5

2K 452 18
                                    

"ᴀɴᴅᴀɪ ᴏʀᴀɴɢ ʏᴀɴɢ ʟᴏ sᴜᴋᴀ ɪᴛᴜ ɢᴜᴇ"

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

"Gue suka sama cowo ...."

"Hiih! Subhannallah, gue mimpi apa semalem?!" Bima mengerang gemas bercampur kesal. Entah sudah berulang kali mengalihkannya dengan main game, dan kegiatan yang lain. Tapi tetap saja, suara Rena terngiang di kepala, dan wajah Rena juga selalu muncul ketika Bima melamun.

 Tapi tetap saja, suara Rena terngiang di kepala, dan wajah Rena juga selalu muncul ketika Bima melamun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok-tok!

"Bim? Lo ngapain di kamar mandi! Gue kebelet nih! Lo masih lama kagak?!"

Bima menghela napas panjangnya, dan segera keluar kamar mandi. Entah kenapa kamar mandi terkadang jadi tempat yang tenang untuk merenung, di kala situasi serba tidak mendukung. Bima keluar dari kamar mandi, dan langsung berjalan ke tempat tidurnya. Mengabaikan teman sekamarnya, yang langsung masuk kamar mandi begitu Bima keluar.

"Ah tidur aja tidur." Bima merebahkan tubuhnya, terlengkup di ranjang. Perlahan matanya memejam, embusan udara sejuk dari mesin pendingin ruangan, membawa Bima ke alam bawah sadar.

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Rena berguling-guling di tempat tidur, tidak tahu mau melakukan apa. Malam minggu hanya di rumah itu, sudah biasa. Dan, sudah biasa pula bagi Rena seperti orang kurang kerjaan, kalau malam minggu datang.

"Kak! Jangan guling-gulingan terus di tempat tidur gue! Berantakan tuh!" omel Rama yang baru saja selesai mandi.

Rena mendongak dan melihat Rama sengit, ia tidak peduli, justru Rena menarik selimut Rama kemudian dipeluknya. "Lo mau ke mana?" tanya Rena melihat Rama yang sedang mengeringkan rambut.

"Gak ke mana-mana tuh," jawab Rama singkat. Ia mengambil sisir di meja, kemudian menyisir rambutnya rapih.

Rena terlentang di tempat tidur Rama, matanya menatap plafon kamar adiknya itu. Tidak ada yang lebih menyenangkan, dan lebih asyik, daripada kamar Rama. Kamar yang rapi, wangi, dindingnya berwarna langit, buat orang yang melihat jadi tenang.

Unspoken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang