15. Masalah

348 30 0
                                    

Revan berlari terburu-buru masuk kedalam rumahnya yang sudah ia tinggal kan sejak sebulan yang lalu.

Namun tadi Renata menelfonnya, menyuruhnya pulang karena Papahnya sakit.

Revan mencari seseorang dirumah megah berlantai 2 ini, namun tidak ada satu pun orang yang ia temui, bahkan untuk mencari pembantu-pembantunya yang dulu pun sudah tidak ada.

Rumah ini sekarang sepi, dingin. Tidak ada kehangatan keluarga seperti dulu, sebelum bunda pergi.

Revan berjalan kearah pojok ruangan, disamping ruang kerja Papahnya. Itu adalah kamar kedua orang tuanya dulu.

Revan membuka pintu kamar sedikit, dan pelan. Sangat halus, yang pertama kali ia lihat, bukan wajah Papahnya, Namun... Wajah Lisa lah yang Revan lihat alias ibu tirinya. Ia sedang tertidur dengan lelap, dengan wajahnya yang pucat dan kuyu, bibirnya yang mengering agak kebiruan.

Revan melihat itu semua dengan miris, kemana Renata? Kemana Papah? Renata bilang Papahnya yang sakit. Namun yang ia temui wanita jalang itu dikamar Papahnya, atau jangan-jangan....

Revan menggeleng kan kepalanya pelan, lalu kembali menutup pintu coklat tersebut. Ia beranjak menuju tangga, kamarnya ada dilantai atas ada 2 kamar diatas namun yang satu diganti sebagai kamar saudara Jalangnya. Eh... Apa pantas jalang itu dianggap saudara? Jalang ya jalang! Lagi pula ia terlahir dari jalang juga, pantas saja kelakuannya tidak jauh beda.

Tadinya kamar itu akan menjadi kamar adik kecilnya yang belum lahir, namun...

Revan menggelengkan pelan kepalanya, ia memijit pelipis nya yang terasa pening. Revan membuka pintu coklat yang didepannya berukir kan namanya 'Revan Kalandra', Revan membuka pintu coklat tersebut.

Kamarnya masih sama, bernuansa serba abu-abu gelap. Revan membaringkan tubuhnya diatas kasur king sizenya, ia cukup lelah.

Dimana kah para pembantu rumah ini, dimana Papah? Dimana Renata? Kenapa rumah ini begitu sepi.

Drtt...

Drt...

Revan merogoh handponenya dalam saku celana hitam panjang bahannya.
Ia lalu menggeser tombol hijau.

" Iya, kenapa Yo?" ujar Revan dengan memejamkan matanya.

"          "

Revan menghela nafas nya kasar, " Lo urusin dulu sama Reno, gue lagi ada urusan rumah. Nanti kalo udah kelar gue langsung ke caffe." ujar Revan tegas.

Setelah mendengar jawaban Tyo, Revan langsung memutuskan telfonnya. Lalu melempar handponenya kesisi ranjang.

Revan kembali memejamkan matanya, otaknya diperas abis-abisan.

" Brengsek si Renata, gue ditipu!!" gerutu Revan lalu bangkit dari tidurnya.

" Gue bukan tukang tipu Revan!" suara yang sangat familiar dari arah belakang Revan.

Langsung saja Revan bangkit dari duduknya.

Revan mengangkat satu alisnya,

" Iya emang gue bohong, tapi itu juga biar lo pulang dan tolongin gue." gumam Renata sambil menunduk kan kepalanya.

Revan tersenyum miring.

" Gak tau malu." desis Revan sambil menatap tajam Renata yang berdiri beberapa meter dari hadapannya.

Renata memejamkan matanya sebentar,

" Iya gue sama mama gue emang gak tau malu, tapi gue mohon maafin gue sama mama." ujar Renata yang mencoba mengangkat wajahnya yang memerah.

DARKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang