Via membuka perlahan matanya yang terpejam. Mengapa wajah Eric terlintas saat dia sedang berada dalam dekapan Alvin?Alvin mengusap puncak kepala Via dengan lembut. Via bisa Merasakan ketulusan Alvin. Semakin lama, Alvin semakin membuatnya nyaman.
Aku harus gimana Sekarang?
Alvin melonggarkan dekapannya. Sedikit merunduk menatap lembut ke arah Via. Sesaat mereka hanya saling menatap, lalu sama-sama tersenyum.
Ponsel Via berdering dan suara panggilan itu merusak momen.
Via mengambil jarak saat merogoh ponsel dari sakunya. Mengintip layar ponsel untuk memastikan dari siapa panggilan itu berasal.
love--panggilan itu berasal. Begitulah Via menamai kontak Eric.
Huh! Lupa ganti nama lagi.
Via menolak panggilan itu. Memasukan lagi ponselnya ke dalam saku.
"Kenapa nggak diangkat?"
"Nggak penting."
"Dari siapa?"
"Udah biarin. Oh, ya kapan kamu ngajak aku main ke rumah?" Via berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Sekarang?"
"Boleh."
Akhirnya, mereka memutuskan untuk menuju kediaman Alvin, tetapi sebelumnya mereka mampir ke swalayan terlebih dulu. Via ingin membawa buah tangan untuk Ibu Alvin. Berjalan berdua menyusuri konter makanan, mereka terlihat sedang memilih-milih, lalu seseorang tiba-tiba menyapa.
"Vi?"
Via menoleh, detik kemudian suasana menjadi sedikit kaku.
"Hei, Siska ketemu lagi," sapa Alvin.
"Hei," balas Siska dengan senyum yang dipaksakan.
"Andre mana?" tanya Alvin
"Oh, aku sendirian, kok, cuma belanja buat keperluan dapur."
Tatapan Siska dan Via bertemu, hening. Mereka sedang sibuk dengan bantin mereka masing-masing.
Ini kedua kalinya Siska bertemu dengan mereka. Siska merasa mereka punya hubungan yang tidak biasa. Lalu bagaimana dengan Eric? Inilah saatnya mencari jawaban.
"Vi, bisa bicara sebentar?"
Via tidak lansung menjawab.
"Alvin, boleh aku bicara sebentar dengan Via?"
"Oh, silakan saja."
Tanpa menunggu lama Siska menarik tangan Via, menjauh dari Alvin. Via menepis tangan Siska setelah dirasa jarak sudah aman.
"Lo mau ngomong apa?" kata Via dingin.
"Vi, elo ada hubungan apa sama, Alvin?"
"Bukan urusan lo!"
"Vi, elo itu calon istri orang," kata Siska penuh penekanan.
Via melempar pandangan ke sembarang arah. Tak acuh dengan ucapan sahabatnya yang juga akan menjadi saudara jika menikah dengan Eric nanti.
"Sejak ketemu Alvin, lo berubah, Vi," kata Siska lirih.
Via kembali menatap Siska dengan tajam. "Bukan Alvin yang merubah gue, tapi Eric! Elo nggak tau apa-apa."
"Tau apa? Memangnya ada apa?"
"Udah deh, elo nggak usah ikut campur urusan gue!" ucap Via mengakhiri obrolan sengit mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa (COMPLETED)
RomanceBagi Alvin, Via adalah satu nama yang mewakili segala rasa. Cinta, rindu, bahagia, sedih, kecewa bahkan hancur.