"Oh, ya, Vin sekalian aku mau ngomong kalau aku ada koleksi baru, apa kita bisa photoshoot lagi dalam waktu dekat?""Kapan?"
"Tiga hari lagi, gimana?"
Alvin terlihat sedang mengingat-ingat apa ada jadwal lain di hari itu. "Oke!"
"Bisa, Vin?"
Alvin mengangguk.
"Aku mau lokasi photoshoot-nya nanti di pantai," kata Via sambil terus menikmati minya.
"Aku sudah lama nggak ke pantai," katanya lagi, menoleh ke arah Alvin.
"Pantai? Udah kebayang, sih."
"Kebayang apa, Vin?"
Romantisnya, batin Alvin. "Sejuknya."
~ ~ ~
Via bersedekap memandangi gulungan ombak di depan mata. Menghirup udara dari tepian, menikmati sentuhan angin yang menerpa tiap inci kulitnya.
Diam-diam Alvin memotretnya. Via menoleh, satu jepretan lagi Alvin dapat.
"Alvin!"
"Objek indah harus diabadikan." Alvin memperhatikan hasil jepretannya pada layar.
"Tidak selalu seindah yang terlihat, Vin," ucap Via sambil tersenyum yang berhasil membuat Alvin tertegun.
Via berbalik arah berjalan perlahan menjauh darinya. Masih dengan tiupan angin yang berhembus pelan.
Alvin mengikuti langkah Via di belakang, memandangi Via yang terlihat anggun dengan balutan dress warna putih tanpa lengan, panjang di bawah lutut. Wanita yang berjalan memunggungi itu sempat menjadi semangatnya pergi ke sekolah setiap pagi.
Berjalan mengikutinya di atas pasir putih seperti ini, seketika membangkitkan memori masa SMA-nya dulu. Persis seperti ini dan Alvin hanya mampu memandanginya saja dari belakang, sampai Via pergi dan Alvin tak punya kesempatan lagi.
Alvin tersadar. Ia tidak ingin momen ini yang mungkin juga merupakan kesempatan kedua ini, lepas.
"Vi ...." Suara Alvin membuat Via menoleh.
"Bagiku, kamu selalu indah."
Via kembali meneruskan langkahnya tadi, sambil menyembunyikan senyumnya dari Alvin. Sesaat kemudian, Via membalikkan badan. "Dulu, kenapa kamu nggak berani bilang gitu?" godanya pada Alvin sekaligus langkahnya terhenti.
Alvin pun menghentikan langkahnya tepat di hadapan Via. Debur ombak kecil membasahi kedua kaki mereka. Angin masih hadir menemani dua insan yang sedang saling menatap itu.
Rambut panjang milik Via, tertiup angin hingga menutupi wajahnya. Alvin tak melewatkan kesempatan itu, jemarinya sigap membantu menyibak lalu menyelipkannya ke belakang telinga.
"Vi ...."
"Hmm?"
"Aku--"
"Apa?"
Alvin menunduk, menarik napas dan mengembuskannya sebelum melanjutkan ucapan. Alvin mengangkat wajahnya lagi. "Aku ... dari dulu menyukaimu, Vi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa (COMPLETED)
RomanceBagi Alvin, Via adalah satu nama yang mewakili segala rasa. Cinta, rindu, bahagia, sedih, kecewa bahkan hancur.