7. Tidak berguna.

449 37 0
                                    

Darka dan Franco sekarang sedang duduk di meja besar Tuan Athar Singgih. Yaitu Papa dari Darka, Darka hanya santai sambil mengetuk- ngetukan jarinya di meja, dan mengangkat satu kakinya lalu bertumpu di kaki satunya.

Papanya lah yang mengambil alih semua dari perusahaan, hingga universitas ini, semua diserah kan oleh Athar Singgih setelah Kakeknya meninggal 2 tahun yang lalu.

" Franco, Darka kalian sudah dewasa kenapa kalian masih terlihat seperti anak kecil? Berantem tidak inget waktu dan tempat." ujar Athar pelan namun tegas.

" Tanya aja sama yang mulai duluan." ujar Darka santai.

Franco hanya diam menunduk kan kepalanya.

" Darka! Sifat kamu yang keras kamu ubah lah sedikit, perhatikan juga kesehatan kamu! " ujar Athar tegas, memang anaknya ini berwatak keras, sama sepertinya, dan sudah lama juga Athar tidak berbicara seperti ini dengan Darka, menasehati Darka.

Darka hanya diam, mata nya memicing sinis.

Athar menghela nafas pelan, lalu menundukan wajahnya kebawah, dan kembali melihat kearah Franco.

" Kamu boleh keluar Franco, dan jangan lagi membuat kesalahan." ujar Athar tegas yang di angguki Franco, lalu berjalan keluar ruangan besar di kampus ini.

Darka juga hendak bangkit dari duduknya namun ditahan oleh Athar.

" Kenapa sekarang kamu berubah? " ujar Athar menatap nanar kearah anak semata wayangnya itu.

Darka hanya tersenyum miring "Introspeksi diri Pa, siapa yang ngebuat Darka jadi gini." ujar Darka tegas lalu meninggal kan ruangan besar ini.

____________________

Setelah kejadian tadi Darka lebih memilih ke caffe nya ia mempekerjakan 2 orang untuk menjaga caffe ini jika Darka, Tyo, Revan, dan Reno sedang kuliah.

" Darka! " seru Raffi seorang yang menjadi waiter di caffe ini.

" Gimana hari ini? " ujar Darka yang duduk di salah satu meja dan meminta Galih membuatkannya Espresso.

" Rame Ka, gue ama Galih ampe kewalahan ngelayanin nya." ujar Raffi antusias, yang di sambut senyum Darka.

Galih yang mengantar kan pesanan Darka juga ikut bergabung, karna jam ini jam istirahat mereka jadi caffe di tutup sebentar.

" Oh ya Ka, tadi ada cewe nyariin lo tau." ucap Galih sambil menatap Darka yang sedang meminum salah satu coffee kesukaan nya.

Darka menaikan satu alisnya siapa yang mencari nya? Mungkin kah Naisa?

" Naisa? " gumam Darka yang di beri gelengan oleh Raffi.

" Bukan, namanya tuh kalo gak salah Der...Der siapa tadi tuh." ujar Raffi sambil mengerutkan keningnya, mencoba mengingat nama yang mencari Darka tadi.

" Derina? " ucap darka yang langsung diberi jentikan jari oleh kedua pekerja, yang Darka sudah anggap teman nya sendiri itu.

" Nah nah itu Ka itu!" seru Galih heboh.

Derina? Ngapain dia nyariin Darka ada urusan apa?

" Dia ngajakin lo buat ketemuan di taman kota jam 4 sore hari ini." ujar Raffi kembali.

Darka hanya diam, matanya terus menatap cangkir putih didepan nya. Harus kah ia temui cewek itu? Bagaimana jika Naisa tau? Hahaha tidak! Naisa tidak akan termakan api cemburu Darka.

Galih menepuk pundak Darka pelan, yang membuat Darka menoleh kearahnya nya.

" Temuin, kali aja penting jangan mikirin perasaan seseorang yang dia aja gak ngehargain perasaan lo Ka." ujar Galih lalu tersenyum hangat.

DARKA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang