27 - Resah

220 32 37
                                    

Satu hari berlalu setelah tersebarnya kabar kurang mengenakkan itu. Inka yang tidak masuk sekolah membuat Cakra sangat khawatir. Ia sangat merutuki gadis bodohnya itu. Mengapa disaat gosip hamil Inka tersebar, gadis itu justru tidak masuk sekolah. Bukankah Secara tidak langsung Inka membenarkan gosip itu?

Cakra sedang asik bergulat dengan pikirannya. Tidak peduli sedikit pun dengan Pak Bambang, selaku guru Bahasa Inggris yang sedang berceloteh di depan papan tulis. Pikiran Cakra hanya terfokus pada kekasihnya. Ya, Marinka Allana Gitania.

Cowok itu terus mengamati detik demi detik pada jam dinding yang berada di atas papan tulis. Berharap bel jam istirahat cepat berbunyi.

Kringg

"Baik kita akhiri pelajaran hari ini. Ingat, besok kumpulkan catatan di papan hari ini. Dan sel--." Perkataan Pak Bambang terhenti akibat salah satu muridnya yang pergi begitu saja tanpa izin.

"EH CAKRA MAU KEMANA KAMU? SAYA MASIH NGOMONG INI, KAMU MAIN PERGI AJA!"

"MAU CARI PACAR SAYA PAK," balas Cakra.

***

Kini Cakra, Adit, Osa, dan Double B sedang berada di rooftop sekolah. Setelah istirahat tadi, mereka membantu Cakra untuk mencari Inka. Awalnya pikiran mereka mengatakan bahwa Inka menghindari Cakra. Tetapi saat bertemu dengan Osa, gadis itu berkata bahwa Inka memang tidak masuk sekolah. Dan kabar tersebut membuat mereka semua benar-benar khawatir.

"Cak, jujur sama kita. Lo apain Inka di taman belakang kemaren sampe dia gak masuk gini?" tanya Osa dengan pandangan mengintimidasi.

"Ck, iya gue emang salah. Gue nuduh dia hamil anak bang Kenzo," balas Cakra sembari mendial nomor Inka.

Ucapan yang terlontar dari bibir Cakra membuat keempat remaja ini melongo tak percaya.

"Demi apapun lo goblok banget sih Cak. Kenapa sih lo selalu sangkut pautin semua yang terjadi sama Inka itu ada kaitannya sama abang lo?!" Bian sedikit emosi dengan temannya yang gegabah ini.

"Mantan abang!"

"Ya, tapi pernah jadi abang lo juga kan!" Kini giliran Bian yang angkat bicara.

"Hmm ya. Tapi gue yakin Inka ga hamil, dia bilang kalo test pack itu buat Bianca," Cakra menatap satu-persatu temannya untuk menyakinkan kepada mereka tentang apa yang ia ucapkan.

"Ya gue tau, Inka gamungkin kek gitu. Lo aja kali yang aneh, bisa-bisanya nerima gosip mentah-mentah," ucap Bian sedikit geregatan dengan temannya yang satu ini.

"Salah banget sih Inka balikan sama lo. Kalo ada masalah gak pernah pikir panjang, mulut gak disaring, nuduh mulu, kasar, gegabah banget. Pas Inka udah tersakiti aja, baru lo sadar. Kemaren-kemaren kemana aja lo? Coba deh Cak, sekali aja kalo ada masalah tuh, tahan emosi lo. Pake otak lo, pikirin baik-baik. Jangan langsung meledak-ledak. Gue aja yang liat kesel banget sama lo, apalagi Inka yang backstreet setaun sama lo." Osa tidak bisa menahan amarahnya terhadap Cakra. Cewek itu meluapkannya dengan teriakan tertahan.

Cakra yang tak terima, dengan cepat membantah perkataan yang dilontarkan Osa. "Mulut lo anjing! Tau apa lo?! Dia bahagia sama gue. Lo aja kali yang liat pas berantemnya doang."

"Cak kalem, inget dia cewe." Bian sedikit khawatir dengan Cakra. Ia tahu sahabatnya sedang meledak-ledak sekarang.

"Gue gak peduli! Bukannya ngasih solusi, malah buat panas suasana!"

"Yang buat masalah itu lo Cak! Lo lupa? Kalo mulut lo ga nyablak, Inka setidaknya gabakal seterpuruk ini. Udah gosip dia hamil kesebar luas. Pacarnya juga bukannya ngelindungin, malah nuduh."

CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang