PROLOG

7.2K 800 90
                                    

Pernah gak sih, kalian merasa tidak nyaman dalam sebuah kelompok, dengan orang-orang asing di dalamnya?

Disangka sombong sampai anti sosial, bahkan sudah menjadi hal yang biasa. Wajah kita tampak normal, namun terkadang dikira sedang marah.

Gue merasa, untuk menjadi ramah ke orang takutnya dikira sok akrab dan sok asyik. Jadi gue akan ngomong secukupnya, dan ngomong ke orang yang cukup dekat.

Sebenarnya gue gak jauh beda dengan anak yang lainnya. Gue mungkin terlihat seperti pemurung, dan pendiam. Tapi, sebenarnya gue ini anak yang cerewet di dalam keluarga.

Gue biasanya nyanyi sepuasnya di kamar mandi, sampe abang-abang gue marah. Gue juga sering jahilin abang-abang gue kalo gak ada kerjaan di rumah. Gue manja ke mereka kalo lagi sakit. Gue itu normal. I mean, menjadi introvert itu normal bukan anti sosial.

Tapi, susah sedihnya jadi introvert itu sedang gue alami sekarang. Gue suka sama orang, gak berani nyapa, gak berani menatap matanya, bahkan gue selalu menghindar kalau ketemu. Jujur saja, gue sendiri kadang suka sebel sama sikap gue ini.

Buat menyapa saja gak punya nyali, gimana mau ajak PDKT? HALU.

Gue gak akan berpaling, lebih tepatnya hanya diam di tempat. Sembari menunggu waktu yang tepat, dan keberanian, untuk angkat bicara atas rasa ... ataukah memilih pergi tanpa kata.

Kalau gue ... entah, kapan. Mungkin, dia cuma bisa jadi sebatas haluan manis di tiap malamnya. Gue yang terlalu merendah, ataukah dia yang terlalu tinggi untuk digapai. Jujur aja, sekarang gue sadar diri cenderung putus asa.

Unspoken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang