Pagi ini, Cakra berniat berangkat sekolah lebih awal karena di jam dua malam tadi ia baru datang dari markas. Alhasil, Cakra tidak bisa tidur hingga pagi hari. Dan sekarang sudah pukul setengah enam pagi, ia sudah siap dengan pakaian sekolahnya.
Cakra menuruni anak tangga dan menghampiri Devan-ayahnya dan Devani-ibunya yang sedang berada di meja makan.
"Widii tumben anak gue, kesambet apa lo?" tanya Devani dengan nada gurauan. Devani memang tipe orang tua yang bisa menjadi teman dan juga ibu.
"Mama jangan pake lo-gue kalau ngomong sama anak," nasihat Devan kepada istrinya yang memiliki kebiasaan menggunakan logat lo-gue saat berbicara dengan Cakra.
"Gapapa pa, anaknya juga biasa aja."
"Iya gapapa kok pa. Oh iya Ma, nanti sore sampe malem Cakra ada acara sama Thunder ya, kemungkinan selesainya malem," jelas Cakra sambil menyantap makanan yang telah disiapkan oleh Devani.
"Oh yaudah gapapa, sampe pagi juga gapapa. Yang penting inget pulang ya sayang. Yang penting selalu lakuin hal positif dan jaga kepercayaan mama sama papa oke? Jangan sampe ngelakuin hal yang gaboleh dilakuin, contohnya kaya hamilin anak orang. Itu tuh sal-." Perkataan Devani dipotong oleh teriakan spontan suami dan anaknya karena tidak tahan dengan Devani yang sungguh cerewet.
"MAMA STOP!!" pekik Cakra dan Devan bersamaan. Kadang mereka heran, walaupun Devani sudah lanjut usia, tapi ingatan terhadap masa mudanya yang absurd dan bebas itu masih melekat kuat. Maka dari itu ia selalu memberi nasihat berlebihan kepada Cakra karena ia khawatir anaknya mengalami hal-hal yang tidak diinginkan di masa mudanya ini.
"Tenang aja ma, Cakra bakal nikmatin masa muda Cakra sebaik mungkin tanpa ngerusak masa depan Cakra. Jadi mama tenang aja," jawab Cakra berusaha meyakinkan Devani.
Cakra mendekatkan dirinya ke Devan yang duduk di sebelahnya, lalu berbisik, "papa sih kok nikah sama cewe badung kaya mama. Mana dulu kerjaan nya tawuran, club, ngerokok. Bar-bar banget sih mama. Cakra gak akan sampe hamilin anak orang kali!" cibir Cakra. Devan hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Makanya anaknya kayak kamu, sama nakalnya! Mama tuh takut kamu kaya temen-temen mama yang masa mudanya rusak. Mama boleh nakal tapi dia tau batasan," balas Devan berbisik.
"Ah iya iya, Cakra ngerti sekarang."
Devani kembali bersuara, kali ini pertanyaannya membuat Cakra sedikit bingung harus menjawab seperti apa.
"Cakra, Inka kok ga pernah kesini lagi. Kalian baik-baik aja kan?" tanya Devani.
"Hmm udah putus ma, salham."
"APAAAA?! Kenapa kamu mutusin Inka? Pasti kamu kan yang mutusin? Kalian kenapa? Kalo ada masalah bicariin pelan-pelan masa gabisa? Cakraaa, mama ga rela Inka jadi mantan calon mantu kita!!" ucap Devani menggebu-gebu yang membuat Cakra dan Devan menghentikan aktifitas makannya dan lebih memilih menutup telinga.
"Emang ada ya mantan calon mantu? Calon ya calon aja, gausah isi mantan. Mama cantik, nanti Cakra bakal buat Inka balik lagi. Mama tenang aja okee?" jawab Cakra yang berusaha sabar akan kecerewetan Devani ini.
"Ya di ada in aja! Nah gitu dong. Kamu gaboleh lho gegabah dalam ngambil keputusan. Kamu belum pernah rasain penyesalan sih makanya kamu masih sering lakuin ini. Coba udah nyesel, mama yakin kedepannya kamu bakal hati-hati saat ambil keputusan walaupun kondisinya kamu lagi sedih ataupun mar-."
"Pa, ayo kita selamatkan diri," ajak Cakra setengah berbisik sembari menoleh sebentar ke arah Devani yang sedang asik dengan sarapannya.
"Ayo Cakra, 1 2 3,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala
Teen Fiction(On Going) Follow akun ini sebelum membaca. ⚠ Terdapat banyak kata-kata kasar! ---------------- Kata orang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Tetapi tidak untuk Inka dan Cakra. Kisah mereka memang manis di awal, tetapi pahit di perja...