29

1K 272 60
                                    

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Gio melihat jam tangannya, geraknya tingkahnya gusar. Menunggu Dicky yang melakukan evaluasi tak selesai-selesai buatnya menggila. Karena kepikiran saat ini Rena sedang menunggunya seorang diri di pos satpam. Ditambah lagi, langit sudah hampir gelap.

Rama yang menyadari kegelisahan Gio pun beberapa kali melirik ke arah Gio. Namun, satu pemandangan asing pada diri Gio, buat perhatian Rama tersita. Rama menepuk lengan Gio yang duduk di sebelahnya. "Bang? Lo sakit?"

Gio menoleh. "Ha? Engga kok."

Rama melihat raut wajah Gio yang pucat, dengan penasaran. "Lo sakit. Pulang."

"Engga bukan, ini karena gue khawatir ninggal Rena sendirian di pos satpam, Ram." Gio menatap pintu kelas, rasanya cowok itu ingin berlari keluar dan segera menemui Rena.

"Ya tapi-"

"Ada apa Rama? Gio?" tanya Dicky, yang merasa terganggu karena ada forum di dalam forum.

"Kak, maaf, tapi kak Gio sakit. Jadi saya suruh pulang," celetuk Rama. Ucapan Rama dihadiahi tatapan tajam Gio.

"Ram?" bisik Gio.

Dicky mengangguk. "Ya udah gak apa-apa kalo gitu. Lagian Gio sudah di evaluasi."

Rama tersenyum kepada Dicky, lalu kemudian menatap Gio kembali. "Lo bisa pulang setelah antar kakak gue."

Gio melirik Dicky dan Rama bergantian. Hingga akhirnya cowok itu menganggukan kepalanya. "Makasih ya, dek. Gue pulang dulu." sejurus kemudian Gio mengangkat tas-nya lalu berjalan cepat ke luar ruangan.

Cowok itu berlarian menyusuri lorong demi lorong, sambil terus menghubungi Rena.

Gio : Sayang?
Gio : Masih di sekolah kan?
Gio : Maaf aku keluarnya telat.
Gio : Rena?

Gio semakin panik ketika pesannya tak kunjung dibuka, hingga akhirnya Gio memilih menelepon Rena. "Ren, please angkat." Namun, sial. Justru telepeonnya tak kunjung diangkat.

Hal yang ditakutkan Gio saat ini adalah, Rena marah kepadanya karena sudah membuat cewek itu menunggu sendirian.

Langit sudah benar-benar gelap, rasanya Gio ingin mengutuk dirinya lepas-lepas. Apalagi ditambah pos satpam sudah kosong, tidak ada Rena di sana. Sekolah benar-benar sudah sepi.

Gio masih mencari-cari sosok Rena. Bahkan ia kembali masuk lagi ke dalam gedung sekolah, lalu berlari ke kantin hingga ke kelas Rena. Sambil terus menelepon Rena, namun tak kunjung diangkat.

Kamu di mana Ren? Astaga ...., batin Gio.

Gio : Rena kamu di mana?
Gio : Rena, kamu udah pulang? Sama siapa?
Gio : Maaf Ren, maaf sayang.
Gio : Maaf udah buat kamu nunggu, tapi tolong angkat telepon aku.
Gio : Ren sumpah, jangan buat aku khawatir.

Gio menggigit bibir bawahnya, ia kesal pada dirinya sendiri. Bagaimana pertanggung jawabannya kepada kakak Rena dan Rama. Gio mencemaskan berbagai macam hal, sampai mengabaikan tubuhnya yang lelah.

"Gue samperin ke rumahnya aja." Gio duduk di atas motornya kemudian memasang helm-nya dengan tergesa.

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Di sebuah warung bubur kacang hijau pinggir jalan, di sana ada Rena yang sedang menyantap mi rebus dengan Bima.

"Bim, Bim. Gio gimana Bim?" tanya Rena. Ia sebenarnya kepikiran Gio yang berada di sekolah. "Takutnya, dia nyariin gue. Mana baterai HP gue lowbat lagi. Sialan."

Unspoken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang