Nanta pov
Ini adalah hari dimana gue akan membagi waktu gue secara telaten agar gue bisa menjalankan keduanya dengan baik, gue membuat beberapa list yang akan gue kerjakan selama di kantor, mulai pukul 8 hingga jam makan siang, gue haru bantu CEO baru
Dan gue harus membimbing dia sebagaimana yang diperintahkan bos Salman ke gue, yaitu melakukan semua kegiatan yang pernah di lakukan bos dulu
Setelah jam makan siang saat gue untuk mengerjakan pekerjaan gue sebagai direktur keuangan dan meneliti berkas yang sudah dikerjakan oleh karyawan lainnya
"Hmm.. huh.., gue pasti bisa ngejalanin pekerjaan ini, palingan cuma 3 bulan doang, semangat Nanta, lo pasti bisa" ucap gue untuk menyemangati diri sendiri dan mulai melangkah masuk menuju ruangan gue
Setelah meletakkan barang-barang gue diruangan, gue pun langsung menuju ruangan CEO, disana sudah terdapat seorang pria yang duduk membelakangi pintu masuk dan menatap ke luar jendela
"Permisi bos, saya yang akan memandu apa saja yang a.." ucapan gue terpotong
"Kamu terlambat 2 menit, itu artinya kamu bukan orang yang teladan dan tepat waktu, heh,, apa seperti ini orang yang dibilang teladan dikantor ini?" Katanya meremehkan
"Maaf bos, saya hanya terlambat 2 menit, 2 menit itu adalah waktu perjalanan saya dari ruangan saya menuju ruangan bos ini" kata gue membela
"Nona, bagiku waktu adalah uang dan tak bisa digantikan" katanya lagi sambil membalikkan kursinya dan kini berhadapan dengan gue yang masih berdiri di depan pintu yang sudah ditutup
"Oke bos, saya minta maaf dan saya mengaku salah, saya berjanji ini adalah kesalahan pertama dan terakhir saya" kata gue dengan sedikit menstabilkan emosi
"Baiklah, akan aku maafkan tapi kamu akan mendapat hukumannya"
"Baik, saya siap menerima konsekuensinya" ucap gue yakin
"Ooh betapa bertanggung jawab sekali asisten pribadiku ini" ucapnya yang sangat menyebalkan
"Sebagai hukumannya, aku mau kamu duduk dipangkuan aku seharian penuh, selama aku bekerja dan kamu juga harus memanduku bukan?" Lanjutnya lagi
"What?? You so crazy sir, saya ngga mau"
"Baik, itu artinya aku juga ngga mau dipandu sama kamu"
"Ya baguslah kalo ngga mau, sekarang saya akan kembali ke ruangan saya, saya masih banyak kerjaan"
"Setelah itu akan ku laporkan kamu ke papa karna tak mau memanduku"
"Laporkan saja, nanti bos Salman juga akan membela saya"
"Oh ya? Yakin sekali kamu kalau bos kamu itu akan membelamu, asal kamu tau, aku adalah anak dari bos kamu itu" ucapnya yang membuatku terkaget dan berusaha kembali tenang
"Knapa gosipnya belum beredar?" Gumam gue, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik gue dan menghempaskan tubuh gue, tidak terlalu keras tapi lumayan sakit
Dia pun mengurung gue dengan kedua tangannya yang menempel pada pintu tepat di sebelah kedua bahu gue dan membuat gue terpojok, dia mendekatkan wajahnya ke gue, semakin dekat
Itu tak membuat gue takut, justru gue malah menatap tajam matanya, kami semakin dekat hidung kami pun sudah saling menempel, karena gue ngga bakalan ngasih kesempatan buat macam-macam ke gue
Dengan segera gue menendang bagian vitalnya dan menarik krah bajunya sehingga wajahnya hanya berjarak 1 cm dengan gue
"Jangan pernah macam-macam ke gue, kalau lo masih mau selamat, asal lo tau gue ngga akan pernah takut sama siapa pun yang membuat gue merasa terancam, ngerti lo" kata gue dan mulai menjauhkan wajahnya dengan wajah gue
Gue pun berjalan menuju keluar ruangan, sedangkan Abraham masih meringis kesakitan karna ulah gue tadi, gue ngga peduli dan terus melanjutkan langkah gue ke ruangan gue
Abraham pov
"Gila tuh cewe, adik gue malah ditendang, tendangannya kencang lagi, padahal lagi tegang banget tadi, apa salahnya coba dielus kek, diemut kek, lha ini malah ditendang" kata gue pelan
Gue pun kembali duduk ke kursi gue dan meminta Audy untuk mengambil kompresan dan menyuruh Nanta ke ruangan gue
Dengan cepat Audy mengerjakan apa yang gue perintahkan masih dengan gayanya yang menggoda, justru saat ini dia sedang memakai baju yang sangat minim dan ketat, sehingga menampakkan lekuk tubuhnya dan semua asetnya
Dalam waktu 15 menit, Nanta pun masuk ke ruangan gue dengan wajah marahnya mungkin karna masih kesel sama gue atau sama yang lain, gue pun juga ngga tau
"Apaan lagi sih?" Tanya Nanta kesal
"Kamu harus ngompresin nih adik aku" kata gue polos
"Heh,, lo gila kali yah, gue ini cewe dan lo cowo ngapain gue ngobatin alat vital lo, lagian kita juga ngga ada hubungan apa-apa"
"Ooh jadi kamu ngga mau ngobatin aku?"
