26

988 277 31
                                    

"ɪɴɢᴀᴛ ʏᴀ, ᴋɪᴛᴀ ɪɴɪ ʙᴜᴋᴀɴ ᴀɴᴀᴋ ᴋᴇᴄɪʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴀʀᴀʜᴀɴ ᴅɪᴋɪᴛ ʟᴀɴɢsᴜɴɢ ʙᴏsᴀɴ."

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Gio duduk di samping Rena, cowok itu memilih bermalam minggu, di rumah pacar. Gio bersandar di sofa sembari menikmati makanan, dan menonton film. "Ren, tadi aku ketemu Bima."

"Bima? Sama teman asramanya ya?" tanya Rena, sembari mencolekkan kentang goreng pada sausnya.

Gio mengangguk. "Yup, betul. Dia bilang kamu sukanya paket ayam goreng yang ada mainannya. Tapi malah aku beliin burger." Gio menoleh menatap Rena sesal. Gio masih terngiang ucapan Bima, yang mengatakan Rena canggung untuk menolaknya.

Rena merengut dengan bibir yang masih mengunyah makanan. "Aku lagian kan gak apa-apa kamu beliin ini. Kamu kan yang inisiatif beli gitu, kecuali aku secara langsung nitip beliin ke kamu. Terus aku request pengin makanan yang lain." Rena mengambil tissue kemudian ia memberikannya ke Gio. "Dah ah, jangan gitu."

Gio hanya menjawabnya dengan senyum tipis lalu mengangguk. "Kamu, gak kepaksa terima aku kan?"

"Tuh kenapa lagi?" Rena meletakkan burgernya di meja, dan memilih fokus bicara dengan Gio.

Gio meringis canggung, karena suasananya menjadi tegang gara-gara ucapannya. "Takutnya, kamu gak enak mau nolak aku."

"Dih!" Rena melengos, lalu mengambil burgernya kembali, dan memakannya lagi.

"Kamu kok mau sama aku?" tanya Gio.

"Kamu juga, kok mau sama aku, kenapa?"

Gio tersenyum miring. "Loh kamu kok balik tanya." Gio terkekeh kemudian. "Jangan-jangan kamu suka sama aku udah dari lama yaaa! Hayo ngaku!" Gio mencolek pipi Rena.

Rena melirik Gio, lalu angguk-angguk. "Ya emang. Baru tahu?"

"Hah?" Gio kaget. Ia menegakkan tubuhnya. "Gimana? Gimana? Kamu suka aku dari lama gitu??" sedetik kemudian dijawab anggukan oleh Rena. "Kok gak bilang?"

Sontak Rena memukul pundak Gio. "Gila kamu?! Aku kan gak begitu kenal sama kamu, dulunya!" Rena membuang wajahnya karena malu.

Gio tertawa kemudian. Cowok itu mengambil minumnya di meja dan meminumnya. "Lucu ya, gemes deh." Gio mengacak-acak rambut Rena, sambil tiada hentinya senyum-senyum.

Pipi Rena sudah panas dan merah seperti kepiting rebus, gara-gara Gio bilang seperti itu. "Gi, udah ih jangan diacak-acak rambutnya!" Rena menyingkirkan tangan Gio.

"Ih maaf dong, maaf heheh." Lalu Gio menyisir rambut Rena menggunakan jari, berguna untuk merapikannya kembali.

Gio memainkan rambut Rena pada akhirnya, dan Rena hanya diam saja sambil terus makan. "Gi, kamu belum cuci tangan ih."

"Gak apa-apa, nanti kamu bisa keramas kan?" Gio tersenyum jenaka, dan tangannya semakin giat memilin rambut Rena. "Eh Ren, aku gak jadi tampil di pensi heheh."

Rena menoleh, dan menatap Gio serius. "Kenapa?"

"Slot-nya diisi sama Bima."

"Kok bisa?!"

"Ya, aku panitia, MC juga. Jadi gak usah isi acara." Gio tersenyum kemudian. Padahal Gio tahu, sejak kemarin Rena sudah sangat semangat mendengar Gio akan tampil menyanyi. "Gak apa-apa ya?"

Rena menghela napas pasrah, mau gimana lagi, pensi dan segala tentang acaranya adalah hak Gio. Rena cuma bisa mendukung saja. "Ya udah, kamu gak apa-apa?"

Unspoken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang