03 - Masalah

640 185 62
                                    

Setelah kejadian di kolam renang tadi, Kenzo dengan segera membawa Inka ke kamarnya. Setelah sampai di kamar, ia langsung menempati Inka di kasur adiknya itu dengan pelan.

"Ka, kamu gapapa kan? Bilang sama abang apa yang kamu rasain?" tanya Kenzo dengan nada khawatir. Ia menyisir surai panjang adiknya yang basah dengan sayang.

"D-dingin bang, pusingg," gumam Inka yang menggigil sambil memejamkan matanya.

Udah pms, diceburin lagi, nasib-nasib, batin Inka.

"Kamu mau ke rumah sakit? Ayoo!" Saat Kenzo hendak keluar mengambil kunci mobil, Inka buru-buru mencekal pergelangan tangan Kenzo.

"Gak perlu bang, udah disini aja temenin Inka."

"Tapi kamu ganti baju dulu. Abang juga mau ganti." Inka mengangguk, ia berjalan mengambil sepasang piyama di lemarinya lalu pergi ke kamar mandi. Begitu juga dengan Kenzo yang kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian.

Setelah selesai, Kenzo kembali ke kamar Inka. Ia yang tidak tega akhirnya tidur di samping Inka, menarik tubuh adiknya dengan pelan agar berada didekapannya yang hangat.

Maafin abang yang gagal ngejagain kamu. Batin Kenzo.

***

Pagi ini Inka berangkat agak siang karena kejadian semalam. Kesalnya, Kenzo tidak membangunkannya dan berujung tergesa-gesa sampai tak sempat mandi.

"Aduh bau banget, siapa ya yang ga mandi. Eumhh bau ketii," jail Kenzo kepada Inka sembari pura-pura mencium aroma tubuh Inka yang sebenarnya tidak bau. Bahkan wangi, karena Inka menyemprotkan banyak sekali parfum.

"Pengharum mobil lo kali bang, bauu!"

"Tau deh, kamu belajar yang bener ya!" Kenzo menyodorkan tangannya untuk di salimi.

"Iya bang, gue masih marah loh. Ditunggu sogokannya ya! Makasi ya buat kemaren. Lo selalu berhasil jadi superhero gue. Byee!" kata Inka sembari mencium pipi Kenzo.

Setelahnya ia pun memasuki sekolah yang terbilang sudah ramai. Saat dikoridor, Inka merasa risih. Ada apa dengan semua orang? Mengapa menatap Inka seperti itu?

Ada yang berbisik bahkan tertawa, ada juga yang melihat dengan tatapan iba. Tanpa mempedulikan sekitar, Inka pun pergi menuju kelasnya, 11 IPA 2. Saat sampai di kelas, semua murid menatapnya aneh sambil berbisik. Saat sampai dibangkunya, Inka mengeluarkan earphone dan memutuskan untuk mendengarkan lagu.

Beberapa menit kemudian, terlihat Osa yang baru datang langsung menghampiri bangku Inka yang kebetulan juga bangku miliknya. Ya, mereka satu bangku.

Hosh hosh hosh

Inka yang melihat Osa sedikit tersengal dengan sigap mencabut earphonenya lalu menuntun Osa untuk duduk.

"Lo kenapa sih pagi-pagi udah ngos-ngosan gitu? Abis dikejar terong-terongan depan sekolah?"

Inka sedikit kesal karena disaat dirinya bertanya, Osa malah sibuk dengan ponselnya. Baru saja Inka ingin menenggelamkan earphone di telinganya kembali, sodoran sebuah video di ponsel Osa membuat Inka menggebrak meja.

Braak

"Bener-bener tuh cowok," kesal Inka disaat melihat video dirinya tengah dipermalukan oleh Cakra dilapangan tempo hari tersebar luas. Ternyata ini penyebab dari semua tatapan siswa dan siswi yang tadi ia lewati.

CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang