10. Saya butuh kalian

430 35 0
                                    

" Kawan-kawan! Air nya datang!!" seru Reno dari arah kantin sambil membawa sekardus air mineral.

" Woi! Istirahat dulu." ujar Revan memanggil teman-temannya yang masih berlatih Basket.

" Teman-teman! Nonton kuy! Gue belum nonton Avangers Endgame nih!" seru Tyo dari jauh menghampiri Darka, Revan, dan Reno.

" Kuy lah! Kuy film bagus tuh!" seru Reno bersemangat 45.

" Gue kemaren udah nonton, tapi gak nonton Avangers Andgame." ujar Darka lalu menegak airnya hingga tandas.

" Nonton ama siapa lo! Wah gak seru lo! Nonton sendirian gitu." seru Revan sambil menunjuk-nujuk kesal kearah Darka.

" Gue nonton ama Derina." ucap Darka singkat.

Sontak membuat Revan, Tyo, dan, Reno saling tatap sama lain.

" jadi kamaren lo malahan asik jalan ama Derina?!" seru Tyo keras yang membuat anak-anak lain yang sedang berkerumun tak jauh dari mereka, melirik sebentar kearah kumpulan Darka.

" Anjir! Main gaskeun aja!" ucap Reno kesal.

" Bos move on cuy!" ujar Revan sambil menoel noel lengan kekar Darka.

" Gue tetep cinta sama Naisa. Gak bakalan berubah." ujar Darka mantap.

" Yahhh... Gak asik lo ah! Dia gak cinta lo Ka! Lo di jampi-jampi pake apa si! Heran gue ampe segitu cinta nya lo sama cewe gak tau diuntung itu." ujar Tyo sewot sendirian dengan tingkah sahabatnya yang satu itu, yang bener bener dibego in ama cinta.

" Udah lah Yo, ini keputusan Darka. Kita gak bisa maksain apapun." Ujar Reno bijak.

" Tuh kan Mario Reno mulai bijak, Siap pak komandan!!" seru Revan sambil hormat dan berdiri tegap dihadapan Reno.

Plak... Plak...

" Eh.. Eh.. Mampus lo! Punya otak pada kek biji sawi!" seru Tyo sambil memukul kepala Reno dan Revan menggunakan topi army nya.

" Duh... Bapak! Kok lo tega si." keluh Reno sambil memegangi kepalanya.

Darka yang melihat itu hanya tertawa cekikik an.

" Jangan jadi kunti lo Ka." seru Revan kesal.

" Oke oke! Kapan nontonnya nih? Nanti sore aja gimana?" tawar Darka kepada 3 temannya.

" Ahsiapppppp!!!! Pulangnya ke apartemen lo ya?!" seru Reno sambil berlari lari kecil.

" hmm." gumam Darka pelan, sambil mengangguk-angguk kan kepalanya.

______________________

Sehabis latihan basket, Darka pamit kepada Revan yang berada di apartemen nya. Ia ingin pulang sebentar untuk mengambil pakaiannya yang masih ada di lemari kamarnya.

Darka berjalan pelan masuk kerumah besar kediaman keluarga singgih, dipundaknya terserempang ransel hitam besar untuk mengemasi pakaian nya yang masih tersisa dirumah ini.

" Darka!!!" seru seorang wanita yang amat Darka sayang.

Darka yang sudah berdiri di ujung tangga pun diam terpaku tanpa menoleh kesumber suara, pundak nya bergetar setelah hampir sebulan ini Darka tidak melihat malaikat baiknya.

" Kamu pulang??" ujar Shiva sambil terisak melihat putra semata wayangnya pulang, rasa bahagia dan haru tidak bisa ia bendung.

" Mama kangen sama kamu, sayang." ucap Shiva lembut sambil mengelus pundak tegap Darka.

Darka memejamkan matanya lalu, menghela nafas pelan dan perlahan berbalik badan.

" Kamu dari mana aja? Mama sama papa khawatir sama kamu..." suara lembut Shiva sambil mengelus rahang kokoh Darka.

Darka kembali memejamkan matanya, lalu ia melihat malaikat yang selalu ia cintai selama ini menangis didepannya, ia tidak tega.

Darka menghapus air mata dari wajah Shiva dengan tangan besarnya, dengan cepat Darka menarik tubuh Shiva dan memeluk nya erat.

Shiva terus menangis sesengguk kan, air matanya tak kunjung berhenti hingga membuat kaos putih Darka basah.

" Jangan pergi lagi sayang... " gumam Shiva pelan.

Darka hanya sanggup menggeleng- gelengkan kepalanya, wajahnya ia sembunyikan di balik leher malaikatnya.

Darka mengurai pelukan nya, lalu melihat wajah Mamanya dengan ekspresi datar.

" Gimana keadaan kamu? Kamu kembali kerumah lagi ya sayang.... Kita obatin penyakit kamu sama-sama." ujar Shiva sambil tersenyum lembut.

Darka hanya menggelang pelan, lalu melenggang pergi masuk kekamarnya, Shiva langsung mengikuti Darka dengan wajah khawatir.

" Jangan pergi lagi Darka! Mama minta maaf kalo Mama bikin kamu gak nyaman dirumah ini." ujar Shiva pelan, air matanya kembali menetes. Tangannya terulur memegang bahu kokoh Darka, yang sedang memasukan baju-baju nya kedalam tas.

" Darka! Kamu pulang! Masih inget rumah!" suara bariton yang dulu Darka selalu banggakan.

" Kenapa baru pulang! Kamu tuh bikin semua orang cemas! Di kampus kamu sering buat onar, gak pernah pulang! Kamu mau jadi apa Darka!!" teriak Artha keras didepan pintu kamar Darka, ia sangat kesal karna anaknya ini susah sekali di nasehat in.

Selalu ilang-ilangan, sebenarnya Artha sangat menyayangi Darka, ia juga sangat ingin Darka sembuh seperti dulu, Artha juga iri jika melihat seorang ayah sangat dekat dengan anaknya.

" Kamu jangan marah-marahin Darka terus! Dia baru pulang!" seru Shiva tak terima ketika Darka dimarah-marahi oleh Artha.

" Ya karna dia ada disini! Aku ngasih tau dia! Kamu diem aja." bentak Artha kearah Shiva.

" Gara-gara kamu yang suka marah marah gak jelas! Darka jadi pergi-pergian dari rumah dan gak ke urus gini Artha!" seru Shiva tak kalah galak, mereka sama sama adu mulut tanpa sadar masih ada Darka yang mendengar kan mereka.

Tapi, ah sudahlah! Ini kan makan an Darka dulu setiap hari hahaha Darka tidak kaget.

Darka menutup lemarinya dengan keras, sontak membuat Shiva dan Artha bungkam dan melihat kearah Darka.

" Udah selesai?! Sekarang Darka pamit dulu." ujar Darka datar lalu melangkah kan kakinya pelan.

Shiva langsung berlari dan memeluk Darka dengan erat, kepalanya menggeleng-geleng tanda ia tidak mengizinkan Darka pergi lagi.

" Kamu mau kemana! Kamu baru pulang!" seru Artha dengan wajah memerah.

Darka hanya menatap wajah Papanya dengan datar, ia mengelus lembut pundak malaikat didepannya.

" Kamu mau kemana lagi sayang... Kamu gak sayang Mamah?" gumam Shiva sambil mengangkat wajahnya, menatap wajah Darka.

Darka mencium kening Shiva lama lalu tersenyum tipis.

" Darka sayang sama mama." ujar Darka singkat lalu melepas pelukan Shiva, sontak Shiva memegangi tangan Darka yang sekarang berhadapan dengan Artha.

" Jagain mama Pa... Maafin Darka kalo Darka bikin kalian susah, tolong jangan berantem lagi Darka gak suka." ujar Darka tegas lalu menyentak tangannya dari cengkraman Shiva, dan pergi begitu saja menyisakan dua orang tua yang masih sama-sama terpaku.

Shiva meluruh tangisannya tak bisa ia bendung lagi, Artha pergi dari hadapan Shiva dengan cepat yang membuat Shiva mengangkat wajahnya dengan muka merah.

" Kamu gak sedih ngeliat anak kamu pergi?!" ujar Shiva pelan namun masih didengar Artha.

" Kamu mau kemana? Nemuin perempuan itu lagi?!" suara serak Shiva masih kental terdengar.

" Bukan urusan kamu." ujar Artha datar lalu pergi dengan cepat.

Shiva terus menangis tersedu-sedu menutup wajahnya sendiri, ia tidak tau kenapa keluarga kecilnya bisa hancur seperti ini.

Ia gagal menjadi seorang istri sekaligus ibu. Ia benci dirinya sendiri.

_______________________

Makasih buat kalian yang udah baca cerita aku, aku ngucapin banyak terima kasih atas support dan dukungan kalian...

Love you 💙💙💙

DARKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang