22 - Astaga

198 50 13
                                    

Boncel, Bian, Adit, dan Osa sudah menyerah mencari keberadaan Inka dan Cakra. Mereka berdua sudah memeriksa ke seluruh toilet wanita yang ada di sekolah ini. Tak lupa mendapat hadiah berupa tamparan atau tendangan, akibat masuk ke toilet perempuan.

Gudang, lapangan, UKS, aula, kelas, taman belakang, sampai kembali lagi ke kantin, tetapi kedua sejoli itu tetap tidak menunjukkan batang hidungnya. Coba sebutkan tempat apa yang mereka belum kunjungi?

Kini, ketiga cowok tampan ini sedang duduk di taman belakang sekolah dengan saling bersandar pada punggung mereka. Baru saja Bian menetralkan nafasnya, teriakan cempreng dari seseorang kembali membuat mereka bertiga mendengus sebal karena acara istirahat mereka terganggu.

"WOII GIMANA NIH, INKA GAK KETEMUU. ITU SI CAKRA JUGA IKUTAN NGILANG?!" Osa menghampiri Boncel lalu mengguncangkan tubuh Boncel.

"Kalem Sa!" ujar Bian menasihati Osa. Bukannya menurut, Osa justru menatap Bian tajam.

"OMGG HELLO! OM LEO KESELEO! MANG JAJANG NAIK MIO!!!! LO BISA DIEM KAGAK!!! GANGGU ISTIRAHAT KITA BERTIGA TAU GAKKKK!!!" Boncel berteriak dengan lantang, ditambah dengan nada suara yang sedikit diimut-imutkan, tak lupa plesetan buatannya sendiri. Bocah kreatif!

Sedangkan yang diteriaki tanpa merasa bersalah langsung menempeleng kepala Boncel, siapa lagi jika bukan Osa. Belum lagi Adit dan Bian yang tiba-tiba bangun dari acara sender-senderan mereka.

Perfect! Sudah jatuh, tertimpa tangga! Sudah ditempeleng, terjengkang kebelakang pula!

Dengan menggebu-gebu Osa lantas meneriaki Boncel. "Inka sama Cakra gak ketemu Boncell. Mereka kemana??" Osa lagi-lagi menguncang-guncangkan bahu Boncel, m.embuat si empunya benar-benar merasa tersiksa.

Mereka semua berpikir keras, sampai satu tempat terlintas dipikiran mereka. Lalu menyeringai saat terlintas tempat yang sama di pikiran masing-masing. Saling tatap satu sama lain, lalu mengangguk.

"ROOFTOP!" seru mereka bersamaan.

Tanpa aba-aba mereka semua berlari menuju rooftop. Menghiraukan bel masuk kelas yang telah berbunyi, menandakan waktu istirahat telah usai. Saat mereka membuka pintu rooftop.

"Kosong," ucap Adit sambil mengedarkan pandangannya.

"Astaghfirullahaladzim."

"Kerja lembur bagai kuda."

Boncel dan Bian memang tidak pernah tahu situasi. Adit yang melihat Osa akan bertindak, memegang bahu gadis itu lalu menggelengkan kepalanya. Osa pun mengangguk seraya menghela napas panjang untuk meredam amarahnya kepada dua makhluk menyebalkan ini.

Mereka kembali mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru rooftop.Tidak ada siapapun di sini. Sampai pendengaran mereka semua menangkap suara yang membuat mereka berpikir yang tidak-tidak.

"Cak udah, sakit."

Mendengar suara itu, mereka langsung saling tatap. "Itu suara Inka!" pekik Osa tertahan sambil menunjuk kearah pintu gudang yang tertutup di ujung rooftop.

Lantas perkataan Cakra di kantin tadi, terngiang di pikiran ketiga cowok tersebut. Beberapa kali mereka menggelengkan kepala untuk menepis pikiran buruk masing-masing.

"Aarrgg Bianca! Gimanapun caranya gue bakalan miliki Inka lagi."

Adit mengulangi perkataan Cakra di kantin dengan suara yang sangat pelan. Boncel mengacak rambutnya kasar, sedangkan Bian menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Pikiran gue travelling anying!" seru Bian sambil memukul pelan kepalanya.

Adit menunjukkan gerakan matanya, memberikan kode untuk berjalan mendekati gudang. Osa menepuk keras jidatnya, melihat Boncel dan Bian yang berjalan mengendap-endap sembari menoleh kesana kemari.

"Kita bukan mau ngemaling, lo berdua jalannya biasa aja napa."

"Awas baju lo robek Yan," peringat Adit kepada Bian yang menggunakan baju super ketat, belum selesai kalimat itu terucapkan. Semuanya sudah terjadi.

Srettt

"MAMPOSS!" Boncel tergelak melihat celana bagian selangkangan Bian robek hingga memperlihatkan celana boxer berwarna hijau toscanya. Bian spontan menutup bagian celana yang robek dan menyengir lebar.

Tanpa mereka berdua sadari, Adit dan Osa sudah tak ada di tempat. Mereka sudah sampai di depan pintu gudang dan sedang menempelkan telinga mereka.

"Lama bener lo berdua, buruan sini." Adit memanggil Bian dan Boncel yang masih diam di tempat untuk menghampirinya.

Mereka makin khawatir saat mendengar erangan dan rintihan Inka di dalam ruangan. Mereka saling melirik satu sama lain seolah jalan pikiran mereka sudah menjadi satu. Satu persatu mulai mengangguk.

Ya, mereka memutuskan untuk mendobrak pintu gudang ini. Telinga mereka sudah risih mendengar suara Inka dan Cakra.

Satu

Dua

Tiga

"Lo kasar banget Cak! Gue udah gak kuatt--"

Bruuakk!

Bertepatan dengan pintu yang terdobrak, perkataan Inka terhenti. Mereka semua membulatkan matanya saat melihat pemandangan tak terduga di depan mereka. Sedangkan sang tersangka hanya melongo memandangi mereka.

"YAAMMPUUNN," pekik Boncel, Adit, Bian, dan Osa bersamaan.

***

Nah loh, kenapa tuh?

Jangan lupa vomentnya ya bestie. Terima kasih!

Oh iya, buat yang mau follback boleh dm aja. Pasti bakal di follback kok.

See u🙌

CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang