Author pov
Pagi ini mereka bekerja dengan serius karna kerjaan mereka yang menumpuk, sudah 2 jam bekerja tak ada sedikit pun suara yang mereka keluarkan
Tampak sekali Nanta semakin cantik dengan rambutnya yang di cepol saat bekerja. Yah, itulah Nanta dia tak suka bekerja dengan rambut yang digerai atau pun hanya dikucir saja, dia tak suka jika rambutnya mengenai pundaknya
Sedangkan Abraham dia masih sibuk menatap komputernya lalu bergantian ke berkas yang sedang di pegangnya, dia sangat cool bila sedang serius seperti ini, tatapan matanya yang fokus sangat enak dipandang
Setelah 2 jam 20 menit waktu yang mereka lewati akhirnya sekarang menunjukkan jam 9 pagi yang mana para karyawan sudah bekerja sejak 1 jam yang lalu, Nanta pun sudah menyelesaikan beberapa dari tugasnya yang menumpuk
Nanta pov
"Akhirnya kerjaan gue udah lumayan banyak yang kelar, sekarang gue mau main ke atas ah, mumpung masih pagi tapi sebelumnya bikin kopi dulu deh" gumam gue
Ketika gue sedang berjalan menuju pintu keluar, tiba-tiba ada suara bariton yang memanggil nama gue ya pastinya gue tau dia lah siapa lagi kalo bukan si sinting itu
"Nanta, kamu mau kemana? Emang kerjaan kamu udah siap?" Abraham
"Gue mau ke pantry, bikin kopi, yaa belum semua kerjaan sih yang gue siapin"
"Bikinin aku minum juga dong yang, aku juga haus nih"
"Bikin aja sendiri, kalo males tinggal panggil OB" gue pun kembali berjalan menuju ke pantry
Setelah gue membuat kopi gue pun pergi menuju rooftop untuk menenangkan diri, disana udaranya sejuk gue suka udara sejuk dan segar
Sudah 20 menit gue di rooftop gue pun merasa mata gue mulai berat karna udara disini membuat gue merasakan kantuk yang cukup berat
Gue pun menyandarkan kepala gue ke dinding dan mulai memejamkan mata tak lama alam bawah sadar pun menghampiri gue, gue ngga tau berapa lama gue tertidur di rooftop yang jelas kepala gue merasa nyaman dengan sandaran ini
Awalnya gue merasa kurang nyaman karna dinding yang lumayan keras yang menjadi bantal untuk gue tidur tapi tak lama kemudian gue merasa kepala gue sedikit miring ke kiri dan terasa nyaman, seperti gue sedang memakai bantal yang empuk
Abraham pov
Gue bingung kenapa setelah dari pantry Nanta tak kunjung muncul, gue pun mulai mencari Nanta hingga gue menemukan Nanta sedang tertidur di rooftop
Karena posisinya yang kurang enak untuk tidur gue pun memiringkan sedikit kepalanya dan meletakkannya ke dada gue agar Nanta ngga kesakitan dan nyaman
Sudah 1 jam dari tadi Nanta tak kunjung bangun, gue pun membawa Nanta ke ruangan rahasia yang ada di ruangan CEO lalu menidurkannya di atas kasur yang sudah tersedia
Nanta tampak tidur dengan pulas dan gue pun ikut membaringkan tubuh gue disebelah Nanta dengan setengah memeluknya kami pun tidur dalam posisi pelukan
Nanta pov
Kepala gue sedikit pusing dan gue pun mulai meraba sekitar gue, gue merasakan ada tangan yang memeluk gue dari belakang, gue pun mulai meraba ke bagian bawah
Disana terdapat benda panjang dan keras yang tertutup kain dan gue pun mulai mengelus dengan pelan, benda itu makin lama semakin keras
Gue pun bingung tapi tetap mengelusnya, tak lama terdengar suara desahan di belakang telinga gue dan tangan yang tadinya memeluk gue sudah berada di payudara gue dengan sedikit remasan
Gue juga ikut mendesah karena permainan itu, karena gue mulai merasa aneh, gue pun membuka mata dan berbalik badan
Hingga tampaklah sang pria yang kini masih mendesah dan menatap gue menggoda, gue masih mendesah karena tangan pria itu yang masih meremas dada gue
"Aaah,,hh..aah" teriak gue dengan sedikit mendesah
"Say,,ang.. kau ingin menggo,,,hh da ku hm? Kamu mengelus,, hhh,, dick ku, apa kamu sudah siap untuk melakukannya denganku?" Ucap Abraham masih dengan desahannya di depan bibir gue
Gue yang baru sadar pun melepas tangan gue dari penis Abraham yah, benda panjang yang tadi ngga sengaja gue pegang itu adalah penisnya Abraham
Gue pun segera duduk dan merapikan diri gue, ketika gue akan berdiri pinggang gue ditahan oleh Abraham dan gue kaget serta ketakutan
"Kamu harus menidurkannya lagi cantik" ucap Abraham
"Apa yang harus ditidurkan, gue mau pergi ah, ini udah jam makan siang, jangan khawatir kerjaan gue dikit lagi kelar kok"
"Yah, kamu benar ini memang jam makan siang dan aku ingin melahapmu disini sekarang juga"
"Lo pikir gue makanan, sorry gue lagi laper, abis jam makan siang gue bakal sambung kerjaan gue, oh iya sorry karna gue ketiduran dan sorry juga gue megang bagian itu lo"
"Kamu ingin lari setelah membangunkannya? Ku rasa itu ide yang bagus untukmu tapi tidak denganku, jangan harap bisa keluar dari sini sebelum kau menidurkannya lagi"
"Lo bisa nidurin dia sendiri kok di kamar mandi, sementara gue bakalan makan siang, simple kan"
"Enak aja ya kamu, kamu harus tanggung jawab sekarang juga"
Abraham mulai mendekat dan menarik pinggang gue agar lebih rapat dengannya, dia mulai mendekatkan wajahnya ke gue dan mulai melihat bibir gue dengan sedikit memiringkan kepalanya
Kami semakin dekat, sekarang hidung kami sudah bersentuhan, saat Abraham ingin menyatukan bibir kami, gue langsung melihat ke arah kanan, sehingga hanya pipi gue yang dicium oleh Abraham
Abraham tampak kesal karena rencananya tak berhasil sesuai dengan pikirannya, gue terus mengelak agar Abraham tak bisa menyatukan bibir kami
Gue terus menggelengkan kepala gue, disitu wajah Abraham semakin merah dan tampak dia semakin kesal dengan sikap gue
Dengan satu kali genggaman, kepala gue ngga bisa menoleh lagi karena Abraham menarik tengkuk gue dan menyatukan dahi kami dengan kuat
Hingga akhirnya bibir kami berhasil menyatu, Abraham tak menyia-nyiakan kesempatan, dia terus melumat bibir gue tapi gue tak membalasnya
Dia terus melumat hingga dia menggigit bibir bawah gue dengan keras, lalu menelusup ke dalam mulut gue dan mengajak lidah gue untuk menari dengan lidahnya
Gue ngga terima di perlakukan sepertu ini, gue pun mendorongnya dengan kasar, tapi sayang pegangan tangannya ditengkuk gue sangat kencang, sangat sulit untuk melepaskannya
Gue mencari ide dan akhirnya gue mendapatkan ide, sedikit terlihat nakal dan menggoda tapi gue yakin cara ini akan berhasil
Gue ikut melumat bibirnya, gue tau ini ciuman pertama gue, tapi dari perlakuan dia tadi gue bisa mencobanya, gue pun melumat bibirnya lembut dia pun menatap gue dengan menggoda
Gue mulai meletakkan tangan gue di lehernya untuk bergantung, ketika tangannya sudah turun ke pinggang gue, gue pun berdiri dan dia pun ikut berdiri
Ketika gue mulai mengelus dadanya dia tampak mendesah dan melepaskan ciuman kami, gue tersenyum ke arahnya begitupun sebaliknya, gue terus mengelus dadanya
Hingga dia melemahkan pegangannya di pinggang gue, setelah pegangan itu lemah gue segera mendorong dadanya kasar dan pergi meninggalkan ruangan itu
Meninggalkan dia yang terus berteriak memanggil gue yang sudah berada di balik pintu, wajahnya tampak kesal dan memerah
Gue senang melihatnya seperti itu karena gue ngga suka pria yang suka seenaknya dalam bertindak apalagi terhadap wanita, gue pun berjalan menuju restoran terdekat untuk makan siang
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT
RomanceGadis biasa dengan sikapnya yang kasar, jutek, cuek dan judes, ditaklukkan oleh anak pemilik perusahaan besar, pria yang tengil, manis dan simpatik