Abraham pov
Dia tampak terkejut dengan kedatangan gue ke indonesia, gue cukup senang melihat ekspresinya itu, menggemaskan, andaikan saja sekarang ini tidak ada pak Chandra dan papa di ruangan ini, sudah bisa dipastikan gue akan langsung menerkam calon istri gue ini
"Aku ngga akan ngelepasin kamu lagi sayang" ucap gue berbisik ke telinganya dengan desahan, dia tampak menggelinjang kemudian relaks kembali, sepertinya dia merindukan rayuan gue
"Nak, papa sama pak Chandra pergi ke luar dulu yaa, papa tinggal kamu sama nanta"
"Iya, pakai saja dulu ruangan saya untuk berbincang bincang, ngga masalah"
"Iya pa, pak chandra, trima kasih atas pengertiannya"
Mereka pun segera meninggalkan ruangan pak chandra dan gue mengantar mereka hingga pintu, sedangkan nanta masih diam terpaku, setelah mereka benar benar menghilang dari penglihatan gue pun segera mengunci ruangan tersebut
Semua ini gue lakuin karena gue takut nanta akan lari lagi dari gue dan juga untuk menghalangi si pengganggu nantinya
"Sayang, kamu kenapa pergi dari aku, aku kangen kamu" ucap gue sambil memeluk nanta dari belakang dan menyelinapkan kepala gue ke lehernya
"Jangan sentuh gue, gue ngga ada hubungan sama lo, stop lo perlakukan gue seperti ini" ucap nanta sambil melepaskan pelukan gue tapi tenaga nanta ngga sebanding dengan tenaga gue, jadi pelukan gue ngga akan terlepas
"Kamu jangan gitu sayang, kamu kan calon istri aku, aku janji dalam 2 minggu ini kita akan menikah"
"Apa? Menikah? Lo sakit? Gue ngga suka sama lo"
"Nanta, kok kamu ngomongnya gitu sih? Segitu bencinya kamu sama aku? Emangnya ngga ada celah ya buat aku bisa masuk ke hati kamu?"
"Engga, lagian gue juga udah bilang dari dulu kalo gue ngga suka sama lo"
"Emang kenapa? Ada cowo lain di hati kamu?" Tiba tiba ponsel nanta berbunyi dan menampilkan foto cowo yang diberi nama Rian
"Oh jadi ini cowo yang ada di hati kamu?" Ucap gue sinis, dia tak mengangkat panggilan itu, dia langsung mematikan nada deringnya
"Lho? Kenapa di matiin? Ngerasa terganggu kalo kamu ngangkat telfonnya di depan aku?" Ucap gue semakin mengintimidasi
"Tutup mulut lo, wajar aja gue terganggu, karena disini ada lo yang selalu kepo dengan urusan gue"
Mendengar ucapan Nanta gue langsung terbawa emosi dan menyudutkannya di dinding, dia tampak ketakutan
"Nanta, kamu dengar aku baik baik, segala yang menyangkut tentang kamu itu adalah urusanku karena kamu milikku" kemudian ponselnya bergetar dan dia pun membaca pesan yang tertera di layar ponsel
"Nanti kamu aku jemput di kantor, aku mau ngajak kamu jalan sore ini, cuma sebentar kok, aku butuh temen cerita"
Itulah isi pesan dari Rian, nanta tampak ingin membalas pesan tersebut, gue segera merebut ponsel itu dan melemparnya ke sofa
"Lo apa apaan sih? Lo lancang banget ngambil ponsel gue"
"Karena aku ngga mau kamu sibuk sama kegiatan lain sedangkan aku sedang berbicara sama kamu"
Nanta pov
Abraham tampak kesal dengan perilaku gue, dapat dilihat dari wajahnya yang memerah, rahangnya mulai mengeras, dia memajukan tubuhnya ke tubuh gue, sehingga tubuh kami benar benar rapat, dia mulai mendekatkan wajahnya ke wajah gue
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT
RomansaGadis biasa dengan sikapnya yang kasar, jutek, cuek dan judes, ditaklukkan oleh anak pemilik perusahaan besar, pria yang tengil, manis dan simpatik