25

981 289 31
                                    

"ᴘᴀᴄᴀʀᴀɴ ɪᴛᴜ ɢᴀᴋ ᴄᴜᴍᴀ sᴀʟɪɴɢ ᴛᴀʜᴜ sᴀᴛᴜ sᴀᴍᴀ ʟᴀɪɴ, ᴛᴀᴘɪ sᴀʟɪɴɢ ᴍᴇɴᴇʀɪᴍᴀ ᴅᴀɴ ᴍᴇɴɢᴀsɪʜɪ. sᴇᴍᴜᴀ ᴘᴜɴʏᴀ ᴘᴏʀsɪ ʏᴀɴɢ sᴇɪᴍʙᴀɴɢ, ᴋᴀʟᴀᴜ ᴛɪᴅᴀᴋ. ᴍᴀᴋᴀ ᴀᴅᴀ sᴀᴛᴜ ʜᴀᴛɪ ʏᴀɴɢ ᴘᴀᴛᴀʜ."

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

"Halo, selamat malam. Benar ini kak Serenade Adara?"

Rena menjauhkan HP-nya dari telinga, kemudian melihat nama Gio di layarnya, dan tersenyum geli.

"Halo?"

Rena menempelkan lagi HP-nya ke telinga. "Yaa, benar. Ada apa?" Rena menggigit bibirnya sendiri karena menahan tawa.

"Dalam waktu 30 menit, saya akan sampai di rumah Kak Rena. Mohon ditunggu ya kak."

Rena angguk-angguk. "Siap kak."

"Tunggu kak, tunggu. Kak Rena sudah makan? Mau burger dan french fries?"

Rena semringah. "Boleh boleh, es krim juga ya kak, jangan pake lama."

"Baik, transaksinya dibayar pakai cinta ya kak."

Sial, alay, tapi gue baper.

Rena terkekeh, ia menyandarkan kepalanya di dinding. "Ok kak, ditunggu ya, hati-hati."

Kemudian Rena menutup teleponnya dan berlari menuju meja rias. Gadis itu mengambil sisir rambut, dan mulai menyisir rambutnya. "Pakai make up gak ya?" Rena berdialog pada pantulan dirinya di cermin.

"Pake aja dikit. Lip tint, sama bedak aja cukup." Rena mengambil lip tint-nya kemudian mengaplikasikan ke bibir tipisnya. "Sip." Rena tersenyum kemudian, sembari melihat bibirnya yang sudah berwarna merah cherry itu.

Lalu berikutnya, gadis itu mengambil bedak bayi dan memakaikannya di wajahnya hingga merata. "Padahal di rumah doang, tapi gue dandan. Hehe gak apa-apa."

"Kak."

Rena berjingkat kaget. Sedang asyik merias wajah, justru Rama muncul dari balik pintu kamar. "Lo ketok-ketok pintu dulu woy!" cicit Rena.

Rama memutar bola matanya jengah. "Halah, biasanya juga gak apa-apa. Eh kak. Mau ke mana?" tanya Rama. "Bang Vian pergi les, kak Rena mau pergi juga?"

"Nggak, gue di rumah. Kenapa? Lo takut di rumah sendirian? Makanya main sana, cari temen, cari pacar!"

Rama membuka pintu kamar Rena lebar-lebar. Cowok itu meletakkan satu tangannya di pinggang. "Songong amat yang udah punya pacar." Rama melipat tangannya. "Sekarang baru-barunya pacaran. Diapelin ke rumah, dandan. Besok-besok kalo udah pacaran lama. Kalo bang Gi apel, mungkin buat mandi aja, lo mager," ucap Rama terkesan remeh.

Rena melengos malas. "Terserah." Cewek itu bangkit dari kursi kemudian berjalan ke luar kamarnya, meninggalkan Rama yang berdiri mematung di depan pintu.

Kak Rena tuh, beruntung banget. Nah gue? Ceweknya kaku, gue juga kaku, akhirnya susah bersatu.

Akhirnya Rama kembali ke dalam kamarnya, dan memilih tidur cepat untuk malam ini.

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Di dalam resto cepat saji, Gio mengantre untuk membeli makanan yang ia janjikan ke Rena sebelum berangkat tadi. Gio memainkan HP-nya sembari menunggu.

Gio : Sabar ya, antreannya agak panjang
Gio : Kamu ada laptop di rumah? Nonton film sekalian ya, aku bawa HD kok.

Rena : Oke siap
Rena : Gio, aku bisa nitip makanan buat Rama?

Gio : Iya sekalian aja, dia mau makan apa?

Rena : 2 burger ya, dia makannya banyak.

Gio : Ngga mau nasi aja?

Rena : Dia anti makan nasi di atas jam 7

Gio : Dia diet?

Rena : Huum dia diet

Gio : Kamu gak usah diet ya. Kalo laper ya makan.

Rena : Siap pak bos

Sedang asyik-nya main HP, dari belakang ada yang menepuk pundak Gio. "Gi." Sedetik kemudian Gio memutar tubuhnya sedikit, dan melihat ada Bima yang bersama beberapa temannya.

"Eh Bim?" Gio memasukkan HP-nya ke dalam saku. "Malem mingguan nih," ucap Gio jenaka.

"Yoi." Bima mengamati sekitarnya. "Em ... lo sendirian aja?" tanya Bima.

Gio mengangguk. "Iya gue sendiri."

"Gak malem mingguan sama Rena?" tanya Bima.

"Nanti gue yang ke rumahnya. Kami belum dikasih izin jalan berdua malem-malem di luar rumah sama abangnya," ucap Gio. Ia tersenyum tipis. "Jadi gue yang main ke rumahnya. Tapi mau bawain makanan juga."

Bima paham, kesukaan Rena. Pasti cewek itu senangnya bukan main kalo dibawakan makanan cepat saji. Apalagi kalau yang ada mainannya, bahagianya bukan main. Bima jadi ingat, dulu kalau malam minggu selalu makan ke resto cepat saji dengan Rena.

Bima menggaruk pelipisnya. "Rena lo beliin apa?"

"Burger, french fries, es krim. Terus sekalian sama Rama juga. Kenapa Bim?"

Bima mendecak, entah kenapa melihat Gio melakukan suatu hal untuk Rena namun keliru, buatnya sangat risi. "Duh Gi. Rena itu sukanya paket ayam goreng yang ada mainannya juga." Bima menunjuk papan menu yang terpampang di dinding.

Gio melihat objek yang ditunjuk Bima. "Oh, tapi tadi Rena bilang mau."

Bima menyunggingkan bibirnya miring. "Ck, dia itu sungkan mau nolak lo."

Sekarang semuanya terlihat begitu jelas di mata Gio, dan dirinya paham, bahwa ternyata apapun yang dilakukannya untuk Rena belumlah cukup. Bahkan hal-hal tentang Rena saja, Gio masih buta. Menyukai orang secara sempurna memang sulit.

Gio membulatkan bibirnya, kemudian mengangguk paham. Gio tidak marah, namun ia juga tidak tersinggung terhadap Bima. Apapun kritik dan saran yang masuk ke telinganya itu baik, Gio tidak pernah menolak dan menentang.

"Oh gitu, ok deh. Makasih udah kasih tahu Bim." Gio tersenyum lagi, kemudian ia memilih memutar badannya dan kembali fokus pada antrean.

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

Maaf saya lama update. Gara-gara sibuk bgt bgt bgt bgt liburan malah sibuk😟

Jangan lupa vote dan komentar yaaa, biar saya semangat update😁

Unspoken LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang