2. sadis.

797 53 2
                                    

" Nai, gue perlu ngomong sama lo ikut gue sebentar ya." ujar Darka lembut.

" Ogah! Gue banyak urusan udah awas minggir badan lo gede ngalangin satu pintu." seru Naisa kesal.

" Plissss Nai, kali ini aja lo udah sering nolak apa lo gak kasian sama gue? Kita udah tunangan Nai, hargain gue dikit lah." ujar Darka memelas.

" Hah! Mimpi lo! Gue bisa batalin kapan aja tunangan ini, Ogah ya gue hidup sama cowo Penyakitan kayak lo Jijik! Udah awas minggir-minggir buang-buang waktu gue aja si lo!! " seru Naisa lalu mendorong dada bidang Darka, yang agak mundur kebelakang, lalu melangkah pergi.

Darka menghela nafas kasar dan meremas rambutnya.

" Apa salah? Cowo kayak gue dapet cinta? Gue sayang banget sama lo Nai." gumam Darka pelan lalu berjalan pelan menuju lapangan.

__________________

" Woi Ka! Sini lah kumpul." seru Tyo temen sekumpulan Darka, Darka termasuk most wanted karna dia cucu pemilik dari universitas ini, wajahnya yang tampan dan kulit nya yang putih mampu menarik perhatian cewek cewek di kampus ini. Namun mereka tidak tau apa yang ada didalam diri Darka membuatnya tersiksa.

" Eh bos! Muka lo kusem amat macem sempak gue! " seru Reno sambil tertawa terbahak bahak disusul tawa Tyo menyambutnya.

" Diem lo anjir! Bikin kepala gue tambah sakit aja." ujar Darka dingin.

" Eh eh Ka, kepala lo sakit? Obat udah lo minum belum eh gue gak tau ya ampun." seru Reno heboh.

" Bacot lo Ren! Si bos tambah sakit denger ocehan lo yang kek radio rusak itu!" seru Tyo kesal sambil memegangi bahu Darka yang gemetar.

" Ambilin obat gue ditas Yo! Sakit kepala gue! " gumam Darka pelan namun ada geraman tertahan menahan sakit dikepalanya. Ia meremas rambutnya kencang guna mengurangi rasa sakit dikepalanya.

Tyo tergopoh gopoh mengobrak abrik tas hitam Darka, keringat dingin keluar dari dahi dan lehernya. Jika seperti ini, ia sangat takut dan panik sumpah walau ia tau Darka pasti kuat menahan rasa sakitnya.

" Tahan Ka, woi lembing! Lama amat si lo nyari obat kek nyari jarum ditumpukan rumput, Setaun!" seru Reno kesal sambil berteriak kearah Tyo yang datang membawa botol kecil berisi obat dan sebotol air minum.

" Sabar monyet dia nyimpennya ditempat terdalam." geram Tyo kesal karna dirinya yang jadi sasaran.

" Nih Ka minum cepet." ujar Tyo menyodorkan 2 butir tablet obat putih kearah Darka lalu memberi sebotol air putih yang langsung ditenggak hingga tinggal separuh oleh Darka.

" Kambing gue panik." seru Reno sambil mengusap dahinya yang berkeringat Dingin.

" Lo bacot gue lagi nyari obat bikin gak konsen aje." ucap Tyo yang sekarang duduk disebelah Darka.

Hampir 5 menit mereka terdiam Darka mengangkat wajahnya, mukanya masih pucat namun rasa sakit dikepalanya tidak sesakit tadi. Dahi dan lehernya dihiasi keringat yang amat banyak nafasnya masih terengah engah.

Mahasiswa/i yang melihat kejadian itu hanya diam dan tidak berani mendekat. Karna mereka tau kalo saja mendekat dan mereka bertiga merasa terganggu bisa remuk muka mereka Reno, Tyo, dan Darka tidak pernah main main dalam ucapan dan pukulan.

Tyo menepuk bahu Darka pelan, Darka masih menatap lurus kedepan pandangannya melihat lapangan yang kosong.

" Balik ke Apartemen aja Ka istirahat." ujar Tyo pelan.

" Iya Ka dari pada lo pingsan nyusahin gue juga kan, badan lo kan berat." seru Reno tanpa rasa bersalah.

" Eh kambing! Dia lagi sakit lo masih aja bercanda otak lo kemana si?!" geram Tyo kearah Reno yang otak nya sebesar Kacang Tanah.

DARKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang