9

1.7K 408 32
                                    

"ᴋᴀʟᴀᴜ ʙɪsᴀ, sᴇᴍᴜᴛ ᴊᴀɴɢᴀɴ sᴀᴍᴘᴀɪ ᴛᴀʜᴜ, ᴋᴀʟᴀᴜ ᴀᴋᴜ sᴜᴋᴀ ᴋᴀᴍᴜ."

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Pulang sekolah itu memang enaknya jajan di pinggir jalan. Ada siomay, bakso sampai penjual minuman serbuk dari rasa jeruk sampai taro. Kali ini Rena dan Bima memilih mampir di penjual batagor pinggir jalan. Tidak jauh letaknya dari rumah Rena, tapi cewek itu berpikir di rumah tidak ada makanan. Jadi, tidak ada salahnya mengajak Bima si anak asrama sekaligus makan siang.

Rena melahap batagornya dengan santai. Berbeda dengan Bima, yang melihat Rena makan saja perutnya sudah terasa kenyang.

Bima geleng-geleng kepala, ketika melihat kening Rena berkeringat. "Hadeh ... orang Indonesia tuh, kerja gak berkeringat. Tapi, kalo makan berkeringat. Heran cogan." Bima menatap Rena ngeri.

"Halah, kayak lo engga aja," jawab Rena datar.

Bima meletakkan piringnya di meja, kemudian duduk menghadap Rena. "Lo hutang cerita ke gue," celetuk Bima yang membuat Rena menghentikan kegiatan mengunyah makanannya.

Sebelah alis Rena terangkat. "Ha?" Rena menelan sisa makanannya dengan segera. "Cerita apaan?" tanya Rena, bingung.

Bima menghela napasnya panjang, lelah karena Rena tak juga mengerti apa yang ia maksud. "Ya cerita, soal lo bisa deket sama Gio."

Selanjutnya Rena angguk-angguk paham. Kemudian cewek itu mengambil es jeruk lalu meminumnya. "Ah seger ... hm, jadi ...." Bima sudah siap-siap pasang wajah penasaran.

"Jadi apa?"

"Jadi ... eheheheh." Rena terkekeh malu-malu, buat Bima tersulut kesal dan membuat tanduknya hampir keluar.

"Jadi apaan bujug?! Lo kira sulap pak Tarno!" bentak Bima tak sabaran.

Rena melirik Bima sinis. "Gue sama Gio itu gak deket, cuma kenal. Gio itu adeknya bang Jehan. Auto kenal bang Vian, karena Gio sering ikut bang Jehan kumpul."

"Ohh, terus, terus?"

"Gio juga pernah pinjem helm ke rumah, terus dia disuruh bang Vian nyusul gue di toko buku. Dah gitu, kan duit gue kurang nah dipinjemin dulu, makanya gue balikin dah duitnya tadi."

"Lo sempet tukeran nomor ya?"

Rena angguk-angguk polos. "Iya, soalnya biar gue gampang balikin duitnya. Gue balikin lewat bang Vian, dianya gak mau."

Bima mengernyit. "Lah? Kenapa? Padahal sama aja sih." Bima menopang dagunya. "Lanjutin ceritanya."

"Ya udah, karena gak mau duitnya dibalikin lewat bang Vian, misal nanti abang gue kasihnya ke bang Jehan bukan dia langsung. Nah takutnya si Gio, kalo duitnya dipake sama bang Jehan," jelas Rena. Bima mengangguk paham, ternyata bukan seperti yang diduganya.

"Oh, terus tukeran nomor. Ya bagus dah, nah gitu dong ada perkembangan." Bima mengacungkan ibu jarinya, lalu tersenyum simpul.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unspoken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang