Rasa #9

622 77 266
                                    


"Kenalin ini Via, temen aku," kata Siska pada Eric.

"Eric." Keduanya lalu saling berjabat tangan.

Siska dan Andre saling melempar tatapan secara bergantian. Misi mereka mencomblangkan Via dan Eric dimulai.

Pertemuan Eric dan Via pada dinner party ulang tahun Andre kala itu, adalah awal mula cerita cinta di antara mereka bersemi.

Keduanya sama-sama tidak bisa menolak perasaan yang datang menyapa.

Hingga hati yang saling mencintai satu sama lain, membuat mereka semakin mantap melangkah ke jenjang yang lebih serius.

Eric menyematkan cincin di jari manis Via, begitu juga sebaliknya. Acara pertunangan itu disambut riuh bahagia dari kelurga terdekat kedua belah pihak. Mereka sudah terikat satu sama lain sekarang.

"Congrats, Brow," ucap Andre pada saudaranya--Eric.

"Kita bakal nyusul kalian married," kata Eric sambil merangkul bahu Via.

Selesai acara, semua tamu undangan sudah beranjak, meninggalkan Via dan Eric yang masih berdua di tempat itu. Di sebuah tempat dengan siraman cahaya kota Jakarta di malam hari.

Eric dengan posesif memeluk Via dari belakang, sambil menatap pemandangan yang tersuguh di depan mata.

"Vi ...."

"Hmm?"

"Sayang kamu."

Via terkekeh.

"Kok ketawa?"

Eric membalikkan badan Via, kini mereka saling menghadap.

Jantung Via berdegup kencang tiap kali Eric menatapnya lekat.

Kedua tangan Eric menangkup wajah Via. "Nggak apa-apa,'kan kalau kamu aku tinggal ke Aussie? Setelah nikah, kita akan pindah ke sana."

Via mengangguk walau berat.

Hubungan jarak jauh Jakarta-Melbourne itu tidak membuat hati mereka berjarak.

Hingga saat menyakitkan itu tiba. Via mendapati seorang wanita bule sedang memeluk Eric di dalam apartemennya.

Via meremas kertas putih di atas meja lalu membantingnya ke lantai. Mengakhiri memorinya akan bagaimana Eric memberinya cinta sepaket dengan luka.

Ponselnya bergetar. Via meraihnya,  membuka pesan yang masuk. Kemudian beranjak dari kursinya, melenggang keluar ruangan.

Sementara, seseorang berpakaian serba hitam sedang stand by di depan workshop-nya. Lalu terkesiap melihat targetnya itu baru saja keluar dengan mobil hitam yang ditumpanginya. Seketika orang itu mengikuti di belakang.

Via berhenti di sebuah restoran berkonsep outdoor. Setelah memarkirkan mobilnya, Via segera masuk ke dalam restoran itu sendirian. Tanpa sepengetahuan Via, pria berpakaian serba hitam tadi, membuntutinya.

Alvin sudah menunggu di mejanya. "Hai,"  sapanya pada Via.

Via mengembangkan senyum kemudian mengambil posisi duduk di sebelah Alvin.

Mereka mengobrol sebentar sambil memilih menu makan siang. Via terlihat menguap beberapa kali.

"Sorry, aku semalaman nggak bisa tidur."

Rasa (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang