Sejak lepas dari Eric, hubungan antara Via dan Alvin semakin hangat. Mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama. Seperti kali ini mereka memilih untuk pergi liburan akhir pekan bersama.
Mereka berangkat dari Jakarta sejak pagi hari, dengan menempuh perjalanan mengendarai mobil, Alvin dan Via akhirnya sampai juga di tujuan liburan akhir pekan mereka di Kota Bandung.
Hawa dingin seketika menyergap saat mereka memasuki wilayah Bandung. Berbeda dengan Kota Jakarta yang panas, Bandung adalah kota yang sejuk, dengan keindahan alamnya yang memukau.
Alvin memarkirkan mobilnya, sebelum mereka masuk ke dalam lokasi wisata alam yang mereka datangi.
Pria itu mengandeng tangan Via, mereka melangkah bersama menyusuri jalanan menanjak.
Mata mereka menangkap pemandangan alam yang teduh tersuguh indah di hadapan mereka. Deretan pohon Pinus hijau nan menjulang, serta bukit-bukit yang berdiri kokoh di itu benar-benar memanjakan mata.
Sebelum mereka meng-explore tempat itu, mereka memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Menuntaskan rasa lapar mereka yang tertahan selama perjalanan tadi.
Tempat yang mereka datangi adalah paket lengkap. Selain pemandangan alam yang indah, di sini juga terdapat resto dengan deretan menu makanan serta minuman, yang akan memanjakan lidah setiap pengunjung yang datang. Tak lupa view resto ini begitu menawan, pengunjung bisa menikmati santapan mereka sembari menikmati pemandangan alam yang hijau dari deretan pohon pinus dari kejauhan. Ditambah hawa dingin yang menyelimuti kawasan ini membuat Alvin rasanya ingin mendekap Via, erat.
Mereka sudah duduk bersebelahan di salah satu meja resto. Pandangan Via tertuju pada lukisan alam di seberang.
"Dingin, ya, Vi," kata Alvin sembari merangkul bahu Via.
Via menoleh, membuat dua pasang mata itu saling bersitatap, lalu tersenyum bersamaan.
Makanan pesanan mereka datang, Alvin dengan gurame bakar dan sambalnya, sedangkan Via dengan sop iga hangat, cocok untuk hawa dingin seperti sekarang ini. Mereka pun mulai menyantap makan siang mereka masing-masing, sembari sesekali mengobrol.
"Cobain, Vi," tawar Alvin, dengan tangan yang sudah siap menyuapi. Via pun menerima suapan itu.
"Emm ... enak," kata Via singkat, masih mengunyah nasi dengan gurame bakar dalam mulutnya.
"Bukan makananya yang enak, Vi. Itu karena kamu makan dari tangan aku," ucap Alvin sambil mengedipkan sebelah mata.
Sontak Via menutup mulut, menahan tawa. Takut jika itu akan membuatnya tersedak.
"Alvin!" katanya sambil memukul pelan lengan Alvin, setelah ia berhasil menelan makanan dalam mulutnya terlebih dahulu.
"Aku bisa keselek, tahu!"
Alvin tergelak melihat kekasihnya itu berhasil ia jahili. Mereka begitu menikmati setiap detik kebersamaan dan setiap kenangan yang tertoreh. Bahkan, setiap hal kecil yang terjadi di antara mereka itu terasa sangat berarti.
Kaki mereka melangkah keluar resto, setelah sesaat menyelesaikan acara makan siang. Mulailah mereka menjelajah tempat wisata alam di daerah Dago itu.
Tempat wisata itu memiliki banyak spot foto yang estetik. Membuat siapa saja akan sayang untuk melewatkannya. Tak terkecuali Alvin dan Via. Ini akan menambah koleksi foto mereka.
Kamera DSLR milik Alvin sudah ada di tangan Via, wanita itu memotret apa saja yang menarik perhatiannya.
Sesekali Alvin mengarahkan Via, mengajarinya sedikit tentang teknik memotret yang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa (COMPLETED)
RomanceBagi Alvin, Via adalah satu nama yang mewakili segala rasa. Cinta, rindu, bahagia, sedih, kecewa bahkan hancur.