"Its true, kalo lo maksa gue, gue bakal laporin lo ke polisi atas dasar pelecehan"
"Oh ya? Coba aja, yang ada aku yang jadi korban dan aku punya bukti kalau aku yang dilecehkan"
Dia terdiam dan menatap kesembarang arah, dengan wajah yang sedikit panik, justru wajah itu menggemaskan buat gue
"Oke sekarang kamu harus ngompres adik aku sampai sembuh" titah gue
"Gini deh, gue mau minta maaf aja, ntar gue bakal ngerjain semua tugas lo di kantor deh, gue janji, asalkan jangan ngompres alat vital lo" ucapnya memelas
"Kompresin atau aku bawa ke kantor polisi?"
"I.. idiih ngga ada hukuman lain apa? Gue kan..." ucapannya terpotong
"Kompres atau polisi?"
"I.. iya iya, woles kalii"
Dia mulai berjalan mendekat ke arah gue dan mulai menatap gue takut, dia mulai berjongkok di depan gue, dia berada di dekat kolong meja saat ini
Dengan perlahan dia mulai memajukan tangannya ke arah celana gue sambil menatap gue takut, baru saja dia memegang gesper gue, terdengar ketukan pintu dan dia segera berdiri di hadapan gue
Seseorang yang begitu menggoda masuk ke dalam ruangan gue dengan jalannya yang begitu gemulai, dia tampak heran karna gue dan Nanta berdiri sangat berdekatan
"Maaf pak, ada berkas yang harus bapak tanda tangani dan nanti sekitar pukul 3 bapak ada meeting di restoran guara" katanya sangat lembut bahkan kadang terdengar hanya desahan
Yah, siapa lagi kalau bukan Audy, dia sepertinya sangat terobsesi sama gue tapi mau bagaimana lagi, gue ngga suka sama dia bahkan tak menggoda sama sekali, gue lebih tergoda melihat wajah Nanta bahkan hanya bayangan tentang dia saja sudah membuat gue tegang
"Baiklah, sekarang kau boleh keluar" kata gue
Entah apa yang ada dipikiran Nanta, justru dia mengejar Audy yang baru saja sampai didekat pintu, dia seperti membisikkan sesuatu ke Audy dan membuat Audy tertawa dan berjalan mendekat ke arah gue
Sedangkan Nanta malah keluar dari ruangan, meninggalkan gue dan Audy berdua, gue yang tak terima pun meneriaki nama Nanta berkali-kali namun tak membuatnya kembali
Sementara Audy sekarang sudah berada di hadapan gue dengan jarak 1 meter, dia mengambil kompresan dan mendekat lagi ke arah gue
"Mau ngapain?" Tanya gue lagi
"Mau ngobatin bapak, kata Nanta penis bapak lagi bengkak karna Nanta yang ngga sengaja nendang penis bapak" ucapnya dan mulai lagi mendekat
"Stop, ngga usah saya bisa sendiri, sekarang lo keluar" ucap gue sedikit membentak yang membuat Audy keluar ruangan dengan kesal
"Nantaa,, liat aja nanti, aku bakal bikin kamu bertekuk lutut denganku sayang" batin gue
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT
RomansGadis biasa dengan sikapnya yang kasar, jutek, cuek dan judes, ditaklukkan oleh anak pemilik perusahaan besar, pria yang tengil, manis dan simpatik