"Anjirr. Inka... parah ini parah."
Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Tapi dalam sekejap kelas sudah kosong. Dikelas 11 IPA 2 hanya ada Inka dan Osa. Osa yang tidak sengaja melihat bagian belakang rok Inka terpekik kaget, sebab ada bercak merah yang lumayan besar disana.
"Aduhh Sa gue malu, terus cara gue pulang gimana?" Inka yang mulai resah hanya bisa menggigit-gigit kukunya. Satu ide terlintas di benak Osa.
"Ka, di loker lo nyimpen baju olga sama roti jepang kan?" tanya Osa.
"Iya nyimpen kok, tapi gimana cara ngambilnya ogeb!"
"Ya tunggu sepuluh menit lagi, sampe sekolah bener-bener sepi. Naaa...nanti lo jalannya deket tembok aja biar kalo ada yang lewat lo bisa nemplokin badan lo ditembok. Gak keliatan deh," jelas Osa sambil mengajak Inka duduk lagi. Tapi Inka menolak karena takut jika bocornya akan tambah lebar.
"Tumben lo pinter, tapi berasa cicak gue."
***
"Ihh lo jalannya biasa aja ngapa? Jangan kayak maling gitu," tegur Osa pada Inka yang berjalan mengendap-ngendap sembari celingukan kesana kemari.
Inka tidak menggubris teguran Osa. Saat sudah sampai di loker, Inka menyuruh Osa untuk diam di dekat tempat sampah. Jarak tempat sampah dengan loker dibatasi dengan pertigaan koridor. Inka dengan grasak-grusuk membuka lokernya. Osa yang melihat kelakuan sahabatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Gak ada yang lewat kan?" Osa menggelengkan kepalanya. "Sa bisa minta tolong bawain kotak pensil gue bentar gak?" Osa mengangguk, Inka pun melemparkan kotak pensilnya kearah Osa dan berhasil ditangkap dengan sempurna olehnya.
Tangan Inka sudah penuh dengan tote bag berisi baju olahraga dan buku-bukunya yang tertinggal di loker. Rencananya Inka akan membawa buku itu pulang. Jumlah buku itu ada empat dan tebal-tebal. Saat ingin mengambil roti jepangnya, Inka menolehkan kepalanya kesana kemari terlebih dahulu. Dirasa aman, ia langsung meminta tolong agar Osa membawakannya. Melihat Osa yang tidak merasa keberatan, Inka pun melemparkannya dan...
"Bangke, apaan nih?" tiba-tiba seorang siswa melewati koridor, siswa tersebut mengambil dan mengamati sebentar benda yang mengenai wajahnya itu.
Inka dan Osa menganga kaget. Karena belum sempat ditangkap oleh Osa, roti jepang itu malah nemplok diwajah siswa yang sedang melewati koridor. Wajah siswa itu sudah bersemu merah tanda ia akan meluapkan emosinya. Semua tahu siapa dia, dengan sifat emosi dan tempramentalnya. Ya, dia Cakrawala Devon Bragasta.
"Heh sini lo berdua." Tatapan nyalang Cakra sudah membuktikan bahwa sekarang ia sedang marah. Ucapan ketus disertai tatapan tajam kearah Inka dan Osa mampu membuat mereka bergidik ngeri.
"Siapa yang ngelempar ini?" tanya Cakra sambil mengangkat roti jepang itu tinggi-tinggi.
Inka dan Osa diam, mereka hanya mampu menunduk. "Kenapa diem huh? Ooo jadi ini yang dimaksud pembalut yang isi sayap bisa terbang gitu?! JAWABBB!!!" Bentakan diakhir kalimat yang dilontarkan Cakra membuat kedua gadis itu tersentak kaget.
"Gue yang ngelakuin," ucap Osa takut-takut. Inka yang tak terima akan pengakuan Osa pun protes.
"Sa lo ngapain ngaku-ngaku kayak gini? Ini kan salah gue," tanya Inka setengah berbisik.
