6

1.9K 535 26
                                    

sᴜᴋᴀ sᴀᴍᴀ ʟᴏ ɪᴛᴜ ʙᴀʜᴀʏᴀ! ʙɪsᴀ ᴛᴇʀᴊᴀɴɢᴋɪᴛ ᴘᴇɴʏᴀᴋɪᴛ ʙᴜᴄɪɴ ᴀᴋᴜᴛ!

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Cuaca sudah panas, para murid di jemur di bawah paparan sinar matahari. Anggap saja mereka kembali lagi seperti bayi, yang dijemur tiap pagi. Bedanya, kalau bayi dijemur, akan santai-santai saja. Tapi kalo Rena, untung-untung santai. Rena malah sembunyi di balik punggung temannya yang jauh lebih tinggi, biar tidak kepanasan.

Kalau Bima, sudah pasti semangat. Walau wajah Bima keliatan seperti orang pengangguran, malas, kerjaan di rumah doang. Dia adalah tipe cowok maco yang suka olah raga, sepak bola, basket, lari, sampai olah raga di kasur ... sit up.

"Oy cota Bim, cota Bim!" Rena yang sedang jogging menyusul Bima. Bulir-bulir keringat menetes, satu demi satu. Wajah Rena sudah merah hitam karena kepanasan, dan menahan lelah. "BIMA BUDEG!"

Bima menoleh sambil terus berlari. "Ape?" tanya Bima malas-malasan. Bima memperlambat larinya, dan perlahan jadi berjalan biasa.

Rena menarik napas, dan membuang napasnya berkali-kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rena menarik napas, dan membuang napasnya berkali-kali. "Haduh capek ... huh ...." tangan Rena menangkap lengan Bima. "Biiim ... emmm ...." Rena menggoyangkan lengan Bima manja. Dilihat dari wajahnya pun, Bima bisa menyimpulkan pasti Rena ada maunya, atau ada sesuatu.

"Apa?" tanya Bima. Telapak tangannya menyapu keringat di kening dan lehernya. Kerongkongannya terasa kering, haus sekali, ingin rasanya minum yang segar-segar. Es buah misalnya.

"Gue gak boleh ikut study tour ... huaaaaaa!!" Rena bertingkah seperti anak kecil yang menangis. Sesekali ia menggoyangkan lengan Bima dengan sedikit brutal. Sampai-sampai Bima risi. "Gimana dong Bimaaaaa?!?!" rengek Rena.

Bima menghentikan langkahnya, dan mengajak Rena ke pinggir lapangan. "Ya ... gak, gimana-gimana. Ya, lo mau gak mau kudu nurut." Bima duduk di pinggir lapangan, dan meluruskan kakinya.

Rena ikut bersandar, namun di bahu Bima. "Bim ... gue pengen ke Jogja, jalan-jalan juga kayak yang lainnya. Nanti juga kalo lo ilang sendirian gimana? Setidaknya, kalo gue ikut, ilangnya kan barengan." Rena menghela napas berat.

Bima tak habis pikir dengan ucapan Rena. Sebelah bibirnya terangkat, bersamaan sebelah alisnya yang naik. "Lah? Kok, ilang kudu barengan. Ya jangan sampai ilang lah, oneng." Bima menyisir rambutnya ke belakang. "Lagian, gue juga gak ikut kok. Gak dibolehin sama bunda."

Dua bola mata Rena membulat, semangat. Bibirnya terangkat lebar sempurna. "HAH?!"

Bima tersentak. Matanya melotot melirik Rena. "Astagfirullah kaget bego!"

"Ih! Serius Bim?" tanya Rena, lalu Bima mengangguk. "WAH! YES! YES!" Rena berjoget sedikit merayakan kebahagiaannya, karena mendengar Bima tidak ikut study tour juga.

Unspoken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang