Setelah ditraktir siomay oleh Boncel, Inka bergegas untuk pulang ke rumah. Membuka pintu kamarnya lalu segera mengunci rapat-rapat. Gadis itu meraih ponsel yang berada di saku celananya. Sejenak menatap nomor telepon yang akan ia hubungi dengan ragu.
Gadis itu memejamkan matanya sejenak, berusaha meyakinkan diri atas keputusan yang sudah ia buat. Jemarinya dengan pasti menekan lambang telepon dan panggilan pun tersambung.
"Halo, Om Devan, -"
Setelah perbincangan yang cukup lama, akhirnya keduanya bisa bernapas lega. Ayah dari Cakra tersebut puas dengan keputusan yang Inka buat.
Lusa, gadis itu akan pindah ke sekolah barunya. Tepat dengan hari dilangsungkannya ujian kenaikan kelas. Inka sudah sepakat dengan Boncel untuk menyembunyikan semua tentang Inka. Cowok itu juga sudah berjanji akan menutup mulutnya jika ditanya oleh Cakra.
Inka tidak takut kehilangan Cakra, sebab perkataan dari Boncel. Inka yakin jika Cakra memang ditakdirkan untuknya, pernikahan itu tidak akan pernah ada.
Gadis itu menapakkan kaki telanjangnya ke lantai kamar yang dingin. Inka mengambil kalender yang ia letakkan di nakas samping tempat tidurnya. Ia menghembuskan nafas panjang, satu hari sebelum kepergian Inka adalah hari ulang tahunnya.
Inka termenung, ia sudah memutuskan untuk 'menghilang' dari para sahabatnya. Ia juga tidak akan bisa merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas dengan para sahabatnya.
Besok, Devan akan mengurus surat pengeluaran Inka dari sekolah. Agak aneh memang jika sekolah menerima murid baru disaat dilangsungkannya ujian kenaikan kelas, tapi dengan uang semuanya dapat dilakukan. Devan juga berniat memberikan uang jajan tambahan untuk Inka, tetapi gadis itu menolak.
Inka sudah membicarakab hal ini dengan Genta, Mirna, dan Kenzo sepulang tadi. Pastinya mereka marah, tapi Inka berusaha meyakinkan mereka bahwa ini adalah keputusan yang paling baik. Genta dan Mirna menghargai keputusan Inka. Kenzo sampai memeluk Inka cukup lama dan menggumamkan kata maaf, karena merasa bersalah atas kejadian semua ini. Inka juga memberitahu bahwa mereka semua harus menghindari Cakra. Genta yang kecewa dengan sahabatnya lebih memilih diam daripada membuat masalah lewat adu otot.
Semuanya sudah selesai, Inka tinggal pergi saja. Tapi ada dua hal yang kurang. Cakra dan keenam sahabat Inka, minus Boncel pastinya. Inka bertekad akan memberitahukan hal ini kepada sahabatnya, kecuali Cakra. Karena Inka tidak ingin meninggalkan Cakra dalam keadaan penuh emosi kepada Devan.
Inka memukul kepalanya akibat fantasi liar yang melingkupi pikirannya. Ia meletakkan kembali kalender tersebut di tempatnya, lalu memutuskan untuk mandi. Setelah mandi, Inka turun kebawah dan menemukan Genta yang sedang berpelukan dengan Mirna di dekat meja makan. Kenzo yang asik nyemil sembari menonton televisi di ruang tengah tampak tak terganggu sedikitpun. Padahal jarak dari meja makan ke ruang tengah hanya sepuluh langkah.
"Ekhemm." Inka berdehem, tetapi kedua pasangan yang sudah lanjut usia itu seperti tidak terganggu sama sekali. Berbeda dengan Kenzo yang tersentak kaget, hingga keripik miliknya jatuh akibat deheman tiba-tiba Inka.
Mentang-mentang udah baikann. Batin Inka.
Kenzo menghampiri Inka yang masih berada di anak tangga paling bawah.
"Ganti!" tuntut Kenzo sembari menodongkan bungkus keripik yang tinggal beberapa biji saja.
Inka masih fokus memperhatikan Genta dan Mirna yang sedang berpelukan sembari mencomot keripik yang disodorkan Kenzo. Gadis itu belum sadar bahwa ada makhluk yang sedang emosi menuntut agar keripik miliknya diganti
Kirain habis, ternyata masih ada. Batin Inka.
Kenzo yang geram pun menarik Inka keluar rumah tanpa pamit, lalu pergi ke minimarket untuk membeli keripik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala
Roman pour Adolescents(On Going) Follow akun ini sebelum membaca. ⚠ Terdapat banyak kata-kata kasar! ---------------- Kata orang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Tetapi tidak untuk Inka dan Cakra. Kisah mereka memang manis di awal, tetapi pahit di perja...