28 - Keputusan Inka

273 21 2
                                    

"Lo mau cerita apa, Ka? Tumben sampe ngajak ketemuan."

Sedari tadi, Boncel selalu salah fokus dengan kecantikan gadis yang duduk di sebelahnya ini. Tetapi batinnya selalu memperingati,

Inget Chel, punya Cakra ini. Batin Boncel.

"Gue bingung banget Chel, emang masih jaman ya jodoh-jodohan?" tanya Inka kepada lelaki di sebelahnya ini.

"Cakra ya?"

"Kok lo tau?"

"Iya, kemaren kita pada shock waktu kumpul di markas. Cakra cerita kalo dia dijodohin sama Bianca yang waktu itu bully lo di toilet."

Inka menghela napas, "gue ga rela Chel."

"Gue ngerti, tapi susah kalo yang lo lawan bokapnya dia."

"Oh iya, kemaren Om Devan nelfon gue Chel."

"Hah? Dia bilang apa, Ka?"

Boncel mengeryitkan dahinya. Untuk apa Devan menelepon Inka. Apakah untuk melancarkan aksinya agar Inka dapat merelakan Cakra untuk Bianca?

Flashback On

Dering ponsel terdengar. Gadis yang awalnya asik berkutat dengan bukunya itu, dengan terpaksa bangun dari posisi ternyamannya untuk mengambil sebuah benda pipih yang terletak di meja rias.

Om Devan is Calling.......

"Loh, Om Devan? Tumben," kata Inka bermonolog.

"Halo, siang om. Ada apa ya om?"

"Siang Inka, saya mau to the point saja. Saya mohon putuskan hubunganmu dengan anak saya!"

"Kenapa om? Apa karna perjodohan Cakra dengan Bianca?"

"Ya kamu benar."

"Om, maaf kalau saya lancang. Tapi kalau saya boleh tau, alasan om menjodohkan mereka untuk apa?"

"Pertama saya tidak ingin kamu bersama Cakra. Karena kedatangan kamu ke keluarga kami, membuat Kenzo pergi meninggalkan kami."

"Tapi om, untuk masalah Kenzo kan memang kakak kan--"

"Jangan di potong dulu Inka, kamu masih mau dengar?"

"Mohon maaf om, silahkan dilanjut."

Inka meremas selimutnya, keringat dingin membanjiri dirinya. Ia takut mendengar kenyataan yang menyakitkan atau kenyataan yang seharusnya tidak ia ketahui.

"Yang kedua, jika Bianca dan Cakra bersama, artinya pihak keluarga Bianca menerima kerja sama perusahaan saya. Dan jika itu terjadi, saya bisa melewati kesuksesas papamu. Mungkin juga saya bisa ambil tahta papamu,"

Ini Om Devan gamau kalah saing gitu ya sama papa, batin Inka.

"Saya sudah bertahun-tahun berusaha mempertahankan posisi perusahaan saya yang berada di urutan ketiga perusahaan termaju di Asia, tapi kini gelar tersebut disandang oleh perusahaan ayahmu."

Devan menjeda perkataannya. Inka sampai mematikan televisi agar tidak salah mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Devan. Sudah tidak salah lagi, yang dimaksud Genta 'sahabat' saat menelepon di dapur tempo hari itu adalah Devan.

CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang