Alvin melangkah santai menyusuri kawasan Kota Tua, sebuah kawasan yang masih kental akan nuansa Jakarta tempo dulu.
Pandangan Alvin mengedar, kedua tangannya menggenggam kamera lensa yang mengalung di leher.
Beberapa saat kemudian, kamera lensanya berhasil menangkap objek yang menarik perhatiannya di depan sana.
Dipandanginya lagi hasil jepretan pada layar. Potret seorang pedagang kopi yang sedang berdiri di samping sepeda tuanya, berhasil ia abadikan. Ekspresi pedagang itu seperti sedang menunggu, menunggu rezeki menghampiri untuk dibawanya pulang nanti.
Rasanya Alvin ingin sekali mampir ngopi di sana, tetapi saat ia menengok arloji di tangannya, ia mengurungkan niat. Ia harus pergi sekarang.
Alvin beranjak meninggalkan kawasan Kota Tua itu, berjalan kaki menyusuri trotoar menuju kafe yang terletak tak jauh dari kawasan itu. Membiarkan mobil sedannya tetap terparkir di sana. Alvin lebih memilih berjalan kaki sambil menikmati suasana sore hari.
Sesaat kemudian Alvin sampai. Duduk santai di salah satu sudut kafe sambil menunggu kliennya datang. Hari ini ia ada meeting untuk membahas projek foto prewedding dengan kliennya.
Tak lama berselang kliennya datang. Mereka berjabat tangan, saling menyapa kemudian meeting dimulai. Kliennya yang sepasang calon pengantin itu menampakkan rona bahagia, mereka antusias berdiskusi tentang konsep apa yang akan mereka pakai untuk foto prewedding mereka nanti.
Setelah memutuskan konsep alam yang nantinya akan dipakai oleh sepasang calon pengantin ini, meeting pun selesai.
"Maaf, Mas Alvin kami duluan ya. Masih ada yang harus kami urus. Terima kasih atas kerja samanya," ucap seorang klien pria itu pada Alvin.
"Sama-sama, Bos. Sampai ketemu lagi di pemotretan nanti," balas Alvin ramah. Sepasang klien itu pergi setelah berjabat tangan dengan Alvin.
Sementara, Alvin masih duduk dengan santai pada kursinya. Menikmati suasana kafe sendirian, memandangi pengunjung kafe yang datang dan pergi. Perhatiannya lalu teralih pada sekumpulan siswi SMA yang duduk di sudut meja tak jauh darinya.
Para siswi SMA itu terlihat mengobrol seru, tertawa lepas, tampak enjoy sekali. Alvin termangu. Seragam putih abu-abu itu mengingatkannya pada masa SMA-nya dulu. Masa di mana seseorang masih dalam pencarian jati diri. 'Masa-masa paling indah', kata orang.
Masa paling indah?
Alvin tersenyum miring. Bullshit!
***
Hai... Ketemu lagi 😉
Setelah mengembara mendaki gunung, lewati lembah akhirnya aku pulang membawa ide. 😅
Oke vote & komen ya, itu berharga bgt lhoh, Sgt berharga sekali untuk aku yg hanya cuilan genteng di belakang rumahmu ini.
Terima kasih untuk yang sempatin mampir 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa (COMPLETED)
RomanceBagi Alvin, Via adalah satu nama yang mewakili segala rasa. Cinta, rindu, bahagia, sedih, kecewa bahkan hancur.