13. bad day!

385 37 0
                                    

Reno, Tyo, dan Revan berdiri dengan gelisah didepan ruang UGD. Saat mereka ber-3 sehabis berlatih basket mereka memutuskan menengok caffe nya, sekalian bersantai.

Saat mereka sedang sibuk-sibuknya karena kemarin malam, malam minggu jadi mereka harus exstra bekerja. Walau dibantu oleh Raffi dan Galih.

Sejak semalam mereka ber-3 tidak tidur, Reno sudah menghubungi Derina sejak semalam namun kemarin, Ia ada acara dadakan keluarganya dan pagi ini ia akan datang.

Revan dan Tyo juga sudah menghubungi orang rumah, dirumah Darka namun yang menjawab hanya pembantunya, Dan pembantunya bilang ia akan segera memberi tau Tuan. Athar Singgih dan Nyonya. Rashiva Singgih.

Pembantunya bilang jika Tuan dan Nyonya nya sedang berada di luar negri, entahlah orang tua macam apa itu. Anaknya masuk rumah sakit, mereka sama sekali tidak perduli atau mungkin ada rasa sedikit khawatir.

Tyo terus menatap tubuh Darka yang dipasangi banyak selang, dan nafasnya dibantu oleh alat pernafasan. Miris sekali.

Dari arah lorong pintu masuk, Derina berlari cepat mukanya terlihat panik dan khawatir.

" Hoss...hoss... Gi- gimana?" ujar Derina terbata-bata.

" Duduk dulu lah cantik, liat muka lo merah kayak bool nya Reno." Ujar Revan diselingi candaan garingnya.

Reno hanya menatap tajam kearah Revan, Revan yang ditatap seperti itu hanya cengengesan. Namun langsung saja Derina memukul lengan Revan kuat.

" Duh... Kok galak si?" ujar Revan dilebay-lebay kan.

" Temen lagi berjuang didalem, lo cekikikan disini. Gak tau diri lo." ujar Derina kesal, namun ucapannya langsung membuat Revan skakmad.

" Yo! Gimana keadaannya Darka?!" ujar Derina cepat sambil menggoyang-goyangkan lengan besar Tyo, yang sedari tadi masih diam. Tatapan nya terus menatap Darka yang berjuang sendirian didalem sana.

Sepasang wanita parubaya dan lelaki yang sudah beruban datang dengan tergopoh-togopoh, wajahnya dipenuhi keringat dan terlihat panik.

" Den revan! Mana Tuan Muda!" ujar bi Sari dengan muka yang pias.

Revan hanya menghela nafas pelan, lalu mengusap wajahnya kasar.

Tyo yang sedari tadi diam hanya menunjuk kan jari nya menuju pintu ruang IGD yang berwarna putih besar didepannya.

Bi Sari dan mang Asep dengan tergesa-gesa melihat Darka dari kaca kecil didepan pintu tersebut.

Wajahnya sangat pucat, nafasnya pendek. Sangat memilukan bi Sari jatuh terduduk dilantai, tanganya menutup mulutnya sendiri agar suara tangisannya tidak terlalu ketara.

Mang Asep dengan sigap memapah bi Sari menuju kursi yang tersedia didepan ruangan IGD tersebut.

Suasana makin terasa mencekam dan menakutkan.

" Ya allah Tuan Muda.... Kenapa nasib nya begini bangettt, tolong ya allah berilah Tuan Muda keselamatan... " gumam bi Sari sambil terus sesenggukan, mang Asep yang disampingnya terus mengusap-usap pundak bi Sari.

Derina hanya diam berdiri mematung didepan pintu IGD, wajahnya sudah basah sejak tadi.

" Dimana Naisa!" seru Derina yang membuat semuanya menatap kearahnya.

Bi sari langsung menoleh kearah tiga pemuda disampingnya.

" Tuan Muda abis sama non Naisa?" tanya bi Sari tegas.

Tyo mengangguk pelan, " Mereka kemarin sehabis pulang dari kampus langsung jalan-jalan, full time bi." ujar Tyo pelan.

Bi Sari kembali menangis, " Ya allah.... Kenapa Tuan Muda sampe secinta itu sama non Naisa, sampe-sampe ngelupain kesehatannya sendiri." ujar bi Sari kembali menangis tersedu-sedu.

DARKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang