1

2.8K 227 5
                                    

Ramai, satu kata untuk mendeskripsikan sekolah tiap paginya. Penuh anak-anak berseragam yang berlalu-lalang, masuk ke dalam gerbang. Tidak jarang ada mobil, dan motor yang berhenti di tengah keramaian itu.

Seperti saat ini sebuah mobil berwarna hitam, yang baru saja berhenti di depan gerbang sekolah. Tidak lama setelah itu pintu itu terbuka, dan menampakkan sebuah kaki jenjang yang keluar dari balik pintu.

Seorang gadis remaja dan dua laki-laki, yang keluar dari dalam mobil. Mereka memakai seragam yang sama, namun tampak jelas kalau tingkatan kelas mereka berbeda.

"Ren, tunggu!"

Rena yang baru saja menutup pintu mobil itu, sedikit merendahkan badannya, dan kepalanya menengok ke dalam mobil melalui kaca mobil yang terbuka.

"Kenapa bang Jun?" tanya Rena, sembari tangannya membetulkan posisi tasnya.

"Nanti pulang sama siapa?" tanya Arjuna.

Arjuna adalah tipe kakak yang sangat protektif terhadap adik-adiknya, terlebih lagi Rena. Tidak segan-segan jika sudah menunjukkan waktu pulang sekolah, maka Arjuna segera menelepon demi menanyakan posisi adiknya.

Rena melirik Rama dan Vian. Rama adiknya pasti sibuk organisasi, kalau Vian sudah jelas enggan diganggu waktu nongkrongnya dengan teman-temannya.

Rena menatap Arjuna pasrah, lalu mengendikkan bahunya. "Palingan juga naik ojek, atau gak nebeng Bima."

Arjuna diam sejenak dan berpikir. "Ah kalau gitu ya udah, kamu bareng sama Bima aja. Jangan naik ojek."

Usai memastikan Rena bisa pulang ke rumah dengan aman, Arjuna melajukan mobilnya dan pergi bekerja.

Rena berjalan bersama dua saudara laki-lakinya, namun hanya keheningan saja di antara mereka. Adik Rena yaitu Rama sibuk memainkan HP-nya, kakaknya Vian sendiri juga sibuk dengan HP-nya. Berakhirlah Rena berjalan masuk ke dalam sekolah, dengan pandangan kosong, melamun, pikiran entah di mana. Hingga tanpa sadar kakinya berjalan dengan mandirinya, dan tiba di depan kelas.

"Kak?"

"Hah?" Rena menoleh ketika Rama memanggil namanya. "Apa?"

Rama menatap Rena bingung. "Ini kan kelas gue, ngapain lo ngikutin sampe sini?"

Rena yang hampir saja melangkah masuk ke dalam kelas itu langsung berhenti, dan celingukan kebingungan. "Lah? Kok gue nyasar?"

Rama mendecak. "Makanya lo itu kalo jalan, jangan ngelamun! Apa jangan-jangan masih ngantuk ya lo?"

Karena hampir dibuat malu dengan ulahnya sendiri, Rena segera memundurkan langkahnya. "Harusnya lo itu tegur gue, sebelum kaki gue ngikutin lo sampe ke kelas!"

Rama menatap jengah Rena, kesal berakhir bodo amat. Bocah laki-laki itu langsung berjalan meninggalkan Rena di depan pintu kelasnya sendirian, tanpa peduli dengan raut wajah Rena yang sudah siap melahapnya.

Udah tahu kesalahannya sendiri, ngegas makin keliatan begonya, Rama melirik Rena sengit.

Melihat situasi di tempat semakin ramai, Rena segera berlari meninggalkan kelas Rama dan menuju kelasnya. Di tengah usahanya menuju ke kelas dengan berlari, hatinya sibuk mengutuk tingkah lakunya yang terlewat memalukan diri sendiri itu.

Dodol banget Rena!!!

Ketika Rena berlari tanpa memikirkan tatapan orang di sekelilingnya, tepat lurus di depan sebuah tangan terbentang tiba-tiba, di hadapannya hingga mengangetkan gadis itu.

"Stop!"

Rena mengerem kakinya secara mendadak, dan menatap orang yang baru saja menghentikannya itu dengan bingung.

"Jangan lari-lari, lantainya licin habis dipel."

Rena merunduk menatap lantai yang ia pijak saat ini, terlihat basah dan mengkilap. Rena kemudian mengangkat kepalanya lagi, dan menatap sungkan laki-laki di hadapannya.

"Nanti lo bisa kepleset kalau kurang hati-hati," ucapnya.

Fokus Rena malah menatap wajah laki-laki di hadapannya itu dengan intens, lalu perlahan merendah menuju ke name tag yang menempel pada seragamnya.

Gio Reynand Abimanyu ... cakep sih bukan main.

"WOY REN NGAPAIN LO DI SITU!"

Suara nyaring yang menyerukan namanya itu menyadarkan Rena dari lamunannya, dan membuat gadis itu salah tingkah karena ketahuan terlalu lama memperhatikan Gio. Rena membuang wajahnya, dan beralih mencari sumber suara tadi.

Dari arah belakang laki-laki memakai tas berjalan ke arah Rena. Dia Bima, teman sekelas Rena sejak kelas 10.

"Ngapain lo?" tanya Bima langsung menarik kain lengan seragam Rena, dan membawanya pergi meninggalkan kelas Gio.

"Hah? Anu gak apa-apa." Rena menoleh ke belakang dan menatap Gio sejenak sebelum ia membuang wajahnya kembali. "Gue hampir salah kelas aja tadi." Rena menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya.

Bima melirik Rena, kemudian menyingkirkan tangannya dari lengan Rena. "Hah? Salah kelas?! BUAHAHAHAHAHAHHAAHAHA!!"

Rena mendelik kemudian menatap Bima kesal. "Apaan sih lo Bim?! Seneng amat liat gue kena musibah!" omel Rena tak terima dengan perilaku Bima.

Bima menggelengkan kepalanya, ia tak habis pikir dengan kelakuan Rena yang bisa-bisanya salah masuk kelas. "Yaampun Ren, punya temen kayak lo itu nambah-nambahin dosa gue aja!"

"Lah kok gitu?!"

"Iya lah! Gue tuh gak mau ngetawain kedodolan lo sebagai manusia! Merasa berdosa gue, tapi kalo gak diketawain juga sayang banget!" lalu Bima tertawa lagi, bahkan perutnya terasa geli hingga laki-laki itu perlu memegang perutnya.

Lama-lama semakin kesal ditertawakan, akhirnya Rena berjalan mendahului Bima, dan meninggalkan temannya yang masih tertawa itu sendirian. Tidak peduli kaki Rena terus melangkah walau Bima sudah berkali-kali memanggil Rena, tetap saja gadis itu tidak peduli justru semakin kesal.

"Woy Ren! Jangan ngambek dong, tumben amat diketawain aja ngambek." Bima ikut berlari mengejar Rena.


🐳

Dor!

Ea kaged

Haloo!! Cerita ini sempat hilang kan?! Iya memang wkwkwk. Jadi, akan ada perubahan dari isi cerita hehe. Jangan spoiler cerita yg lama, jangan.

YG SPOILER KU PENGGAL.

Beneran ini aku bilangnya:)
Yg spoiler aku unpublish lagi dan gak akan aku up lagi. Nanti nasibnya kyk cerita sebelah, karena kebanyakan spoiler akhirnya tetap aku publish tapi gak ada ceritanya. Mpos🤣 dah minta ceritain aja sm yg udh baca sekalian😌🤣🤣

Unspoken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang