17. Pengkhianat!

393 30 1
                                    

Diruangan gelap ini.

Revan tengah duduk bersama kedua sahabatnya, didepannya terdapat Raffi dan Galih yang duduk diam sambil menunduk kan kepalanya.

Hampir 2 minggu namun kasus ini belum kunjung selesai, dan Sertifikat yang perampok itu ambil ialah Sertifikat pembelian caffe tersebut. Tidak menutup kemungkinan bukan? Caffe tersebut akan dijual?

Gila!! Orang macam apa ini?! Sepertinya bukan orang sembarangan, tau apa soal caffe ini? Kenapa sampai-sampai mau menjual nya? Tanpa keperluan apapun?

Revan menatap tajam kearah dua orang pekerja yang sudah hampir setaun ia pekerjakan di caffe milik 4 sekawan ini.

Brakk.

" Gue tau! Diantara kalian pasti ada yang sekongkol sama maling itu kan?!" seru Tyo marah.

Gimana tidak marah? 2 minggu? Mereka tiba-tiba menghilang, dan ditemukan disalah satu Mall ternama sedang menraktir perempuan? Sedangkan Darka, pemilik caffe tersebut yang notabene teman mereka juga sedang koma dirumah sakit, dan mereka sedang asik-asikan menghambur-hambur kan uang. Gila.

" Darka! Bos lo! Temen lo! Dia yang nolongin lo lo pada pas lagi cari kerjaan! dijalanan! Lagi koma anjing! Dan lo asik-asik kan, hura-hura! Sinting." sungut Reno dengan muka merah padam.

2 pemuda yang berjarak sekitar 3-4 tahun dari umur 4 sekawan itu hanya tetap menundukkan kepalanya.

Revan menghela nafas,

" Sekarang! Lo tau? Siapa pelaku dari perampok kan di caffe?!" ujar Revan dengan penekanan yang kuat.

Raffi menghela nafas pelan, ia lalu mendongak kearah 3 laki-laki dewasa dihadapannya, yang sedang menatapnya dengan muka murka.

" Gue minta maaf. Waktu Darka koma, gue gak ada disamping nya, malahan seneng-seneng." gumam Raffi lalu kembali menunduk kan wajahnya.

Revan bangkit dari duduknya ia mencengkram kerah baju hitam yang dipakai Raffi.

" Bukan itu jawab yang gue mau!!!" ujar Revan sudah kepalang emosi.

" Van!" seru Reno lalu menarik pundak Revan agar duduk kembali.

" Kita gak tau ap-"

" Gak mungkin! Gak ada barang-barang dicaffe yang ilang! Pintu caffe juga gak rusak karena di bobol, kaca juga semua bener! Cuma Sertifikat penting itu yang diambil! Dan kenapa cctv di caffe mati! Pasti ada orang dalem yang ngebantu." ujar Tyo panjang lebar dengan nafas memburu.

" Lo semua sadar gak sih! Harusnya lo semua berterima kasih sama Darka! Dan balesan lo semua itu apa?! Gini? Dengan cara maling!? Hah!" seru Revan dengan wajah memerah.

Raffi yang tidak tahan dengan semua cacian langsung bangkit dari duduknya, dan meninju tepat di rahang sebelah kiri Revan.

Bukk.

" Lo semua punya bukti apa hah! Nuduh gue sembarangan! Gue dari tadi diem, tapi lo! Terus caci maki gue." seru Raffi dengan kembali meninju rahang sebelah kanan Revan.

Revan yang tak mau kalah langsung bangkit dari duduknya, ia menyeka darah yang keluar sedikit dari bibir sebelah kirinya yang robek.

Ia menatap tajam kearah Raffi yang juga menatap nyalang kearahnya.

Perkelahian diantara 2 pemuda itu pun tidak terelak kan, bahkan Reno sejak tadi mencoba melerai malahan kena pukulan juga.

Revan jika sudah marah memang iblisnya benar-benar keluar. Ia terus meninju bagaian manapun yang ia kenai ditubuh Raffi terutama wajah.

Raffi sudah jatuh kelantai dingin dibelakangnya, wajahnya sudah penuh luka dan darah, kepalanya cukup pening karna terbentur kelantai berkali-kali.

" Van! Udah, lo bisa ngebunuh dia!" seru Tyo sambil menarik pundak Revan menjauh dari tubuh Raffi.

Revan berdiri dengan menatap tajam muka penuh luka didepannya, nafasnya naik turun tangannya masih terkepal dengan banyak darah disana.

" Lih! Jujur sekarang!" ujar Tyo mendesak pemuda yang masih duduk diam sedari tadi.

Reno membantu Raffi yang sudah bonyok untuk dibawa keruangan lainnya.

Galih mengehela nafas pelan lalu bangkit berdiri, Revan terus menatap tajam kearahnya. Sungguh jika tidak ada Tyo yang memegangi nya ia akan bunuh 2 laki-laki sialan ini.

" Gue minta maaf sama lo semua. Terutama sama Darka! Ya gue sama Raffi berkhianat, kita yang ngebantu perampok itu buat ngambil Sertifikat penting caffe." ujar Galih dengan tegas nya.

Revan langsung meninju rahang kiri Galih, Hingga tubuhnya limbung kesamping. Namun ia hanya diam tak membalas.

" Brengsek! Siapa yang nyuruh lo!" seru Revan keras.

Galih menatap nyalang wajah Tyo dan Revan didepannya.

" Gue gak bisa. Ini perjanjian." guman Galih lalu beranjak ingin keluar dari ruangan ini.

Revan ingin mengejar Galih namun, ponselnya berdering nyaring.

Revan berdecak kesal.

" Apaan sih! Gue sibuk!" tegas Revan lalu menutup telfon tersebut secara sepihak.

Ia duduk kembali sambil meninju meja dihadapannya.

Tyo hanya diam sambil memikirkan pelaku yang ada sangkut pautnya dengan semua ini.

Hanya ada satu orang yang membenci mereka, ya perempuan itu.

_________________________

Darka tersenyum saat menerima suapan terakhir dari perempuan cantik disebelahnya.

Derina lalu menyodorkan segalas air putih hangat kearah Darka yang langsung ditenggak tandas oleh Darka.

Darka terus memerhatikan Derina yang sedang mengupas buah apel untuknya.

" Ada berita apa aja waktu gue tidur?" ujar Darka yang membuat Derina menatapnya.

Derina lalu tersenyum.

" Banyak tau!" ujar Derina antusias umurnya sudah hampir 21 tahun namun masih seperti anak kecil.

Darka mengangkat sebelah alisnya, " Ada apa aja?" tanya Darka

" Pertama, gue gak kekampus selama 7 hari berturut turut." gumam Derina santai.

Darka lalu mencuramkan alisnya, " Why?"

" Gak papa si males aja." tandas Derina dengan senyum tipis.

" Jangan gitu Rin, bentar lagi kan mau kelulusan banyak Skripsi yang harus dibuat."

Derina hanya bergumam pelan, Darka menetral kan wajahnya, lalu wajahnya terlihat tersenyum tipis mengingat sesuatu.

" Naisa kesini gak?" ucap Darka antusias.

Derina lalu menatap Darka dalam, ada sesuatu yang sepertinya terluka disana.

Derina hanya menggelang pelan, "Mungkin dia lagi sibuk ngurus Skripsi nya Ka." ujar Derina pelan.

Darka mengangguk angguk paham, benar, sebentar lagi kan kelulusan. Ia kemudian menggapai handponenya lalu mengetik sesuatu disana.

Derina yang sudah tau apa yang Darka lakukan, ia hanya diam, menunduk dan terus memotong apelnya.

_______________________💙

Huhuhuhuhu..... Hohohohoho.....

Jangan lupa vote & koment ya!!

Love you :)

DARKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang