang gitu?" Tanya Nanta
"Ya abisnya semua orang mengatakan aku anak manja karena aku anak terakhir, aku ngga mau" ucap Devan
"Usia bashta juga ngga terlalu tua untuk menghasilkan lagi, boleh kok, kamu tunggu aja" ujar Abraham sambil mengedipkan sebelah matanya kepada sang istri
Yang membuat Nanta menjadi malu dan tersipu, bukan hanya permintaan anaknya yang mengagetkan tapi juga jawaban suaminya membuatnya tak kuat menahan malu lagi, sementara anak mereka yang lain hanya menertawakan ibu mereka
"Ibu seperti pertama kali saja, hahaha ibu sangat lucu kalau sedang malu, jawaban ayah sangat keren" ujar Febi sambil tertawa
"Jangan seperti itu, Devan tidakkah bisa kamu meminta 5 adik lagi dari maika? Aku juga ingin memiliki banyak adik" ujar Aarav sambil ikut tertawa
Mereka semua tertawa kecuali sang ibu yang sudah menutup mukanya yang sedang malu, ini benar-benar memecah keheningan, ucapan Devan benar-benar membuat semuanya tertawa
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT
RomanceGadis biasa dengan sikapnya yang kasar, jutek, cuek dan judes, ditaklukkan oleh anak pemilik perusahaan besar, pria yang tengil, manis dan simpatik