33

946 274 28
                                    

"Sekali kamu ingkar janji, maka akan seterusnya ingkar."

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Malam ini, suasana di dalam rumah makin sendu. Semua orang sibuk dengan dirinya masing-masing di kamar. Vian belajar, Rama entah sedang apa. Kalau Abas dan Juna, mereka berdua beristirahat di kamar setelah seharian lelah bekerja.

Sebagai satu-satunya perempuan di rumah, yang Rena lakukan cuma duduk di depan aquarium. Melihat ikan yang berenang ke sana ke mari, makan dan bermandikan gelembung udara. Makin lama Rena habis dimakan sepi, cuma ada suara mesin yang menghasilkan oksigen pada aquarium.

Menunggu Gio untuk menghubunginya, sebab percuma karena jika Rena mengirim pesan atau telepon. Cowok itu juga enggan membalas dan mengangkat telepon. Resah, sudah pasti. Bingung, bimbang, sedih, rasanya bercampur bertumpuk di atas kepala hingga membuat dada terasa terhimpit.

Melamun, hanya itu yang dilakukan Rena sekarang. "Haahhh ...." Sudah ke berapa kali cewek itu membuang napas kasar gusarnya.

"Bete, pengen makan tapi gak laper, sedih tapi gak bisa nangis, bosen tapi mager ke mana-mana. Galau, no life barengan. Belajar gak ada mood." Rena menatap ikan maskoki warna oranye kesayangannya itu.

Ting!

Rena menoleh cepat ketika HP-nya berbunyi, dengan gesit Rena meraih HP-nya di meja. Lalu membuka kuncinya dengan tidak sabar, berharap pesan dari Gio yang dinantikan sejak kemarin itu masuk.

Senyum sekaligus debar jantungnya saling beradu, ketika matanya menangkap nama Gio di layar notifikasi.

Gio : Ren, belajar? Kalo engga, angkat teleponnya ya.

Rena : Engga kok, telepon aja.

Jantung Rena rasanya sudah hampir copot, ada rasa senang, penasaran, tapi juga sedikit takut. Bayang-bayang malam itu, masih terus menghantui Rena.

Tak lama, ada sebuah telepon masuk dari. Rena menarik napasnya dalam-dalam, sebelum mengangkatnya. "Halo?"

"Halo, Ren. Lagi ngapain?"

"Duduk aja di depan aquarium. Kamu, gimana? Masih lemes banget? Sakitnya kayak gimana?"

"Hm? Gimana ya ... tadinya sih masih lemes. Tapi, habis makan sup yang kamu beli, jadi baikan. Besok, bawa lagi ya, sekalian bawa kamu."

Pipi Rena merah merona, cewek itu senang Gio kembali seperti semula. "Iya, besok habis pulang sekolah aku ke sana."

"Eh, tapi sama siapa?"

"Paling sama Bima."

"Oh, Bima ... eh, ajak Rama dong atau bang Vian sekalian biar rame."

"Em, gimana ya?" Rena menggaruk tengkuknya. "Aku sama Rama aja deh, paling si Bima juga capek nganter aku ke RS bolak-balik. Kalo bang Vian, ada les."

"Hehe, ya udah."

"Huum."

Selama bertelepon, Rena menatap kuku jarinya. Lalu tanpa disadari, telepon mereka saat ini hening. Tidak ada pembicaraan apapun.

"Ren?"

"Huum?"

"Maaf, kemarin aku capek. Terus bingung cari kamu, eh ternyata udah pulang sama Bima. Jadi ya gitu deh."

"Iya tahu kok. Gak ada yang bisa maklum, dengan janji yang diingkari."

"Sama satu lagi."

Unspoken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang