28. Harus terima

315 27 5
                                    

" Maksudnya selesai? Akan ada pertemuan keluarga untuk membahas tanggal pernikahan." ujar Athar dengan nada serius.

" Selesai hubungannya."

___________________________

Darka menutup wajahnya, kedua telapak tangannya meremas rambutnya frustasi. Athar yang berada didepannya tidak mengerti situasi nya, hanya menyalahkan Darka.

" Papah sudah ada rencana bisnis besar dengan om barac, separuh uangnya sudah Papah kirim jika tidak jadi ini sia-sia Darka." gumam Athar dengan geraman kuat.

Darka bangkit dari duduknya, matanya sudah memerah. Ia menatap Athar dalam tersirat rasa sakit yang sudah amat dalam disana, Athar yang ditatap seperti itu sedikit terkejut.

" Gak ada yang mau kayak gini Pah, Darka juga sayang sama Naisa. Tapi kalo Darka terus yang diinjek-injek Darka juga cape, mending udahin aja, dari awal emang udah gak ada yang baik." ujar Darka lalu pergi meninggalkan Athar yang diam memerhatikannya.

01.20 dini hari.

Darka menikmati hembusan angin malam ini, ia berdiri dibalkon kamarnya sendiri menghadap kolam dan pintu gerbang besar rumahnya, sangat dingin sebentar lagi seperti nya akan hujan karna rintikan halus sudah menerpa wajahnya.

Darka terus mengepulkan rokok ke 5 nya ke udara, entah apa yang sedang ia rasakan, pikirannya kacau.

Rintikan itu semakin deras, Darka membuang sisa rokoknya sedikit kebawah. Ia meremas kembali rambutnya tanpa terasa hujan semakin deras namun Darka tidak beranjak dari tempatnya.

" Anjing..." gumam Darka meremas rambutnya.

Si Tua bangka itu terus menyalahkannya, yang Athar tau seperti nya Darka sangat jahat meninggalkan Naisa begitu saja.

Faktanya apa? Siapa yang tersakiti sebenarnya?

Tak berapa lama setelah Darka tadi masuk kekamarnya, terdengar suara gaduh yang tak asing, Shiva dan Athar kembali bertengkar. Sumpah kepalanya ingin pecah mendengarkan itu semua.

Kenapa tidak ada yang mengerti dirinya? Serasa sudah patah,hancur,remuk. Semua menjadi satu dalam satu tubuh semua kacau dalam satu kepala.

Darka meremas rambutnya kepalanya semakin sakit, ia meneteskan air matanya, entah dengan sengaja ia tidak meminum obatnya mati lebih baik.

Darka berjalan sempoyongan kedalam kamarnya, ia menggeser pintu balkonnya dengan kencang, lalu menjatuhkan tubuhnya kekasur, meringkuk kedinginan karna separuh badannya basah dan memegang kepalanya yang sangat sakit.

Semburat senyum sinis tercetak diwajahnya, lalu pandangannya kabur, gelap, dan dingin.

10.25 am

Darka membuka matanya, kepalanya masih sedikit pusing ia melihat kearah jam dinding nya, sudah mau siang ternyata.

Darka berjalan sempoyongan, ia berjalan kekamar mandi untuk membersihkan dirinya.

" Sayang..." suara harus nan lembut menyambut Darka ketika keluar kamar.

Darka menatap Shiva dengan alis terangkat.

" Kamu gak apa-apa kan? Tadi pagi Mama coba bangunin kamu, tapi sepertinya kamu gak denger dan mungkin tertidur pulas." ujar Shiva sambil mengelus rahang Darka.

Darka hanya mengangguk, lalu berbalik untuk meninggal kan Shiva.

" Darka, Maafin Mama. Kamu pasti marah kan ngeliat Mama semalem bertengkar lagi." ujar Shiva menarik lengan besar Darka.

" Gak papa Ma, udah biasa juga kok." saut Darka pendek lalu tersenyum singkat dan meninggalkan Shiva sendirian.

Darka berjalan kearah meja makan, karena dari pagi ia belum sarapan. Darka duduk didepannya ada nasi goreng udang kesukaannya dan segelas teh manis hangat.

DARKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang