Di kehidupan Nanta, kali ini semuanya normal, Nanta menjadi staff di sebuah perusahaan bisnis yang cukup terkenal di kotanya, bahkan dalam setahun Nanta bisa 5 kali pergi ke luar negri dalam urusan kerja, sekali pergi Nanta bisa sampai 1 minggu disana dan membuatnya merindukan si gadis manisnya
Sesekali Nanta pasti akan membawa anaknya itu, Nanta masih tetap berkomunikasi dengan mama Abraham untuk menanyakan perkembangan dua bocah cilik itu, mama pun juga bercerita bahwa si kembar merindukan ibu mereka dan mereka sering sekali menanyakan hal yang sama
Febi adalah satu-satunya anak yang mengetahui bahwa dia punya saudara kembar dan ayah yang ada di luar negri sana, Nanta menceritakan semuanya kepada Febi, Febi anak yang cerdas jadi di usianya yang hanya 8 tahun saja sudah bisa mengerti pembicaraan orang dewasa, meskipun begitu ketika bersama temannya dia tetaplah hanya anak kecil, Febi bisa menempatkan diri sesuai dengan kondisi dan keadaan
Febi sendiri juga sudah merindukan saudara kembarnya itu tapi apa boleh buat, ibu pasti punya cara yang lebih bagus untuknya dan dia akan mencoba untuk mengerti keadaan ibunya, sesekali Febi juga mengeluhkan hal itu pada ibunya dan membuat ibunya cukup terenyuh dengannya
"Ibu, kapan aku bertemu si sulung dan si bungsu?" Ucap Febi
"Ketika sudah saatnya ibu akan membawa mu nak" ucap Nanta
"Ibu, sebenarnya ibu menunggu apa? Apakah kerinduan anakmu ini tidak bisa diobati?"
"Saudara kembar mu juga merindukan kita tapi ibu masih belum bisa"
"Kenapa bu? Apa ibu punya masalah?"
"Baiklah, ibu akan mengantarmu untuk tinggal bersama dengan kembaranmu"
"Ibu, kami tidak ingin seperti itu, kami ingin kita berkumpul, aku dan saudara kembar ku sedang memperjuangkan hak kami, tidakkah ibu rasa ibu cukup egois? Aku menanggung rindu 8 tahun ibu"
"Nak, ibu rasa mulut mu sudah tidak bisa dijaga"
"Maafkan Febi ibu, maaf, sekali lagi maafkan Febi, Febi hanya memperjuangkan hak Febi dan saudara Febi" ucap Febi sambil menangis
Nanta memeluk anaknya itu sambil menangis, mereka sesenggukan dalam tangisnya "Febi benar, aku memang terlalu egois tapi rasa kecewa itu masih cukup membuatku kesal bila mengingatnya, aku harus memperjuangkan hak mereka, mereka adalah buah hatiku, buah cintaku" ucap Nanta dalam hatinya
Saat liburan akhir tahun, Nanta membawa anaknya ini menuju negara tempat sang ayahnya, Nanta akan mengantar anaknya hingga mereka bertemu tanpa harus dia bertemu dengan Abraham, dia pasti bisa
Nanta menanyakan keberadaan si kembar pada sang mama dan segera menuju tempat itu, si kembar berada di sebuah tempat wisata yang berisi berbagai macam permainan, ternyata si kembar sedang berliburan bersama opa, oma dan ayah mereka, Nanta membantu putrinya mencari kedua anak kembarnya
Nanta menemukan si kembar sedang membeli es krim di dalam tempat wisata itu, Nanta dan putrinya menghampiri kedua anak tersebut, Nanta mengusap kedua kepada si kembar dan kemudian si kembar menatapnya dan putrinya heran, karena mereka belum pernah bertemu sebelumnya
"Kalian siapa?" Tanya Devan menatap heran
"Aku saudaramu, tebak saja dia siapa" ucap Febi sambil melirik sang ibu
Mereka tampak tak mempercayai ucapan Febi dan mereka masih saja menatap keduanya heran
"Kami tidak percaya, apa kamu punya bukti?" Tanya Aarav
"Kakak yang cerdas, ibu bisakah aku meminjam foto kami?" Tanya Febi pada sang ibu, sang ibu pun mengeluarkan foto itu
Aarav dan Devan hanya menatap foto itu, memang benar difoto itu adalah gambar mereka berdua tapi yang ditengah ini siapa? Kenapa cukup mirip dengan kami? Sepertinya yang ditengah itu adalah perempuan ini tapu kenapa bisa mirip sekali, kata bashta pun kami hanya berdua
"Hei, tenanglah, foto ini benar, kita kembar 3, ibu kita memperjuangkan kita dalam keadaan seorang diri waktu itu, bahkan ibu menderita pun sendiri, aku memang saudara kalian, aku yang kedua, kakak Aarav yang pertama dan kau Devan adalah yang ketiga, aku lebih tau tentang sejarah kita dan kenapa kita dipisahkan, kalian mungkin takkan tau, maka dari itu bertanya lah padaku, aku juga yang sudah memperjuangkan keinginan kalian, kalian ingin bertemu ibu kan? Ini dia, aku bawakan ibu kita pada kalian, kontak batin kita sangat kuat, aku bisa merasakan di kecil Devan ini sangat merindukan ibunya dan aku merindukan kalian" ucap Febi panjang lebar
Mereka masih terdiam dan hanya menatap, Febi sudah lelah menjelaskan semuanya dalam waktu singkat hingga sang nenek pun menyusul kedua cucunya yang sedang membeli es krim itu
"Kenapa kalian lama seka..." Ucapan nenek terputus saat melihat Nanta dan putrinya
"Nanta" ucap sang nenek terkaget sambil memeluk Nanta kemudian beralih menatap pada gadis kecil itu
"Oma, aku sudah tau ini oma, oma tak perlu menjelaskan apa-apa" ucap Febi dan sang nenek pun memeluk cucu perempuannya itu
Si kembar termenung karena tak tau apa-apa, otaknya masih tak bekerja dengan sempurna yang mereka tau saat ini hanya heran dan diam
"Aarav, Devan, orang yang kalian rindukan ada disini, mereka adalah saudara kembar mu yang lainnya dan maika yang kalian tunggu-tunggu"
Aarav dan Devan tak bereaksi mereka hanya saling bertatap berdua menunggu informasi berikutnya untuk di dengar
"Hei, kenapa saudara kembar ku terlalu bodoh, apakah kalian terlalu dimanjakan ayah? Ayolah gunakan otak kalian itu" ucap Febi lagi
"Aarav, Devan, ini ibu nak, bisakah kalian memelukku?" Tanya Nanta
Aarv dan Devan memeluk Nanta, mereka merasakan kehangatan yang sangat mendalam sehingga mereka mengeluarkan air mata dalam pelukan sang ibu
"Sepertinya kita tidak bermimpi, maika ada disini, aku sangat merasakan hangat pelukan ini, batinku merasa damai" ucap Devan
"Tidak kah kau merindukan aku?" Tanya Febi lagi, Febi ikut berpelukan dengan mereka dalam rengkuhan sang ibu
"Haha, ini benar, kau benar-benar bagian dari kami, ilmu batin yang kami sampaikan ternyata tidak berbohong, kau benar-benar sudah menyampaikan pesan kami pada maika" balas Aarav
Yah, kehangatan cinta dari Nanta dan telepati ketiga saudara kembar ini sangat kuat, hingga hanya dengan menyentuh tangan saja mereka akan tahu itu berbohong atau tidak, kini mereka benar-benar berkumpul
"Haiih, ayolah kita bermain, tidak kah kalian ingin mengajakku bermain?" Tanya Febi lagi
"Ayo, aku akan mengajakmu ke tempat yang paling seru bagi kami" balas Aarav
"Tidak, kalian saja, aku masih ingin dipeluk maika, pelukan maika ini menyenangkan" ucap Devan masih dengan memeluk ibunya
Mereka pun menepi dan duduk di salah satu bangku yang ada didekat sana, dalam kondisi Nanta masih memeluk anaknya itu dan oma yang juga ikut bersama mereka sedangkan Febi dan Aarav sudah menuju ke tempat permainan itu
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT
RomanceGadis biasa dengan sikapnya yang kasar, jutek, cuek dan judes, ditaklukkan oleh anak pemilik perusahaan besar, pria yang tengil, manis dan simpatik