Osa menggeleng pelan. "Gapapa Ka, lo lagi bocor. Kalau lo diapa-apain sama dia nanti lo tambah malu."
Cakra menghembuskan napas pelan, saat melihat kedua gadis di depannya ini malah asik bernegosiasi. "Jadi siapa?!" tanya Cakra kembali.
Inka yang tak terima langsung membuka suaranya. "Gue yang ngelakuin. Maaf gue lagi buru-buru tadi." Saat Inka menjawab, dengan sengaja ia memandang wajah Cakra, tidak menunduk.
Gue kangen, batin Inka sambil menatap Cakra dalam. Tetapi Cakra justru menatap Inka dengan tajam.
"Mata lo di dengkul?! Ada orang lewat main lempar aja!" ucap Cakra tak terima.
Alay!
Dengan berani Inka menjawab, "Salah sendiri lo muncul tiba-tiba?!" ujar Inka setengah mati menahan gugupnya.
"Terus gue harus apaa?! Bilang punten teh, permisi. Gituuu?! Eh lo pergi deh dari sini, gue mau ngasi pelajaran ke temen lo."
Cakra menyuruh Osa pergi. Saat Osa melihat Inka, Inka mengangguk seakan memberikan kode kepada Osa agar pergi dan seolah berkata 'semua akan baik-baik saja'. Osa akhirnya menurut untuk pergi, dari pada menambah masalah dan Inka lagi yang kena imbasnya.
"Inkanya jangan dikasi matematika ya, dia goblok soalnya," ujar Osa dengan tampang watadosnya.
"Otak lo saa!!" Inka menatap Osa tajam, yang ditatap hanya cengengesan tidak jelas.
Cakra memutar bola matanya malas, "Gak jelas lo anjing. Inka, sekarang lo ikut gue!"
Lelaki itu menarik tangan Inka dengan kasar. Inka sudah berusaha melepaskan cekalan Cakra untuk kesekian kalinya. Dan tentu saja selalu gagal.
"Lepasin gue!!! Balikin pembalut guee!! Lo mau bawa gue kemana sih Cak?" Inka meronta-meronta ngin dilepaskan, namun apa daya tenaganya tidak sekuat Cakra.
Cakra membawa Inka ke lapangan basket, dimana ada sekitar dua puluh siswa dan lima siswi yang sedang latihan basket. Karena hari ini bertepatan dengan ekskul basket. Inka yang sudah tahu apa yang ingin dilakukan Cakra, segera memeluk pilar terdekat dan tak peduli lagi dengan buku dan tote bag yang ia pegang sudah jatuh berserakan di lantai.
Cakra menoleh ke arah Inka, saat merasa tarikan tangannya tertahan.
"Ngapain lo? Ayoo ikut gue!" sentak Cakra dengan nada tinggi. Jujur Inka sudah mulai takut, matanya memanas. Karena sebelumnya lelaki ini tidak pernah sekasar ini. Tapi ia berusaha menahannya agar tidak terlihat lemah.
"Cak please, gue tahu lo mau ngapain. Jangan Cak gue mohon, jangan permaluin guee," mohon Inka dengan tampang memelasnya.
Inka sudah tahu bahwa Cakra akan mempermalukannya dengan keadaan bocor seperti ini, di tengah lapangan yang sedang ramai-ramainya oleh anak-anak basket.
Cakra yang melihat tampang memelas Inka sontak membuang muka. Lalu ia segera menarik Inka dengan paksa ke tengah lapangan. Sekali hentak, pelukan tangan kiri Inka pada pilar tersebut terlepas. Sampai langkah Cakra terhenti saat mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Inka.
"Cak, gue kangen."
***
TBC!Jangan lupa vomentnya ya :)
Hayolo Inka sama Cakra ada apa tuh? Yang bisa nebak aku gojekin seblak wkwkw.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala
Teen Fiction(On Going) Follow akun ini sebelum membaca. ⚠ Terdapat banyak kata-kata kasar! ---------------- Kata orang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Tetapi tidak untuk Inka dan Cakra. Kisah mereka memang manis di awal, tetapi pahit di perja...