"Vin ... ada waktu nggak? Aku pengen liburan, penat banget rasanya," tanya Via dalam sambungan telepon."Untuk kamu diusahakan. Kapan?"
"Weekend ini."
"Weekend ini?" Alvin berpikir sejenak. "Oke bisa. Mau liburan ke mana?"
"Ke mana aja."
"Baiklah nanti aku cari tujuan liburan yang seru, ya?"
"Makasih, ya, Vin. Ntar kabarin aku lagi, ya."
"Siap, Sayang."
Alvin terlihat antusias. Ini akan jadi liburan pertama mereka sejak jadian. Ini harus jadi momen spesial.
Mulailah Alvin memilih-milih tujuan liburan yang indah dan romantis. Kemudian, pilihannya jatuh pada sebuah pulau yang sering disebut surga tersembunyi yang terletak di bagian timur Indonesia.
Semetara, Via masih sibuk di depan laptopnya mengecek penjualan produk fashion-nya bulan ini. Cukup memuaskan. Jika penjualan terus meningkat rasanya tidak ada salahnya dia membagikan bonus untuk para pegawai. Atau untuk bersedekah kepada yang membutuhkan. Maka Rejeki akan terus mengalir, bukan?
Perhatian Via teralih oleh ketukkan pintu. "Ya, masuk."
"Mbak Via, ini ada kiriman untuk, Mbak," kata salah satu pegawainya.
Via bangkit dari posisinya lalu menghampiri. "Dari siapa?" kata Via lalu menerima sebuket bunga mawar merah dari tangan pegawainya.
"Kurang tau, Mbak."
"Oke, Makasih, ya."
"Permisi," pamit pegawai itu, undur diri dari hadapan Via.
Via mengeryit, mulai membuka card yang bertengger di antara gugusan bunga berwarna merah mencolok itu. Terdapat barisan kata pada card itu:
Semalaman aku nggak bisa tidur.
Seandainya saja bisa bernego dengan waktu atau berlutut pada takdir, akan kulakukan. Agar kamu kembali padaku, katakan aku harus bagaimana?Tanpa diberi nama pengirim pun, Via tahu dari mana sebuket bunga mawar merah itu berasal.
Terduduk lagi pada kursinya, Via hanya tertegun menatap sebuket mawar merah di tangannya itu. Barisan kata yang menyiratkan keputusasaan. Sisi lain hatinya pun tersentuh.
Kegalauannya teralih oleh getar ponsel pintar di atas meja. Via membukanya, Alvin mengirim gambar dua buah tiket liburan pada Via.
"Labuan Bajo?" Via tersenyum, ini pertama kalinya dia akan berlibur di wilayah Nusa Tenggara Timur. Sudah terbayang pesona wisata pulau itu. Membuatnya tak sabar, ingin rasanya menyingkat hari.
Mood-nya berubah ketika menatap kembali sebuket bunga mawar merah tadi.
Ya Tuhan ... apa yang aku lakukan? Ini rasanya seperti menari di atas penderitaan Eric.
~~~
Namun, apa pun yang sedang terjadi, Via harus tetap berangkat. Ia juga tidak mau mengecewakan Alvin.
Via sudah bersiap dengan satu koper dan tas ransel mini di punggung. Sebuah mobil taksi online pesanannya sudah menunggu di depan rumah.
Via terlihat keluar dari pintu gerbang rumahnya yang menjulang dengan menyeret koper.
Dengan kacamata hitam bertengger, mengenakan jumpsuit warna putih tanpa lengan, serta rambut yang dicepol satu, Via sudah siap menyongsong liburan indah bersama Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa (COMPLETED)
RomanceBagi Alvin, Via adalah satu nama yang mewakili segala rasa. Cinta, rindu, bahagia, sedih, kecewa bahkan hancur.