20. Suram

375 32 0
                                    

Bukk!!

Dua orang laki-laki sedang saling bersitatap tajam, setelah muka mereka sama-sama dipenuhi luka lebam.

" Maksud Papah apa?! Itu usaha yang Darka bangun dari hasil jerih payah Darka Pah!!" seru Darka dengan suara bass nya.

Artha mengusap darah di sudut bibirnya,

" Papah mau! Tutup caffe itu, dan kamu bekerja diperusahaan Papah! Kamu lah pewaris semuanya Darka." ujar Artha dengan datarnya.

Darka berdecih lalu tersenyum miring.

" Gak!" tolak Darka dengan nafas ngos-ngosan.

Artha menatap nyalang kearah nya.

" Kenapa kamu jadi anak susah dibilangin Darka!?" ujar Artha dengan gigi gemelutuk.

" Buat apa Papah nyari Darka sekarang hah?! Kemarin-kemarin kemana aja?!" ujar Darka dengan nada meremehkan.

" ALDARKA SINGGIH!!" Seru Athar dengan suara yang bergema satu rumah.

Darka hanya mengangkat sebelah alisnya, lalu bersidekap seperti menantang.

" Sejak kapan kamu berani seperti ini?!" seru Artha dengan nafas naik turun.

Darka tersenyum miring.

" Sejak semua berubah dirumah ini, kalian sendiri yang ngerubah Darka jadi gini. Makanya sadar!" ujar Darka lalu meninggalkan kediaman keluarga Singgih tersebut.

Artha berseru keras, " Darka! Tutup caffe itu atau fasilitas yang Papah kasih, akan hilang." ujar Artha disertai senyum sinis.

Darka menghentikan langkahnya, memang benar Darka bisa mencari uang sendiri namun ia masih ingin kuliah, karna ia tau fasilitas yang Papahnya kasih hanya itu. dirinya hanya ingin lulus kuliah di universitas keluarga nya sendiri.

" Apa fasilitas yang Papah mau ambil?" tanya Darka datar.

" Kuliah kamu, apartemen, dan kamu akan menikah minggu depan lebih cepat dari yang ditentukan." jawab Artha dengan kewibawaannya.

Darka memejamkan matanya, sudah ia duga. Padahal sedikit lagi ia akan diwisuda dan ia akan hidup bebas terlepas dari Papah nya ini. Dan apartemen? Pasti orang-orang suruhan Papah nya yang memberi tau tempat tinggal Darka selama pergi dari rumah.

Darka menghela nafas lelah,
Lagi pula? Selama Darka masih ada disini, memangnya orang tua nya perduli? Saat Darka terjatuh, terpuruk, kesakitan. Memangnya keluarga nya sendiri perduli? Tidak!

Bahkan yang perduli kepadanya hanyalah orang asing yang Darka bantu, miris.

Lalu menikah? Haha mimpi, Naisa jelas-jelas tidak mencintainya. Bisa-bisa abis nikah langsung cerai, kemungkinan pernikahannya hanya sebagai status agar perusahaan om Barac tidak hancur.

Egois.

Darka tersenyum miring, ia berbalik badan dengan dada tegap dan tangan bersidekap. Sudah cukup untuk semuanya.

" Silahkan." ujar Darka santai lalu pergi begitu saja.

" Darka!!!" seru Artha murka, namun Darka cepat-cepat keluar dari rumah terkutuk ini.

______________________

Darka berjalan dengan tatapan tajam, ia berjalan santai kerumah mewah bercat putih tersebut.

Ditangan kanannya ia memegang sebucket bunga mawar putih yang dikemas dengan apik.

Saat sampai didepan pintu besar bercat putih tersebut, Darka mengulas senyum menawannya ia memencet bel disebelah kanannya.

DARKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang